webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Ya! dia sedikit tidak berperasaan sebagai seorang gadis

Dan bulan-bulan pun berlalu begitu saja. Pertunangan antara Cecile dan Edwin sudah dilaksanakan. Tinggal menunggu tahun depan untuk melangsungkan pernikahan. Dimana tahun itu Cecile akan berumur tepat delapan belas tahun. Usia gadis yang paling ideal untuk memulai kehidupan keluarga bagi suku Zeath.

Cecile kembali menjadi gadis yang penurut seperti biasa setelah peristiwa itu. Tapi ia memiliki sedikit kebahagiaan, dimana ayahnya tidak terlalu mengekang nya seperti dulu. Ia sudah dibolehkan untuk pergi keluar dengan syarat menjaga segala tindak- tanduknya dan tidak mencemari nama baik ayahnya yang selaku kepala suku.

Sore ini Cecile berencana pergi ke padang rumput yang luas bersama Anne.

Kata Anne disana banyak tanaman bunga liar yang sangat cantik dan unik. Sebagai seorang gadis adalah hal yang lumrah menyukai keindahan. Tentu Cecile sangat penasaran dan tak sabar untuk segera memetik beberapa dari mereka.

"Kau sudah siap?" Seru Anne dari depan halaman rumahnya.

"Sebentar!" Teriak Cecile dari dalam.

Ia menyambar sebuah keranjang dan bergegas keluar. Anne yang melihatnya terus mengapit lengannya.

Lalu menemukan kereta kuda besar berhenti tepat diluar pagar. Tidak ada simbol apapun di gerbong nya, menjelaskan itu bukan punya pejabat. Tapi melihat desain luar yang tidak lagi asing. Cecile dapat menebak milik siapa itu.

"Dia datang!" Bisik Anne padanya. Gadis itu juga tentu tau siapa pemilik kereta kuda yang megah itu. Cecile mendengar nya hanya mengulas senyum tipis. Dan tidak mengatakan apapun setelahnya.

Seorang pemuda yang berwibawa turun dari sana. Membawa aura yang bermartabat dalam dirinya. Mengenakan pakaian yang kasual bewarna coklat santai berpadu celana putih, ia terlihat sangat nyaman dimata. Rambut hitamnya terbelah rapi, kontur wajahnya sangat memikat ketika di terpa semilir angin sore.

Cecile melirik sekilas pada Anne dan menemukan mata hitamnya yang bulat itu berbinar cerah. Tanpa sadar bibirnya melengkung menarik sebuah senyuman. Cecile merasa sakit untuknya. Meski Anne mengatakan ia sudah rela tapi waktu terkadang bekerja lamban untuk menyesuaikan pilihan nya.

Sampai detik ini Anne masih sangat mencintai Edwin dan Cecile tau itu.

"Selamat sore!" Sapa Edwin ramah. Ketika ia berbicara itu seperti sapuan angin yang tenang. Membawa rasa damai di hati orang-orang yang mendengarnya.

"Sore!" Seru Anne semangat. Ia segera menyembunyikan rona dikedua belah pipinya. Anne menyimpan perasaan nya sangat rapi nyaris tidak memberi celah untuk seseorang mencari tau. Meski memendam terkadang sakit tapi Anne sudah terbiasa dengannya.

"Ada apa kau datang kemari?" Cecile dengan tidak sabar bertanya. Rasa tak suka tergambar jelas diwajahnya yang cantik.

Anne sedikit menautkan alisnya ketika mendengar pertanyaan Cecile. Segera ia mencubit lengan gadis itu. "Aduh!" Cecile meringis dan melempar tatapan mengeluh nya pada Anne.

Edwin hanya tersenyum melihat tingkah laku keduanya. Ia tau Cecile tidak suka dengan nya. Itu jelas dari tatapan Cecile ketika melihatnya. Ia berpikir bahwa cinta itu hanya soal waktu dan akan terbentuk sendirinya diantara mereka. Tapi entah kenapa sampai detik ini, tidak ada bunga yang mekar diantara mereka.

"Tuan Edwin maafkan sepupu perempuan ku, ia memang sedikit menyebalkan" Tukas Anne. Cecile memasang tatapan melotot pada Anne seakan tak suka dengan apa yang ia katakan. Tapi Anne hanya mengacuhkan nya.

