webnovel

Aku Istri Pria Tua Tetapi Aku Mencintai Pria Berandal Itu

<p>Melihat pemandangan yang begitu buruk bagi Ayah Anya sedangkan Anya dan juga Ando tentu saja akan menanggung malu atas Ayahnya yang salah sangka terhadap mereka berdua.<br/><br/>"Sumpah Ayah tak melihat apa-apa, kalau begitu Ayah tutup pintunya," ucap sang Ayah yang menutup pintu.<br/><br/>"Ini salah kamu Ando," ucap Anya memukul dada bidang Ando.<br/><br/>"Salah aku?"<br/><br/>Ceklek!<br/><br/>Terkejut kembali dengan pintu yang terbuka walau tak lebar, "Kalian jangan lama-lama kami semua menunggu karena sudah lapar tapi jika.... "<br/><br/>"Ayah... Ayah salah paham!" ucap Ando memotong ucapan Ayah mertuanya yang salah menangkap apa yang dilihatnya barusan.<br/><br/>Bruk!<br/><br/>Tak menjawab ucapan Ando, Ayah Anya justru menutup pintu kamar mereka sehingga membuat mereka berdua saling pandang satu sama lain.<br/><br/>"Arghhh... jika bersama kamu Om tua maka aku akan sial terus, cepat menyingkir dari tubuhku!" ucap Anya dengan menatap kesal Ando sambil mendorong tubuh Ando yang begitu berat.<br/><br/>Ando sontak bangkit berdiri dari atas tubuh Anya, entah mengapa dia tiba-tiba saja merasa gugup berada dengan jarak sedekat ini dengan Anya.<br/><br/>"Apa kamu menatap mataku, mau aku tusuk?" cetus Anya dengan menajamkan tatapannya.<br/><br/>"Berisik!" Ando menoyor kening Anya dan sontak langsung saja pergi menuju ke kamar mandi.<br/><br/>Sedangkan Anya berjalan keluar kamarnya menunjuk ruang makan karena seluruh keluarganya sudah menunggu dan lagi pula dia tidak ingin berada di kamar karena takut kejadian seperti tadi terulang. <br/><br/>"Selamat pagi semuanya," ucap Anya menyapa seluruh keluarganya.<br/><br/>Semua hanya menatap Anya dengan senyum menggoda sehingga membuat kedua pipi Anya merona.<br/>Dia menatap Ayahnya karena dalang yang membuat semua orang menggoda dirinya adalah sang Ayah, pasti Ayah Anya menceritakan apa yang dia lihat di kamar tadi padahal ucapannya itu salah.<br/><br/>"Dimana Ando?" tanya Ayah Ando kepada Anya.<br/><br/>"Dia sedang mandi," jawab Anya yang namun justru mendapatkan tatapan dari semua orang yang berada di meja makan.<br/><br/>"Oooohhh... mandi," ucap mereka dengan begitu kompak.<br/><br/>"Kalian semua tidak jelas," cetus Anya dan kembali melanjutkan makannya karena bagi Anya sangat malas jika dirinya berbicara kepada semua orang tua ini.<br/><br/>Dia yang sedang asik makan tiba-tiba saja menjadi tak selera karena kedatangan seseorang, bahkan yang paling membuatnya kesal adalah orang tersebut duduk di samping dirinya.<br/><br/>"Ando sudah mandinya?" tanya Ayah Anya kepada Ando yang baru saja datang.<br/><br/>"Sudah Yah," jawab Ando dengan santai sambil mengambil makanan yang telah dihidangkan.<br/><br/>Jawaban Ando membuat Anya terkejut, dia tak berpikir akan mendapatkan suami yang bodoh dan polos seperti Ando. Pertanyaan Ayahnya yang seperti itu dijawab dengan begitu santai dan sudah tentu sebentar lagi mereka akan menjadi bahan godaan semua orang. <br/><br/>"Dasar Suami bodoh," cetus Anya dalam hati.<br/><br/>***<br/><br/>Mereka semua telah selesai makan dan ini saatnya Ando akan pergi berangkat bekerja. Walau telat bagi Ando makan adalah nomor satu karena itu cukup membantu meningkatkan energi dirinya, lagi pula pasti saat ini dirinya sudah digantikan dengan dokter lain karena siapa yang membiarkan pasien menunggu? Bagi seorang dokter pasien adalah nomor satu maka dari itu di rumah sakit tempat Ando bekerja banyak sekali dokter sehingga salah satu dari mereka tak khawatir jika satu dokter tak masuk. Sebenarnya Ando tadi mendesak Anya karena Anya mandi sangat lama.<br/><br/>"Kamu mau berangkat Ando?" <br/><br/>Baru saja Ando berdiri dan akan melangkahkan kakinya namun tiba-tiba saja dia terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Ibunya. "Iya, kenapa memangnya Bu?" tanya Ando.