Lelah. Itu yang Liana Tri Rahayu rasakan. Hari-hari terasa semakin lelah tapi takdir selalu saja menginginkan dia terpenjara dalam keadaan seperti ini. Sampai kapan kah? Entah.
Liana memasuki rumah nya beserta ketiga anaknya. Bayi tampan yang sedang di gendong Liana itu bernama Arjuna Sakti Kusuma, sedangkan dua gadis kecil yang berjalan lebih dulu di depan adalah Amelia Dyah Pitaloka yang berusia 8 tahun dan gadis imut montok serta putih yang berusia 2 tahun itu adalah Adelia Rengganis Putri. Ketiga anak tercinta Liana. Tak ada alasan bagi Liana untuk tak menyanyangi mereka. Mereka semua anak yang penurut, tak banyak mau, cerdas dan mengerti situasi.
Ahhh aahh Masss cepet maasss
Desahan itu yang terdengar saat Liana ingin menapaki anak tangga. Sudah biasa. Siapalagi kalo bukan Bang Fajar dan para pelacur itu. Terkadang dia ingin mengakhiri pernikahan ini, tapi ada hati yang harus di jaga. Huhhh.
~~~
"Mah, kakak bosen pengen jalan-jalan deh" ucap Amel anak Liana dengan rambut gelombangnya dan lesung bibir nya itu.
"Kemana ya enaknya kak? Hmmm"
gadis itu tampak berpikir sejenak.
"Ke Jogja yok mah, mamah punya uang kan?"
~~~
"Paapaahhhh" teriak Liana.
"Lah Li, ngapain malam-malam kesini? Bawa koper lagi. Kamu pisah sama Fajar?" cecar Ibu Liana yang bernama Lailatul Azizah atau biasa di panggil Lulu.
Aamiin dalam hati Liana.
"Ish, bukan mah aku mau ke jogja yaa. Cowokku mana mah?"
"Masih tidur tuh habis main bola dia"
Kaki jenjang Liana segera melangkah menaiki anak tangga setelah menitipkan ketiga buah hatinya kepada Ibunya. Liana menuju pintu berwarna hitam setelah melewati pintu berwarna pink dan hijau.
Tok
tok
tok
"Leee,,, mbak datang nih."
"____"
"Abah Leonnn,,, bukain pintunya atau mbak masuk nih."
Melihat tidak ada tanda-tanda akan seseorang yang membuka pintu dari dalam, akhirnya memutar knop pintu dan terpampang lah adiknya yang tampan sedang tidur hanya mengenakan celana boxer.
"Le....." Liana menggoyangkan bahu adik tampannya itu.
"Leon" tetap tak ada sahutan.
"Le, ahh ahh cepet le ahhh" Liana sengaja mendesah tepat di telinga Leon membuat empu nya berjingkat kaget.
Liana terkekeh melihat adiknya yang kelabakan itu.
"Mbaaakkkkk" teriaknya.
"Anter mbak ke bandara ya Abah Leon. Mau holiday nih ke Jogja"
"Sama siapa?" pria tampan itu memijit pangkal hidungnya yang mancung.
"Sama anak-anak lah"
"Leon ikut"
"Ish, gak usah lah"
"Mbakk" Leon memegang lengan Liana yang duduk di tepi ranjang.
"Kita nikah yuk, biar mbak hidup gak begini terus. Aku janji bakal buat mbak bahagia."
Liana menangkup pipi kiri Leon sesekali mengelus rambut adiknya yang sudah dewasa itu.
"Leon, kamu itu adik mbak. Okey, cukup kamu temanin mbak di hari buruknya mbak aja, mbak udah bahagia. Simpan rasa cintamu untuk gadis lain."
Cup. Liana mengecup pipi adik nya itu dengan dalam kemudian melenggang keluar dari ruangan itu.
"Adik pungut mbak" lirih Leon.
~~~
Liana dan ketiga anaknya memasuki kawasan bandara sepinggan. Wanita itu sengaja memilih penerbangan malam agar tidak berdesak-desakan dengan penumpang lain. Tampilannya sangat santai. Sepatu kets berwarna merah, celana jeans sebetis dan kaos hitam bertuliskan will you menambah keseksiannya malam itu.
Liana dan ketiga anaknya berjalan menyusuri ruang tiket hingga colekan di lengannya membuatnya menoleh.
"Ehh, ketemu terus ya mas sam"
"Iya nih bu"
"Jodoh kali yak?"
