webnovel

Prolog

Langit gelap membentang layaknya kanvas hitam disertai guntur dan badai. Angin berderu layaknya lolongan kematian yang siap mencabut nyawa. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat puing-puing reruntuhan dan tanah yang rusak dan tercemar. Setiap kali kau melempar pandangan mu, terlihat tumpukan mayat dan darah hitam yang menggenang dimana-mana.

Apa yang menggambarkan disini adalah kematian dan keputusasaan itu sendiri.

Raja Iblis dalam kelelahan menatap enam orang disekelilingnya dengan tajam serta niat membunuh. Entah sudah berapa lama dia sudah bertarung tanpa henti dengan mereka. Berapa minggu, bulan atau tahun dia lewati? Dia tidak ingat. Saat dia sadar, semuanya sudah hilang dan lenyap selain dirinya dan keenam orang dihadapannya.

Keenam orang yang juga nampak lelah sepertinya juga tak pernah mengendurkan kewaspadaannya. Alasannya tentu tidak lain dan tidak bukan adalah karena keberadaan Raja Iblis itu sendiri.

Dewa yang menguasai Celestial yang dikenal sebagai dewa perang. Ratu yang melindungi atas pohon dunia. Dewa Penghukuman. Dewa yang memimpin atas para malaikat. Dan dua orang lainnya yang sangat dikenal oleh Raja Iblis, sang pengkhianat. Mereka berenam berkerja sama untuk menaklukan Raja Iblis yang sudah lama menguasai dunia.

"Raja Iblis, sepertinya sampai sini saja akhirnya."

Mendengar ucapan Dewa Celestial, Raja Iblis hanya mendengus sembari menyeringai.

Tanpa basa basi, mereka mulai melancarkan serangannya kembali. Berbagai gempuran dan pertahanan terus dilancarkan. Namun Raja Iblis masih terus menerimanya dengan baik bahkan jika dia sudah kalah jumlah sejak awal.

Namun Raja Iblis mulai menyadari, setiap serangan yang mengarah padanya seperti tidak memberikan dampak yang berarti dan bahkan lebih lemah dari sebelumnya.

Awalnya Raja iblis berpikir kalau mereka mulai kelelahan. Tapi Ia langsung menepis pikiran tersebut melihat betapa waspadanya lawan. Dia melihat sekeliling dan mulai sadar, namun sebelum dia sempat bertindak itu semua sudah terlambat.

Tiga dewa yang seperti menunggu waktu yang tepat untuk beraksi segera membuka segel sihir saat Raja Iblis sudah memasuki perangkap.

Sebelum Raja Iblis sempat merespon, Ratu yang melindungi atas pohon dunia menciptakan sulur gemerlap yang dengan cepat memmbungkusnya dan menahannya.

Raja Iblis mulai meronta dan meledakkan kekuatan yang luar biasa. Namun itu masih tidak cukup kuat hingga sampai dia dapat meloloskan diri. Raja Iblis yang sadar alasan mengapa dia tidak dapat melepaskannya murka dan mengejek sambil terus melepaskan kekuatan yang hampir tak terbendung.

"AHAHA. KALIAN PARA DEWA LICIK! MENEKAN KEKUATAN KU DENGAN PENGHALANG DAN MENGIKAT DIRIKU HINGGA TAK DAPAT BERGERAK! KALIAN PIKIR INI MAMPU MENGHENTIKAN KU BAHKAN JIKA AKU TAK DAPAT MENGELUARKAN SEMUA KEMAMPUAN KU?"

Seraya ucapannya, kekuatannya semakin meledak dan membuat para dewa mulai kewalahan dan panik. Bahkan dalam kondisinya yang melewah, dia mampu melawan balik adalah apa yang seharusnya mustahil dilakukan.

Dengan panik, dewa penghukum mulai berteriak. "Apa yang kalian tunggu? Inilah waktu yang tepat!"

Menanggapi ucapannya, dua pengkhianat mulai merapalkan sihir dan barisan kata dengan warna merah yang gelap merambati tubuh raja iblis mulai dari kaki menuju ujung kepala.

Raja iblis tahu, ini adalah teknik pengikat yang efektif pada ras iblis tak terkecuali dirinya. Dalam kondisi normal, teknik ini tak berpengaruh banyak terhadap dirinya. Namun dalam kondisi terkekang seperti ini, bukan tidak mungkin kalau dia akan benar benar dibatasi lagi. Hampir dia akan masuk dalam kondisi tak berdaya.

