webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Kau akhirnya sadar?

"Jadi apa yang kalian bicarakan tadi? Apa ibu mu akan menghukum ku karena sudah sembarang melangkah ke tempat ini?" Cecile yang sudah menunggu Arthur sejam lamanya di luar, tepat ketika melihat pria itu keluar la terus bertanya dengan tidak sabaran.

Di samping itu ia merasa gugup sekaligus takut, memikirkan nasibnya apakah akan baik-baik saja?

Arthur menoleh pada Cecile. Ia dapat melihat sepasang pupil merah itu bergetar, menyimpan rasa takut dan resah. Entah mengapa, ia jadi merindukan mata coklat gadis itu yang selalu menarik minat nya setiap kali ia menatapnya. "Mari kita tinggalkan tempat ini dulu!"

"Huh?" Cecile terlihat bingung.

Arthur tidak menjawab apa-apa lagi. Ia terus membawa Cecile pergi meninggalkan istana. Karena wilayah dingin itu tidak akan cocok untuk tubuh gadis itu. Ia pun memutuskan untuk membawa gadis itu pergi ke tempat yang lebih sesuai dengan suhu tubuhnya

"Aku akan berubah wujud ku dan kau naik lah ke punggung ku"

"Em!" Ucap Cecile yang sudah memeluk tubuhnya erat. Sejak tadi ia menggigil kedinginan.

Tidak seperti didalam istana yang punya perapian untuk menghangatkan tubuhnya. Di luar ini ia harus sangat menderita dengan udara dingin sekitar. Terlebih lagi gaun yang ia kenakan terbuat dari serat sutra yang halus dan tipis.

Setiap kali kepingan Kristal jatuh diatasnya, itu terus menembus hingga ke kulitnya. Ia terus menggigit bibirnya setiap kali itu terjadi. Ia berharap tubuhnya tidak mati membeku di tempat ini.

Arthur sudah berubah menjadi serigala besar berbulu putih yang memikat. Cecile pun terus naik keatas punggungnya.

Tepat ketika pria itu melompat menghantam setumpuk salju. Cecile segera mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu agar tidak jatuh. Ia menenggelamkan kan wajahnya kedalam bulu-bulu tebal putih itu, mencoba memperoleh kehangatan.

Setiap kali Arthur melompat. Detik itu pula Cecile berpikir, apakah ia bermimpi saat ini? Ia duduk di atas tubuh serigala besar, memeluk erat punggung serigala itu dan dibawa pergi olehnya menerjang tumpukan salju serta menyusuri perjalanan yang panjang.

Terlebih lagi serigala itu bukan serigala biasa, melainkan manusia serigala seperti apa yang sudah di impikannya sejak lama. Tanpa sadar Cecile tersenyum. Ia bahkan terlupa dengan dingin nya sekitar yang nyaris sudah hampir membekukan bibir merah nya.

"Jadi, gadis manusia itu jatuh cinta pada si manusia serigala?" Tanya Cecile kecil, yang masih enggan tidur la masih menanti dengan tidak sabaran untuk mendengar kelanjutan dongeng yang diceritakan oleh sang ibu.

"Lebih tepatnya keduanya saling Jatuh cinta" Jawab sang ibu sambil membelai kepala putrinya.

Cecile kecil dapat menangkap ekspresi serta senyum ibunya yang begitu manis dan lembut. Seakan wanita itu merasakan sendiri kebahagiaan sang tokoh utama yang ada dalam dongeng nya

"Lalu apa yang terjadi setelahnya bu? Apakah mereka bersatu?"

Detik itu, Cecile kecil melihat perubahan yang cukup signifikan pada raut wajah sang ibu. Yang semula tersenyum manis seperti menyambut matahari di awal pagi, perlahan meredup seperti melepas kepergian senja.

"Nasib baik tidak menyertai keduanya" Tukas sang ibu yang tersenyum getir.

"Maksud ibu?"

