"Hei culun, bawakan tas ini untuk kami," kata dua orang wanita yang tampaknya terlihat seperti wanita kampus yang sama berandalnya dengan lelaki nakal di sana, mereka dengan beraninya meletakan kedua tas ransel itu di atas meja gadis culun tersebut, sekarang, dia tampak sangat menyedihkan, bahkan wanita pun berani menindasnya, dia hanya di suruh-suruh saja.
Dia mencoba menolak dengan baik-baik. "Ma-maaf, tapi, aku juga harus membawa tas ku sendiri,"
Namun mendadak satu tangan wanita itu memukul mejanya sambil berteriak. "Hooii!! Kamu itu cuma kutu buku, apa masalahnya membawa dua tas ini untuk ke laboratorium, kita membawa tas ke sana sekalian mau pulang setelah praktek dari ruangan itu, jadi ini tugasmu membawa tas-tas kami, apa kamu mengerti?!" dia benar-benar sangat memaksa membuat gadis itu gemetar dan langsung berdiri membawa kedua tas itu.
Wanita-wanita itu menjadi tertawa kecil puas, lalu berjalan duluan darinya, tapi tak sampai di sana, padahal sudah di bawakan tas mereka, malah mengganggu Xela.
"Hei... Lain kali, kau itu harus menjadi babu di kampus ini, kau akan di suruh banyak orang," salah satu dari wanita itu menepuk nepuk keras bahunya, dia seperti berwajah tertekan, inilah yang disebut sebagai penindasan dan ini sudah kelewatan keterlaluan.
Kemudian, hal itu tak sengaja dilihat oleh Chandrea yang sebelumnya hanya berniat berjalan ke lorong sambil bergumam dengan senang. "Ini adalah jalan menuju laboratorium, mahasiswa kelas XX pasti berjalan lewat sini termasuk gadis kemarin yang menganggap ku wanita buruk... Eheheemmm," dia tampak gembira dan tak sabar ingin mengganggu gadis kutu buku itu, tapi siapa sangka, dia melihat dua wanita tadi yang ada di depan dan masih mengganggu gadis culun itu dengan sangat kasar, mereka terus tertawa dan mengganggunya juga mengejeknya sambil berjalan akan ke laboratorium.
Chandrea yang melihat hal tersebut menjadi terdiam, bahkan senyuman nya langsung hilang, dia juga mengepal tangan.
Kemudian dia berjalan mendekat dan mendadak mendorong salah satu wanita itu membuat mereka bertiga termasuk gadis kutu buku itu menoleh ke arahnya.
"Akhhh…. Siapa kamu?!!" dia langsung marah ke Chandrea dan menarik tangannya sendiri dengan kencang, tapi teman nya yang satunya terkejut. "Hei, itu Chandrea, wanita gila itu, aku dengar rumornya kemarin" dia berkata dengan pelan.
"Memang nya mau apa huh, kau hanya lah wanita gila," dia mencari gara-gara pada Chandrea yang menatap tajam membuat kedua wanita penindas itu terkejut menatap tatapan tajam miliknya.
Tanpa melakukan hal apapun, Chandrea langsung mengambil kedua tas ransel milik kedua wanita itu dari gadis culun itu, bahkan tak hanya sampai sana, dia juga melempar kedua tas ransel itu sangat jauh dari tempat mereka membuat kedua wanita itu terkejut sekaligus kesal.
"Kamu, berani-beraninya!!" dia akan berteriak pada Chandrea, tapi ia terdiam menatap mata tajam milik Chandrea, bahkan hanya dengan mata itu membuat kedua wanita itu terdiam kaku dan langsung berjalan pergi dari sana.
Setelah mereka pergi meninggalkan Chandrea dengan gadis kutu buku itu yang terselamatkan. Bahkan Chandrea tersenyum menatapnya.
"Ehehehem, Akhirnya, kita akhirnya bertemu lagi, ayo berkenanalan," Chandrea mengulur jabatan tangan, tapi gadis itu tampak masih ragu sambil mengatakan sesuatu.
"Sekarang mereka akan semakin menindasku," dengan nada yang rintih kemudian berjalan buru-buru meninggalkan Chandrea yang terdiam, akhirnya dia gagal lagi untuk berkenalan dengan nya. Tapi kalimat itu tadi menjadi terngiang-ngiang di kepala Chandrea.
Sorenya, "hm... Harus kah aku mencari cara untuk berteman dengan nya? Hm..." Chandrea tampak berpikir di halaman kampus setelah kampus selesai.