<br/><br/>"Kami semua telah memutuskan kalau kami menginginkan cucu kembar," jawab Ibu Ando dan semuanya yang berada di sana menganggukkan kepalanya terkecuali Anya yang justru membulatkan kedua bola matanya karena terkejut.<br/><br/>"Aku tak ingin memiliki anak," jawab Anya dengan suara yang begitu lantang.<br/><br/>Semua yang berada di sana terkejut begitu juga dengan Ando karena tak seharusnya Anya berucap seperti itu sebab mereka baru saja menikah dan walau pernikahan ini terjalin karena perjodohan kedua keluarga. Juga Ando dan Anya pun sudah berencana untuk mengakhiri pernikahan ini nanti namun berbicara di depan kedua orang tua Ando juga kedua orang tua Anya mengenai anak adalah suatu hal yang salah.<br/><br/>"Tutup mulutmu Anya! Ayah tak mengajarkan kamu menjadi anak yang membangkang," ucap Ayah Anya dengan marah terhadap putrinya.<br/><br/>Anya tak merespon justru dia pergi melangkahkan kakinya meninggalkan semua orang.<br/><br/>"Kamu berani melawan pasti karena pria itu," ucap Ayah Anya dengan wajah yang memerah.<br/><br/>"Sayang sudah!" Ibu Anya yang melihat kalau Suaminya marah tentu saja menenangkan.<br/><br/>"Ayah bilang apa tadi?" tanya Anya yang sudah menghentikan langkahnya dan menatap Ayahnya dari jarak yang sedikit jauh.<br/><br/>"Semua karena pria itu," jawab Ayah Anya.<br/><br/>Suasana begitu tegang pasalnya Anya dan Ayahnya memiliki sikap yang sama tak mau mengalah dan mudah sekali marah. Bahkan jarang sekali ada seseorang yang mampu menenangkan Anya.<br/><br/>"Dasar tak waras," celetuk Anya dan pergi begitu saja menuju ke kamarnya.<br/><br/>Mereka pikir pertengkaran ini akan semakin kacau dengan Anya yang marah berapi-api tetapi hanya sekali ucapan seperti tadi dan melihat Anya yang mengalah tak ingin memperpanjangkan pertengkarannya.<br/><br/>***<br/><br/>Walau perubahan sikap putrinya telah berubah sudah tak menjadi kekanak-kanakan lagi seperti dulu namun ucapannya masih saja sama tak bisa diatur.<br/><br/>Mereka berdua yakin perubahan sikap Anya terjadi karena adanya Ando sebagai seorang Suami.<br/><br/>"Kamu yakin Mas tidak akan memarahi Anya karena ucapannya itu?" tanya Istrinya kepada sang Suami.<br/><br/>"Untuk apa aku memarahinya lagi, sedikit demi sedikit aku melihat perubahan dalam diri Anya, dan aku yakin Ando akan merubah semua dalam hidup Anya tidak seperti ketika bersama dengan pria berandal itu," jawab Sang Suami.<br/><br/>Bahkan tanpa sepengetahuan mereka berdua yang tengah berbincang dalam kamar.<br/><br/>Brak!<br/><br/>Pintu kamar terbuka dengan lebar sehingga membuat kedua pasangan itu terkejut.<br/><br/>"Anya." Ucap keduanya secara bersamaan.<br/><br/>"Dugaan kalian salah, aku menjadi seperti ini bukan karena pria tua itu. Dan asal kalian tahu aku berubah karena pria yang kalian sebut seorang berandal, dia memiliki nama Yah. Genta yang telah mengajarkan aku semua arti kehidupan dan bahkan dia meminta aku untuk kembali meminta maaf kepadamu atas sikap kasarku."<br/><br/>"Anya... jangan membela pria berandal itu!" ucap sang Ayah dengan membentak.<br/><br/>"Dia bukan berandal Ayah!" Teriak Anya dengan keras membela Genta yang sekarang entah dimana. "Aku sudah menerima perjodohan ini, bahkan Ayah sampai berpura-pura tiada dan tega melihat aku menangis sudah seperti orang tak waras. Apa bisa cinta datang? Apa bisa aku mencintai Ando kalau ternyata aku sadar kalau aku sepertinya memiliki perasaan kepada Genta, pria yang baru saja Ayah sebut berandal," sambung Anya dengan penjang lebar.<br/><br/>"Anya kamu.... " Tangan yang hendak melayang menampar kedua pipi Anya namun tertahan oleh sebuah tangan besar seorang pria.<br/><br/>"Cukup Yah!"<br/><br/></p>