I'm Still

“Aku menaruhmu terlalu dalam di hati. Sehingga untuk menghapusmu, aku seperti menyakiti diri sendiri..” Edellyn menatap hampa pada laki-laki yang duduk di hadapannya. Bibir tipis yang berusaha menampakkan senyum ‘aku baik-baik saja’. “...Pergilah, Ellworth.. jangan membuatku terlihat jahat dengan menahanmu di sisi ku. Benar kata keluargamu. Manusia biasa hanya akan tetap menjadi manusia biasa, berapa keras pun berusaha tidak akan pernah menjadi luar biasa..” Tidak ada air mata namun mata itu memerah dan basah. Ellworth merasa kosong seketika, tidak mengerti apa yang dia rasakan. Hubungan selama bertahun-tahun antara mereka sepertinya akan berakhir begitu saja seperti debu yang di terpa hujan. Hilang tanpa bekas. Ada ketenangan, ada kekosongan. Bagi Edellyn.. Ellworth adalah segalanya. Tapi bagi Ellworth… Edellyn bukan apa-apa. “..Edellyn… aku tahu bagaimana perasaanmu padaku, tapi aku tidak bisa bersamamu.. aku mencintai gadis lain.. aku harap kamu mengerti.” Anggukan kepala menandakan dia setuju “Aku mengerti.. pergilah.. dia sedang menunggumu..” Edellyn menatap keluar jendela kafe, seorang gadis cantik berdiri di samping mobil Ellworth. “Dia cantik.. kalian sangat serasi.. pergilah..” Ellworth menatap Edellyn lama dan ragu-ragu, semakin lama dia menatapnya semakin sakit hatinya. Sakit yang sulit untuk di jelaskan. “..Baiklah.. jika kamu membutuhkan sesuatu jangan segan-segan untuk menghubungiku! Ingat kita masih teman!” Edellyn tersenyum pahit ketika mendengar kata ‘teman’. yah.. selamanya hubungan mereka tidak akan pernah berubah dari kata ‘teman’ karena itu Edellyn memilih menyerah dan menjauh dari Ellworth selamanya, mungkin dengan begitu perasaan yang selama ini dia simpan di hati akan memudar seiringnya waktu. “Selamat tinggal, Ellworth…”