Kebetulan terlihat ada bus kampus di sana. "Eh itu... Bus jemputan sekolah bukan?" ia terdiam bingung, tapi ia terkejut ketika melihat gadis culun tadi yang masuk ke bus itu.
"Wah, kesempatan emas untuk mendekatinya," dia langsung berjalan mendekat ke bus itu.
Sementara itu di dalam, gadis culun itu tadi duduk di depan bangku, sendirian dan selama banyak orang lewat, tidak ada yang mau duduk dengannya membuatnya menundukkan wajah dengan harus menerima kenyataan pahit.
"(Aku memang bukan orang trending seperti kalian, hanya saja, ini benar-benar menguji mental ku sekali...)"
Tapi siapa sangka, ada yang meletakan pantat nya di samping kursinya membuat nya terkejut karena ada yang mau duduk dengan nya, ia lalu menoleh dan rupanya itu Chandrea. Awalnya ia memang agak senang karena ada yang duduk dengan nya, tapi ia malah terpucat ketika melihat itu adalah Chandrea.
"Ehehehemm... Halo..." dia kembali menatap dengan tawa gumam itu.
Hal itu membuat gadis culun itu tentunya tambah terpucat dan langsung mengalihkan pandangan wajah.
"Hei, kenapa? Aku hanya ingin berteman dengan mu, apa salahnya sih?" Chandrea menatap.
"A-apa maksudmu…" dia tampak menatap sangat takut.
"Yeah, hanya ingin berteman dengan seseorang sepertimu eheheem, jangan khawatir, aku tidak akan menggigit, rawr… eheheemm,"
Tapi tak lama kemudian ada yang datang, 3 orang lelaki dan rupanya mereka mirip dengan orang yang mendekati gadis culun tadi seperti menindasnya.
Seharusnya mereka masuk hanya untuk duduk di bangku menunggu bus sekolah mengantar ke tempat mereka, tapi mereka malah menghambat hanya karena kebetulan menatap gadis kutu buku yang duduk dekat jendela tepatnya duduk di samping Chandrea.
Dengarkan saja bagaimana dia menyapa dengan baik.
"Hei Culun, kau duduk bersama wanita gila ini?" salah satu lelaki itu menatap dan benar-benar menyapa.
"Ehehehemm... Sebutan yang sangat bagus untukku," Chandrea malah tertawa membuat gadis culun itu terdiam bingung.
"Hei, dia sedang mengejek mu," tatapnya.
"Ah hahaha pintar sekali... Kudengar wanita gila ini tidak mau berteman dengan siapapun. Mau bagaimana lagi, kau sebentar lagi akan di kenal sebagai wanita gila... Yang hanya tertawa gumam..." kata lelaki itu, tapi siapa sangka, dia mengeluarkan permen karet mulutnya dan menempelkan permen karet itu ke rambut gadis cupu itu membuat Chandrea menjadi menurunkan senyum nya menatap itu.
"Apa kau sekarang bisa menertawakanku?" lelaki itu menatap pada Chandrea yang memasang wajah serius sambil membalas. "Belum, tapi nanti."
"Kalau begitu, katakan padanya aturan di sini," lelaki itu menatap gadis cupu itu lalu dia mengatakan nya pada Chandrea.
"J-jangan main-main dengannya," dia mengatakan nya dengan ketakutan.
"Itu benar," lelaki itu mengangguk dengan sombong.
Chandrea yang mendengar itu menjadi terdiam kesal dan lansung berdiri menatap nya, semua orang di bus bahkan menatap nya. Ia menoleh kepada dua wanita yang duduk bersama lalu mengambil parfum dari tangan salah satu dari mereka sambil meminta izin.
"Boleh aku mengambil ini sayang."
Lalu kembali menatap ke lelaki itu. Mereka saling berhadapan di bus yang belum menyala bahkan belum berjalan karena sang supir juga sedang melongoh menatap hal itu.
Lelaki itu terdiam bingung menatap Chandrea, tapi ia akan tercengang karena ketika penutup parfum itu di buka, bahkan Chandrea langsung meminum parfum itu membuat semuanya benar-benar terpaku melihat itu hingga parfum itu habis, dia langsung menyalakan sebuah korek api zippo miliknya yang ia ambil dari sakunya. Tentu saja dia punya, karena terakhir kali, dia sudah terlihat bisa merokok.
Lelaki itu terkejut, tapi siapa sangka, dia sudah terkena api dari semburan parfum itu. Api menyambar dengan sangat kuat dari alkohol yang terkandung dalam parfum, bahkan api tersebut masih mengenai kepalanya hingga ketika hilang, rambut nya menjadi kaku panas dan wajahnya terpanggang.
