1 Sweet Green Tea

Di sebuah cafe,  aku duduk memandangi tumbuhan yang sedang bermekaran di halaman cafe. Aku terdiam sambil menikmati secangkir Green Tea kesukaanku. Lalu, melirik jam dengan gelisah, menunggu seseorang yang tidak aku kenal, tidak pernah bertemu bahkan bertatap muka sekalipun. 

Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya setelah saling berkenalan melalui akun instagram. Mungkin, dia ingin mengenalku lebih dalam tentang diriku. Pertama, dia yang memulai percakapan itu, menanyakan namaku, tanggal lahirku, kebiasaan ku, tempat tinggalku dan semua hal tentang diriku. Setelah lama berkenalan, entah kenapa aku nyaman setiap kali bercerita padanya. Pernah suatu hari, aku mendapat kan sebuah masalah yang bahkan aku sendiri pun sulit untuk mengatasi nya, tetapi dia memberiku solusi untuk masalahku dan bersabar setiap curahan hatiku.

Aku hanya menganggap dia seperti kakakku yang selalu menjadi tempat keluh kesah ketika aku bosan atau berada dalam sebuah masalah.

Entahlah, mungkin kami sudah lama dekat. Sampai dia meminta bertemu denganku, dia ingin bertemu denganku secara langsung, bukan hanya obrolan di instagram.

Green cafe tempat aku menyetujui ajakannya untuk bertemu. Yah, aku pun ingin mengetahui seperti apa sosok laki-laki yang begitu memahami ku sedalam ini. Aku melirik ponselku yang menampilkan sebuah pesan darinya

"Maaf, Aira. Kaka terjebak macet, mungkin akan tiba 10 menit lagi. Tidak apa-apa kan? "

"Tidak apa-apa ka. Hati-hati di jalan"  Aku membalas pesan nya dengan raut wajah kecewa.Entahlah, mungkin aku tidak suka menunggu.

"Iya" Dibalasnya dengan singkat

Aku menunggunya dengan gelisah sambil mengigit jariku yang sudah menjadi kebiasaan ketika aku gelisah. Ini pertama kalinya, aku bertemu dan berduaan dengan seorang laki-laki yang bukan mahram ku. Aku sedikit takut untuk bertemu dengannya, takut jika laki-laki itu melakukan sesuatu kepadaku, dan takut jika pertemuan ini menimbulkan fitnah di mata orang lain.  Sudahlah, mungkin ini hanya firasat ku saja, semoga apa yang aku pikirkan tidak akan terjadi.

Ting

"Kamu dimana? Aku sudah sampai"

"Di pojok kanan dekat jendela, ka" Jari-jari ku mengetik dengan lancar.

Aku menatap kembali ke luar jendela untuk mengurangi kegelisahan ku. Perlahan, aku seperti mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan ke arahku. Apakah dia? Atau bukan?

"Hmm, Aira" Seseorang memanggilku

Aku melirik ke arah seseorang yang memanggilku "Ka Noah? "

Laki-laki yang bernama Noah tersenyum lalu mengangguk membenarkan bahwa itu namanya.

"Assalamu'alaikum, Aira" Salam Noah

"Wa'alaikumsalam, ka Noah. Duduk ka"

"Udah ganti profesi jadi waiter yah? " Canda ka Noah sambil menarik kursinya untuk duduk

" Ikh, kaka" Aku menatap ka Noah dengan kesal.

Aku melihat ka Noah yang masih tertawa sambil menatapku, lalu aku menunduk menahan malu.

"Kok malu? biasanya malu-maluin" Goda ka Noah

"Kaka, aku pulang nih" Ancam aku kepada ka Noah

"Baru aja ketemu, masa udah pulang duluan? " Tanya ka Noah heran

"Habisnya kaka meledek aku terus"

"Lah, emang salah? "

"Salah, ka"

"Yaudah iyya, gimana Aira aja "

Kami berbincang  dengan santai, sesekali ka Noah masih mengejek diriku. Katanya, aku lebih kekanak-kanakan jika bertemu secara langsung dibandingkan hanya melalui instagram.

Tak terasa, waktu cepat berlalu,  sudah dua jam kami berbincang dengan penuh canda tawa tanpa saling memandang.

"Ka, aku pamit duluan yah? Sudah sore. Ngga baik juga wanita dan laki-laki berduaan terlalu lama" Aku berdiri pamit untuk pergi

"Iyya juga yah, kaka sampai lupa. Tapi, tunggu Aira. Ada yang mau kaka sampaikan" Ucap Ka Noah yang mulai berbicara dengan serius

"Apa ka? " Aku bertanya sambil menatap lurus ke depan

Aku gugup memikirkan apa yang akan di ucapkan oleh ka Noah. Sepertinya, pembicaraan ini cukup serius, sesekali aku melirik ka Noah yang terdiam cukup lama.

" Kaka ingin meng khitbah mu, bagaimana Aira? " Tanya ka Noah dengan bersungguh-sungguh

"Kakak serius? " Tanya aku terkejut

"Kaka serius, Aira"

"Tapi, ka. Kita bahkan baru bertemu hari ini" Aku memberikan alasan

" Lalu, apa salahnya jika kaka meng khitbah mu sekarang? Memangnya salah? " Ka Noah menatap Aira

"Yah, ngga sih ka" Aku memalingkan wajahku menghindari tatapannya

"Lalu apa lagi yang menjadi alasanmu?"

"Kita baru saja bertemu, apa tidak terlalu cepat? Bahkan kita baru saling mengenal" Ucapku meremas jari tangan dengan gelisah

"Tidak selamanya saling mengenal harus butuh waktu lama, Aira. Selama ini kita saling memahami kan?. Memang, tujuan kaka ingin bertemu denganmu untuk ini, Aira. Kakak tidak main-main"

Aku terdiam mendengar perkataan ka Noah, aku tidak tahu harus berkata apa. Ini pertama kalinya, seseorang meng khitbah ku, seseorang yang bahkan hanya bertemu satu hari.

"Tapi ka... " Alibi ku

"Tidak ada kata tapi, Aira. Sekarang jawab, iya atau tidak? " Ucap ka Noah tegas

Aku terdiam cukup lama untuk menyakinkan hatiku, semoga keputusan ini adalah yang terbaik.

"Iyya ka"

"Iyya apa? " Tanya ka Noah pura-pura tidak mengerti

"Iya, aku terima khitbahnya, ka Noah"

Aku menunduk kan kepala menutupi wajah yang sudah merah merona, aku yakin di sana ka Noah sedang menahan kegembiraan nya atas jawabanku.

" Terima kasih, Aira. Kaka pulang duluan yah? "Pamit ka Noah yang langsung beranjak dari tempat duduknya

" Kok pulang? " Tanya aku dengan heran

"Kakak harus memberitahu orang tua, Aira. Agar secepatnya datang ke rumah orang tuamu. Wassalamualaikum, Aira" Ucap ka Noah sambil berlalu pergi

Aku hanya tertawa melihat tingkah ka Noah "Wa'alaikumsalam"

Aku masih menikmati secangkir green tea dengan perasaan bahagia.

Aku berdoa, semoga untuk sekarang dan kedepannya, aku tetap tersenyum melewati semua rintangan yang akan aku lalui. Terimakasih.

avataravatar
Siguiente capítulo