webnovel

Calon Suami Anya

Keduanya hampir saja kehilangan nyawanya dan untung saja dengan cepat Ando menginjak rem jika tidak keduanya mungkin sudah tak bernyawa lagi.

"Anya kamu baik-baik saja?" tanya Ando khawatir kepada Anya karena bagaimana pun juga orang tua Anya mempercayakan keselamatan Anya kepada dirinya.

"Aku baik-baik saja, arggghhh... ini semua salah kamu Ando. Coba saja kamu menjawab dan mengizinkan agar aku ke rumah Genta sebentar pasti tidak akan terjadi hal seperti ini untung saja mobil itu melaju dengan cepat dan kita dengan cepat menginjak rem." Anya terlihat kesal terhadap Ando. Sedangkan Ando hanya diam karena dia sepertinya harus mengabulkan permintaan Anya sebab jika tidak mungkin kejadian sama seperti barusan akan terulang lagi.

"Oke, aku akan mengantarkan kamu ke rumah Genta tapi hanya sebentar kalau tidak kita akan telat ke acara perpisahan kamu nanti," jawab Ando dan kembali melanjutkan perjalanannya untuk menuju ke rumah Genta terlebih dahulu.

Anya tersenyum senang, jika sudah terjadi seperti ini maka rindunya akan terobati. Entah dia juga tidak begitu mengerti mengapa dirinya sangat ingin bertemu dengan Genta.

Hingga akhirnya mereka berdua telah sampai di rumah Genta. Anya yang tahu kalau pagi-pagi buta seperti ini Genta pasti sedang menyiapkan sarapan untuk adiknya.

Dia yang turun dan mengetuk pintu rumah Genta sejak tadi namun tak ada yang membuka pintu juga menjawabnya.

Tok!

Tok!

"Apa Genta sudah berangkat bekerja ya?" ucapnya dengan murung.

"Sepertinya tidak ada orang di dalam, lihat saja keadaan di dalam gelap dan juga barang-barang tidak ada," jawab Ando sambil mengintip jendea rumah Genta.

"Dia kemana ya? Yasudah lah kita pergi saja," ucap Anya terlihat menekuk wajahnya karena tidak bisa bertemu dengan Genta.

Selama perjalanan menuju tempat acara perpisahan Anya yaitu gedung samping sekolahnya Anya terdiam lesu, wajahnya yang datar membuat Ando dapat melihat sesuatu.

"Kamu dekat dengan Genta ya?" tanya Ando.

"Jangan bertanya dan ingin tahu. Kamu dan aku hanya sebatas seseorang yang dijodohkan saja," jawab Anya dengan wajah datar.

Ando terdiam, ucapan Anya memang benar. Untuk apa dirinya peduli dengan Anya, lagi pula mereka memiliki hubungan hanya karena perjodohan.

***

Sampai dengan ujung acara dan Anya hanya tinggal menunggu giliran namanya dipanggil ke depan. Dia tampak cantik bahkan para laki-laki tak lepas menatap wajahnya. Terlebih lagi sikap dingin Anya menambah kesan ketertarikan orang-orang terhadap Anya.

Bahkan yang lebih tertarik adalah seseorang pria asing yang duduk di samping Anya.

"Gila Om Anya ganteng abis."

"Wajahnya gak asing ya."

"Duh mirip orang Korea gak si?"

Anya yang diam mendengar ucapan para wanita yang berada di sekitarnya. Mereka semua menatap dokter Ando tanpa kedip.

"Om tua seperti itu mereka bilang ganteng? Matanya pada buta kali ya," cetus Anya pelan namun masih bisa di dengar oleh Ando.

"Aku memang ganteng Anya, kamu saja yang melihat dengan mata batin."

"Cckkk... terlalu percaya diri," jawab Anya dan sontak berdiri karena namanya disebut oleh pembawa acara.

Anya melangkahkan kakinya berjalan naik ke atas panggung. Semua mata tertuju pada Anya.

Sedangkan Ando bahkan terkejut melihat semua laki-laki yang menatap calon Istrinya.

"Apa cantiknya," cetus Ando yang ikut lurus melihat Anya, dan dia tiba-tiba saja terdiam menatap Anya.