"Eheheheeeemm... Haha..." Chandrea tertawa puas. Bahkan semuanya tercengang melihat itu, benar-benar tidak percaya. Lelaki itu terdiam menatap tawa itu, dia lalu mundur dan berjalan pergi menjauh darinya, tepatnya berjalan keluar dari bus di ikuti teman-teman nya. Dia sudah di permalukan oleh Chandrea.
"Ha... Benar-benar sampah," Chandrea menyindir dengan wajah prihatin bahkan gadis cupu itu masih terdiam menatap nya dengan tak percaya.
Chandrea lalu tersenyum dan tertawa lagi.
"Ehehheemm, ayo kenalan," dia tampak mengulangi hal tadi, sepertinya dia memang tidak akan menyerah karena ingin berkenalan dengan nya.
Kali ini, gadis cupu itu menjadi terbuka hatinya. "(Kupikir, dia memang sudah menyelamatkanku dan selalu membela ku,)" dia tampak masih berwajah ragu, tapi sebelum benar benar menerima Chandrea, dia bertanya sesuatu.
"Sebenarnya, apa yang sedang kau bicarakan saat di balkon, kau bicara dengan seseorang di ponsel dan kau membicarakan hal yang aneh," tatap nya membuat Chandrea agak menoleh dengan membuang wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, tapi ia mencoba tersenyum kecil, kemudian tersenyum kecil. "Ehehehem, aku hanya menjalankan sebuah pekerjaan, tapi jangan khawatir, waktu itu aku hanya bercanda, ehehehemm,"
"Aku tidak percaya padamu," gadis itu menatap agak ragu membuat Chandrea terdiam dan mencari cara. "Ehehehm, aku pikir kamu hanya melihat keburukan ku soal merokok kan?" tatapnya.
"Semuanya melakukan itu, mereka merokok tak peduli wanita atau laki-laki, kampus ini memang bermasalah," kata gadis itu dengan wajah yang sangat khawatir dan kecewa, seharusnya orang sepertinya memang memiliki sikap cemas yang tinggi karena dia berbeda dari kebanyakan orang yang sudah di sebut umum di sana.
"Ah, lupakan itu, baiklah, aku menyetujuinya," tambahnya menerima permintaan pertemanan milik Chandrea bahkan menyetujuinya dengan masih tak terpercaya lalu mengangkat perlahan tangan nya dan menerima tangan itu membuat Chandrea semakin tertawa gumam.
"Ehehehemmmm... Aku suka ini..."
Hari berikutnya, Chandrea berjalan di pinggir kota, dia melihat sekitar sambil merogoh sesuatu di sakunya.
Dia bersantai sambil menguap dengan ditutup tangan nya. Lalu ketika tangan nya turun, di bibirnya sudah ada satu putung rokok. Dia menyalakan nya sambil berjalan terus dengan langkah yang teratur.
"Kemarin, kampus seperti biasa sekali... Aku akhirnya bisa berteman dengan gadis kutu buku itu, tapi kenapa aku lupa nama nya, padahal kemarin baru saja kenalan..." ia terdiam bingung sendiri, sepertinya hari ini adalah hari libur kampusnya.
Lalu kebetulan di saat itu juga ponselnya berbunyi membuat nya mengangkatnya sambil merokok.
Namun di saat itu juga, ada banyak sekali orang lewat terus menatapnya. Mereka melirik dan mulai bergosip masing masing.
"Lihat itu, dia wanita, tapi kenapa merokok…?"
"Benar-benar sudah rusak masa depan nya, dia pasti tidak akan dapat apapun termasuk uang..." pikir mereka yang sangat tampak seperti mencari cari kesalahan orang .
"Padahal cantik, tapi kenapa masa depannya begitu?"
"Apa dia tidak punya didikan dari orang tua atau bagaimana?"
"Sepertinya begitu, sungguh sangat miris sekali..."
"Adakah yang mau mematikan rokoknya, kemudian menamparnya lalu menginjak rokoknya... Agar dia selamat dari hal itu?"
"Masa depan yang suram sekali..."
Tapi Chandrea yang kebetulan mendengar itu dia benar-benar tidak peduli dengan perkataan gosip kecil mereka bahkan perkataan keras yang di dengarnya.
"(Terus saja bilang begitu, aku tak peduli kalian bicara apa... Payah... Sudah jelas aku punya masa depan baik di sini... Aku punya rumah besar, mobil mewah dan bawahan yang siap menjilat sepatu ku,)" pikirnya dengan wajah tidak peduli.