"Jodohnya sama Bos saya aja bu"
Liana terkekeh menampilkan gigi gingsul nya yang menambah nilai plus di senyumnya itu.
"Mau kemana bu malam-malam gini?" tanya Sam sembari membantu menarik dua koper wanita itu.
"Pengen holiday ke jogja nih"
Tiba-tiba sebuah lampu einstein muncul dari ujung rambut Sam Wisesa.
"Bareng aja yuk bu."
"Hah?"
"Iya bareng, naik pesawatnya Pak Bos aja. Gratis loh kan mayan bu" cengir Sam.
"Tanya dulu deh ke Mas Abi"
"Masih sibuk dia Bu, gak bakal nolak Pak Bos kalo Ibu yang numpang" Sam menaik-turunkan kedua alisnya membuat Liana tersenyum kembali dan itu semakin membuat Sam meleleh. Andai Bosnya tak jatuh hati dengan wanita di depannya ini sudah pasti dia akan menikung sekarang juga.
"Oke deh" Liana menganggukkan kepalanya pelan.
~~~
Pesawat pribadi milik Airlangga Abimanyu akan berangkat pada pukul 01.00 am di karenakan sedang menunggu pilot yang masih dalam penerbangan lain. Sedari jam 10 malam, Liana dan ketiga anaknya serta Abimanyu dan Sam sudah berada di pesawat.
Pesawat ini memiliki ruang yang cukup luas, ada beberapa kamar tidur dan juga sofa-sofa mahal yang empuk serta pramugari yang siap melayani.
"Tidur dulu aja kali Bu kalo udah ngantuk."
"Nggg,, Mas Abi panggil aku Liana aja ya kan Mas Abi lebih tua."
Abi tercengang, wanita itu malu-malu tapi tidak malu-maluin. Dan apa katanya? Aku? Wahhh.
Abi hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya membuat Liana semakin salah tingkah.
"Ayo Li, ku antar ke kamar disini. Kasian anak-anak kalo di sofa."
Abi berdiri, tangannya terulur hendak menggendong Adelia tapi dengan cepat Liana menggenggam tangan Abi seperti mengatakan biar aku saja yang gendong. Abi pun tak mau kalah, dengan cepat dia menjauhkan tangan Liana seolah mengatakan tak apa.
~~~
00.00
Haus. Itu yang Liana rasakan. Tenggorokan tercekat. Segera dia berdiri dengan rambut yang masih berantakan, matanya menyipit melihat lampu-lampu ruangan. Liana berpegangan pada tangan sofa membuat seseorang yang tak jauh dari sana bergerak kaget.
"Kenapa?"
Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya dan memijit pelan kening serta pelipisnya. Laki-laki tampan nan gagah itu memapah Liana mendudukkan diri di sofa.
"Aku mau minum mas, haus." lirih Liana.
Tanpa menjawab, lelaki tinggi itu berdiri dan kembali dengan membawakan air mineral serta beberapa camilan untuk Liana.
"1 jam lagi pesawat baru take off, kamu istirahat aja dulu" jelas Abi sambil kembali menatap layar ipad nya.
"Mmm Mas Abi sibuk gak? Aku mau istirahat sih tapii.."
"Tapi apa?"
"Boleh tidur di sini?"
Abimanyu mengerjapkan matanya berkali-kali meyakinkan seolah yang di hadapannya ini adalah Liana bukan hantu.
Abi mengangguk kemudian memberikan bantal kepada Liana tapi lagi-lagi wanita itu hanya menunduk dan gerak gerik nya gelisah.
"Aku mau nya tidur begini"
Rasanya seperti ada boom meledak di dada Abimanyu, berdetak tak karuan saat Liana dengan sengaja merebahkan kepalanya di paha Abi dan menduselkan wajahnya di perut Abi. Speechless.
Tiba-tiba bahu wanita di bawahnya itu bergetar. Wanita itu menangis.
"Li"
"Sebentar aja mas, sebentar aja biarin begini. Aku butuh sandaran mas" Liana yang saat ini benar-benar lelah dengan hidupnya tak sanggup lagi menahan rasa sakit di dadanya. Tapi entah mengapa dengan Abimanyu dia merasakan sesuatu yang beda. Sesuatu yang membuatnya nyaman dari cara lelaki itu berbicara, gestur tubuhnya dan kelembutannya membuat pertahanan tegar Liana runtuh. Seberapa sakit kah wanita itu hingga memendam semua rasa sendiri??
Masih belum dapat alurnya?? Makanya pantengin terus hihihii