"BRENGSEK KALIAN BERDUA! SETELAH APA YANG AKU LAKUKAN PADA KAUM MU! INI BALASANNYA?!"

"Raja Iblis! Hanya karena kau seorang penguasa, kau telah melakukan semau mu! Merampas milik kami, menghukum sesukamu, bahkan kau mengambil wanita ku dan kau bunuh dia! Dendam ini tidak akan pernah hilang dan kau pantas mendapatkannya!"

"BRENGSEK KAU! AKU MENOLONG KAUM MU DAN MEMBERIKAN RAS IBLIS DI PUNCAK KEKUASAAN! HANYA KARENA SEORANG WANITA? ITU ADALAH HARGA YANG SANGAT MURAH!"

Kali ini tidak ada tanggapan. Mereka masih terus merapalkan sihir dan memilih fokus ketimbang memedulikan provokasi dari Raja Iblis.

Raja Iblis yang sudah diujung tanduk mulai berpikir kembali. Pada akhirnya dia memang tidak mampu untuk melawan. Kali ini dia mulai memikirkan cara agar dapat lolos dari jurang kematian. Namun belum sempat dia dapat menemukan cara, dewa terakhir menarik tongkat kecil dari sabuknya sembari mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Raja Iblis, ini adalah akhir dari kedzaliman mu dan akhir hidup mu! Biarkan dunia mengetahui akhir dari penderitaanya!"

Pilar cahaya jatuh tepat diatas Raja Iblis. Tekanan yang amat kuat membuat seluruh tubuhnya bergidik dan meronta. Rasa sakit yang membuat kepalanya seakan meledak menusuk bak badai jarim yang menembus setiap kulit dan dagingnya.

Meski begitu, dalam sakit yang luar biasa kesadarannya masih tetep terjaga membuat dirinya patut dikagumi. Dalam kesadarannya yang samar, yang dia pikirkan adalah cara menyalamatkan diri.

Jika tubuhnya tak dapat menanggung kehancuran, selama jiwanya masih utuh dia masih bisa bertahan. Tapi dihadapan para dewa yang dapat melihat segala jenis jiwa, jalan yang akan ditempuhnya hanya jiwanya yang dilenyapkan.

Tubuhnya mulai hancur dan jiwanya mulai pudar dengan cepat. Tak ada waktu lagi, satu satunya cara yang dipikirkanya hanyalah meladakkan jiwanya hingga menjadi seprihan dan melindunginya. Bahkan jika dia dapat melakukannya, para dewa pasti tetap tak membiarkannya lolos. Oleh karena itu, ini adalah taruhan.

Pilar cahaya itu perlahan mulai pudar, saat pilar itu lenyap, apa yang tersisa didalam pelindung itu adalah jiwa Raja Iblis. Jiwa lembut yang melayang dan semu itu terlihat lemah dan seperti akan hilang kapan saja.

Para dewa yang melihatnya cukup terkejut. Seharusnya serangan terakhir akan memgahncurkan tubuh dan jiwanya tak tersisa. Mereka mulai bergidik dan kagum melihat betapa kuatnya raja iblis. Bahkan sampai akhir, dengan teknik penghabisan dia bahkan masih bertahan bahkan jiwanya.

Untuk yang terakhir kalinya, setelah semuanya kelelahan, sang dewa celestial mendekati jiwa raja iblis sembari mengulurkan tangannya.

"Raja Iblis, inilah akhirnya. Aku akui, kau orang yang mampu."

Setelah ucapannya, lonjakan energi padat membungkus tangannya dan dalam sekejap, jiwa raja iblis lenyap dihadapannya. Dewa celestial yang sudah berjuang hingga titik ini menatap langit gelap tanpa bintang dan terdiam.

Namun tanpa disadarinya, pecahan terakhir yang semu dan tipis dari jiwanya sudah pergi bahkan jauh sejak lama pertempuran dimulai. Benar, Raja iblis bukanlah orang yang mengandalkan kekuatannya saja sampai puncak. Dia bisa sampai puncak karena dia mengandalkan segalanya yang dimilikinya, dan memanfaatkannya dengan baik.

Jiwanya yang tersisa pergi berkelanan dan beresonasi. Berkembang dalam perjalanannya dan memulihkan diri. Jiwanya yang unik menyatu dengan segala jenis energi dan membaur dengan inti lainnya. Dengan begini, bahkan para dewa akan kesulitan menemukannya. Hingga saat mereka sadar, Raja Iblis akan kembali.