"Ya! dia sedikit tidak berperasaan sebagai seorang gadis"

"Pftt.." Mendengar itu Anne tak sanggup menahan tawa. Ia tidak akan pernah mengira Edwin akan berterus terang. Cecile hanya memasang tampang yang merutuki kedua manusia itu. Melihat itu Anne terus menutup rapat bibirnya berhenti tertawa dan Edwin hanya menyisakan senyum tipis di wajahnya.

"Aku merasa bosan dan memutuskan untuk berjalan-jalan. Dan kebetulan lewat melihat kalian yang seperti ingin mendatangi suatu tempat. Jika boleh biarkan aku mengantarkan kalian kesana"

Sebenarnya Edwin berbohong. Jelas ia datang karena ibunya yang menyuruhnya pergi. Kata ibunya ia harus membuat pendekatan sejak dini dengan Cecile untuk lebih mengenali satu sama lain. Dengan begitu cinta akan terbentuk secara alami antara keduanya.

"Oh tentu saja boleh! Bukan begitu Cecile?" Anne terus menyenggol lengan Cecile yang tampak tidak bahagia di tempat.

"Tidak! Ini adalah perjalanan khusus para gadis, pria dilarang bergabung" Kata Cecile lugas. Mengangkat wajahnya ia melempar senyuman penuh arti pada Edwin. "Ku harap anda tidak tersinggung tuan Edwin"

Edwin merasa kikuk di tempat. Anne menemukan itu sangat menggemaskan melihat seorang pria yang biasanya tampak teratur dan teroganisir, mendadak kehilangan ketenangan nya dan menjadi gugup.

"Siapa bilang? Kami tidak membuat perjanjian seperti itu sebelumnya. Tuan Edwin jangan hiraukan dia. Ayo kita pergi!"

Cecile merasa tidak senang melihat Anne yang tidak berada di pihaknya. Ketika melihat dua orang itu pergi dan terus mengacuhkan nya ia merasa murka pada awalnya.

Tapi mendadak ia menemukan pandangan yang mendamaikan. Edwin dan Anne berjalan beriringan, nyaris seperti pasangan yang terasa akrab satu sama lain. Yang pria berbadan tegap dengan proporsi badan yang sempurna menaungi gadis mungil dibawahnya.

Anne yang mengenakan gaun coklat dengan terusan putih, seperti takdir. Mereka saling bersatu dengan warna. Tidak hanya itu, rambut hitamnya yang tersanggul tapi di kepalanya itu tampak kompatibel dengan rambut hitam Edwin yang tertata rapi.

Seperti itu tidakkah mereka terlihat seperti pasangan yang ditakdirkan? Menarik kedua sudut bibirnya, Cecile berpikir untuk melakukan sesuatu untuk dua orang itu. Dengan begitu ia memutuskan untuk berdamai dan ikut berjalan dibelakang mereka.

Anne menoleh kebelakang dan menemukan Cecile yang akhirnya mau berdamai dengan keadaan menghela nafas lega dalam hati. Lalu ia siap untuk mengangkat kakinya untuk naik keatas gerbong.

Tapi ternyata gerbong itu sedikit lebih tinggi dan sulit dicapai. Anne berkali-kali mencoba dan terus gagal. Itu menyebabkan beberapa titik keringat muncul disekitaran wajahnya.

Melihat itu Edwin dengan murah hati menawarkan bantuan. Ia berjongkok dan mengulurkan tangannya dengan anggun untuk mempersilahkan Anne menginjak nya. Melihat itu Anne sedikit terkejut.

"Ayo biarkan aku membantu mu" Kata Edwin terdengar tulus.

"Tuan Edwin..kau menyuruhku menginjak mu, bagaimana mungkin?" Anne menemukan dirinya nyaris terbang dan ingin berteriak akan betapa bahagianya ia mendapatkan perlakuan itu. Kata-kata dari mulutnya mungkin terdengar ragu tapi hatinya sudah menjerit dari tadi betapa ia tidak menolaknya.

"Cepatlah naik!" Seru Cecile tak sabaran. Ia sengaja melakukannya untuk mendesak Anne menerima bantuan Edwin.

"Ini sudah sangat sore, kita tidak punya banyak waktu. Ayo cepat!" Cecile kian mendesak.

Pada akhirnya Anne pun mengangkat kakinya dan meletakkan sangat lembut diatas telapak tangan Edwin. Ia sangat takut tapak sepatunya akan menyakiti pria itu. Dengan begitu Edwin mengerahkan tenaganya untuk membantu Anne naik.

Melihat pemandangan itu, Cecile tak dapat menyembunyikan senyum diwajahnya. Tidakkah mereka terlihat seperti pasangan yang manis satu sama lain?

___