Entah angin dari mana yang menyerang dirinya ketika menatap Anya. Bahkan beberapa musik romantis terdengar ketika Ando yang saat ini melihat wajah Anya.

"Arghh... saya pasti sudah gila," ucapnya dan berdiri ketika menyadari kalau Anya memberikan kode kepadanya untuk naik ke atas panggung mewakili orang tua Anya yang tak bisa hadir.

Melihat Ando yang ikut naik ke atas panggung membuat para siswi berteriak bahkan tak segan-segan ada yang bersiul.

"Harap tenang ya anak-anak!" ucap pembawa acara yang merupakan guru perempuan. "Halo Pak selamat datang, kalau boleh tahu siapanya Anya ya? Om Anya kah? Aduh Anya kamu punya Om setampan ini kenapa tak memberitakan Ibu," ucap guru perempuan itu terhadap Anya.

Anya membulatkan matanya bahkan menatap jijik. Baginya sudah tua tapi tak sadar usia, melihat sesuatu yang bening langsung bergerak gesit.

"Iya Om, perkenalkan diri saja. Boleh ya Bu?"

Guru dan muridnya sama saja.

"Iya boleh, silahkan perkenalkan diri anda dan hubungan anda dengan Anya!"

Anya yang tampak terkejut mendengar ucapan gurunya yang memerintahkan Ando untuk memperkenalkan diri sedangkan para orang tua atau perwakilan keluarga tadi tidak ada yang melakukan seperti ini. Dia hanya takut jika Ando nanti memberitahukan identitasnya sebagai calon Suami atau mungkin tunangan Anya.

"Bagaimana ini aku tidak mungkin berbicara sedangkan Ando saja dekat dengan Bu tiwi," ucap Anya terlihat khawatir.

Dia hanya bisa diam dan mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh dokter Ando dengan harapan sesuatu yang semestinya harus dirahasiakan jangan diucapkan.

"Halo semuanya," ucap Ando terlihat datar dan hanya tersenyum tipis. Namun justru hal tersebut membuat semua orang terpesona dengan senyuman tipis dan sikap dingin dokter Ando.

"Halo juga Ganteng." Sontak secara bersama-sama berteriak menjawab sapaan Ando.

Anya bahkan sampai membulatkan matanya, tidak siswi, guru dan juga orang tua para murid menjawab semua sapaan dokter Ando, bahkan semua tampak kompak.

"Perkenalkan saya Ando, saya adalah calon Suami Anya," ucapnya membuat Anya sontak menatap Ando dengan tajam.

Ia pikir Ando tidak akan memperkenalkan diri sebagai calon Suami Anya, namun justru dugaan Anya salah.

Bukan hanya saja yang terkejut dengan perkenalan diri Ando, semua orang yang menyaksikan pun juga terkejut.

Tak hanya satu yang saat ini tengah berbisik mengenai Anya. Pasti seluruh sekolah akan tahu tentang Anya yang akan menikah dalam waktu cepat.

***

Anya tampak malu, dia sejak tadi hanya diam walau berjalan berdampingan dengan Ando untuk menuju ke dalam mobil.

Rasanya dia sangat kesal dengan ucapan Ando, padahal dirinya mau merahasiakan itu semua juga jika Anya menikah dia akan merahasiakan statusnya sebagai seorang Istri.

"Kamu marah dengan saya ya Anya?" tanya dokter Ando kepada Anya. Ando merasa sangat bersalah dan tidak enak setelah mengucapkan hubungannya dengan Any.

"Aku ingin mengambil barang yang tertinggal dulu," ucap Anya dan pergi karena memang ada salah satu barang berharga yang tertinggal. Sedangkan Ando mengembuskan nafas kasarnya. Dan kini dia terdiam menunggu Anya yang pergi mengambil sebuah barang.

Sedangkan Anya yang tengah melangkahkan kakinya untuk pergi mengambil barangnya, namun tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti mendengar beberapa orang yang sedang membicarakan dirinya.

"Gak habis pikir ya Pak Ando tadi sudah ganteng dan kaya, intinya sempurna tapi mau ya sama Anya yang jutek udah gitu galak."

"Iya, atau jangan-jangan dia mau sama Anya karena Anya sudah menyodorkan tubuhnya atau mungkin mereka menikah terpaksa karena hamil diluar nikah. Tahu lah Anya gimana."