"Keduanya memutuskan untuk berpisah, karena itulah yang terbaik untuk keduanya"

"Kenapa itu harus menjadi yang terbaik? Mereka hanya akan hidup dengan tersiksa oleh perasaan satu sama lain karena keputusan konyol itu"

Sang ibu tidak lagi menjawab. Wajahnya yang menjadi kaku, seperti menyembunyikan sesuatu. Perlahan ia bangkit, lalu pergi meninggalkan kamar putrinya begitu saja.

"Ibu" Panggil Cecile kecil yang keheranan.

"Ibu!" Ia pun turun dari Kasur, untuk mengejar langkah ibunya yang sudah keluar.

Sebenarnya apa yang terjadi pada ibunya? Tidak biasanya ibunya bersikap seperti itu.

"Ibu!"

"Cecile"

"Cecile"

"Cecile, bangunlah!"

Arthur sangat terkejut. Ketika sampai di perbatasan perlemahan lingkaran sihir. Ia menemukan tubuh Cecile nyaris membeku seperti es. Bibir merah gadis itu sudah membiru dan seluruh permukaan wajahnya putih nyaris tanpa darah.

Tanpa berpikir lebih jauh, Arthur terus berteleportasi ke suatu tempat. Itu adalah sebuah tempat di mana memiliki mata air panas yang mengalir dari pegunungan merapi.

Arthur yang sangat panik, perlahan meletakkan tubuh Cecile kedalam danau yang didalam nya sudah bercampur dengan mata air panas pegunungan. Ia berharap air danau yang hangat itu dapat menstabilkan suhu tubuh Cecile segera.

Tapi setelah menanti bermenit-menit lamanya, gadis itu tidak juga sadarkan diri. Arthur kian panik dan resah. Ia bahkan berkali-kali meletakkan jari telunjuk nya di ambang penciuman gadis itu, untuk merasakan apakah masih ada nafas kehidupan yang mengalir di sana.

Akan tetapi itu kian lama kian melemah. Arthur pun berpikir, apa mungkin terjadi pergolakan kekuatan mawar dalam tubuh gadis itu?

Jika benar, gadis itu bisa saja mati karena kekuatan itu akan terus melahap habis darahnya.

Arthur pun memutuskan untuk mengoyak kulit daging pergelangan tangan nya dengan gigi taringnya yang tajam. Darah segar pun mengalir cukup deras, tapi ekspresi nya tidak berubah sama sekali. Dahinya sama sekali tidak berkerut karena nyeri. Seakan rasa paniknya, telah membuat nya lupa dengan rasa sakit di tangan nya.

Arthur pun meneteskan darah itu, tetes demi tetes ke dalam mulut Cecile.

Akan tetapi itu sangat lama. Bahkan banyak darah yang sudah ia teteskan ke mulut gadis itu, keluar lagi.

Arthur yang terlalu takut tidak punya cukup waktu lagi berpikir, bagaimana jika ia terlambat menyelamatkan nya?

Pada akhirnya ia memutuskan untuk menghisap darahnya itu, lalu meminumkan nya pada Cecile melalui mulut ke mulut.

Perlahan ia mendaratkan bibirnya pada bibir Cecile. Rasa dingin seperti es pun menyambut permukaan bibirnya. Menjepit kedua belah pipinya, ia pun perlahan menuangkan darah yang ada di mulutnya ke mulut gadis itu dengan sangat hati-hati.

Sangat perlahan, tanpa membiarkan setetes pun keluar. Gerakannya cukup lembut, ia terlalu takut gerakannya yang ceroboh akan melukai gadis itu. Padahal itu adalah kali pertama ia melakukannya, tapi ia berusaha keras melakukan yang terbaik

"Ibu"

Hingga gumaman halus pun terdengar di sela-sela ia meminumkan darahnya pada Cecile. Nafas hangat gadis itu perlahan menyapu permukaan mulutnya.

Jantung nya yang sudah berdetak kencang sejak tadi karena takut, perlahan stabil kembali dengan secercah senyuman dan harapan.

"Arthur"

Kedua mata itu sudah sempurna terbuka. Menatap kearahnya dengan lemah. Arthur dapat melihat pantulan dirinya pada manik mata gadis itu. Rasa lega dan bahagia yang tak terkatakan pun menyeruak kedalam dadanya

"Kau akhirnya sadar?

___