Hantaman dari Plantazel terhadap Krisna cukup fatal.
Akibatnya, Krisna terkena serangan yang menyebabkan luka parah di dadanya dan masih mencoba mengatur napasnya. Dengan segenap tenaga yang dimilikinya, dia mengerahkan tanganya dan membuka [Menu Bar]-nya. Krisna mengambil sebuah botol berisi cairan dari penyimpanannya. Itu adalah botol berisi cairan penyembuh yang dia buat di tokonya.
Dia membuka tutup botolnya dan meminum semua cairan tersebut. Tak berapa lama, tubuh Krisna sedikit bercahaya dan kembali ke keadaan semula. Jika saja dia tidka membawanya, maka hidupnya mungkin sudah tamat sekarang. Dengan sepasang kakinya, dia mampu berdiri dengan tenaga baru. Saat ini, pandangannya tertuju pada Plantazel yang bergerak mendekatinya.
“Sayangnya, aku hanya membawa 1 botol penyembuhan. Kalau aku sampai terkena serangan yang fatal, aku pasti sudah terbunuh.”
Plantazel tersebut tidak memberi banyak waktu bagi Krisna. Serangan akar-akar berdurinya kembali dilancarkan kepada Krisna. Dengan sedikit kesal, Krisna melompat ke samping dan masuk ke gang kecil. Di sana, dia mencoba untuk tetap tenang dan mencari cara menyerang Plantazel tersebut dengan [Gold Claw].
“Aku harus bisa menyerang bagian kepalanya. Ini memang sulit, tapi hal itu harus dilakukan. Aku tidak ingin monster ini semakin menumpahkan banyak darah di Kerajaan Finias. Memaksakan pekerjaan berat ini kepada Hasan dan Fadhel mungkin bisa membebani mereka di dunia ini. Aku harus bisa tetap percaya dan memberi mereka kesempatan untuk hidup lebih lama di sini.”
Krisna beranjak dari tempatnya dan mengambil langkah cepat untuk menyelinap melewati gang-gang kecil yang dipenuhi puing-puing rumah yang hancur. Kondisi yang mengerikan dilihat oleh Krisna. Dia melihat banyak mayat yang tertimpa reruntuhan rumah dan terbunuh akibat serangan Plantazel. Ini sangat mengerikan.
Krisna mencoba untuk menahan semuanya. Dia tetap tenang dan mencoba mengambil beberapa momentum untuk bisa menyerang Plantazel tersebut dari dekat. Nampaknya, Plantazel tersebut berhenti sejenak dan memungut beberapa mayat dari penduduk Kerajaan Finias. Dia pun memakannya seperti keripik kentang. Melihat pemandangan penuh hal-hal mengerikan tersebut membuat Krisna tidak bisa menahannya lebih lama.
Dia mempercepat langkahnya dan sampailah dia di bagian belakang monster itu. Ketika Plantazel itu sibuk memakan mayat-mayat korban di sekitarnya, Krisna mengambil 2 buah bola hitam dari [Menu Bar] miliknya. Krisna melemparkan kedua bola itu tepat mengarah ke kepala bagian belakang Plantazel yang berbentuk seperti bunga itu.
*BBLLARR!!! BLLARRR!!
Kedua bola hitam itu meledak dan menimbulkan asap ledakan yang cukup pekat. Plantazel itu terkena dampaknya dan mengerang kesakitan. Ternyata, kedua bola itu adalah bom peledak yang dibawa oleh Krisna untuk berjaga-jaga jika bertemu dengan monster atau musuh. Waktu yang tepat memakainya pun sudah ditentukan.
Ini adalah kesempatan untuk Krisna. Dia berlari mendekati Plantazel itu dan melompat ke arah kepala bagian belakangnya. Dengan kedua [Gold Claw] yang dia gunakan, Krisna menyerang bagian kelopak monster itu. Akhirnya, Krisna mampu membelah kelopak monster itu dengan sempurna dan membuat Plantazel itu kesakitan.
Kekuatan yang dimiliki Krisna sudah terbukti. Walau dia bukan [Great Hero], tapi Krisna membuktikan bahwa dia tidak kalah dengan pahlawan seperti mereka saat melawan Plantazel. Serangan tadi berdampak besar bagi Plantazel itu. Namun, monster itu tidak tinggal diam.
Beberapa akar berdurinya menyerang Krisna yang hendak mendarat ke tanah dari samping kanan dan kiri. Krisna sudah menduga bahwa Plantazel itu akan melakukan penyerangan seperti ini. Krisna telah memikirkannya. Tanpa disadari monster itu, dia telah menggenggam sebuah bola peledak hitam yang lain di masing-masing tangannya.
Krisna melemparkan bola peledak itu ke arah samping menuju setiap akar-akar berduri yang akan menyerang. Kemudian, Krisna melindungi kepalanya dengan [Gold Claw] di kedua tangannya.
*BLLARRR!!!!
Keduanya meledak hampir bersamaan. Serangan yang tepat kepada akat-akar berduri yang ingin menyerang Krisna dari samping. Strategi Krisna berhasil dan sangat baik karena Krisna membawa bola hitam peledak yang ada pada penyimpanannya.
“Ini masih belum selesai! Rasakan ini!”
Krisna berteriak sembari berbalik melihat monster itu dan melempar 5 bola hitam peledak tepat ke tubuh monster itu. Beberapa akar monster itu mencoba melindunginya, tapi pergerakan lemparan Krisna lebih cepat. Bola-bola hitam itu meluncur menuju tubuh dan kepala monster itu.
*BLLARR!! *BLLARR!! *BLLARR!! *BLLARR!! *BLLARR!!
Ledakan bertubi-tubi seperti serangan rudal dari pesawat. Serangan itu memberi luka cukup fatal pada Plantazel itu. Monster itu semakin kesakitan dan tidak bisa mempertahankan tubuhnya. Dia pun ambruk dan pergerakannya semakin menghilang seperti siap untuk mati.
Krisna tersenyum dan berdiri tegap dengan membusungkan dadanya. Ini adalah kemenangan baginya. Tidak, ini adalah kemenangan bagi Kerajaan Finias. Dia baru saja membunuh Plantazel yang menyerang Kerajaan Finias dengan cukup merepotkannya.
“Akhirnya, aku bisa membunuhnya! Aku rasa tinggal menunggu prajurit dari Kerajaan Finias untuk membereskan segala kekacauan ini. Dengan terbunuhnya Plantazel ini, aku bisa membantu Fadhel dan Hasan.”
Krisna hendak berbalik dan segera menuju ke tempat Fadhel dan Hasan. Kemungkinan, mereka sedang kesulitan untuk melakukan tugas mereka. Namun, itu adalah hal yang belum seharusnya dia lakukan.
Krisna mendengar suara yang menggeliat. Suara yang tidak asing bagi dirinya. Suara yang membuatnya takut sejenak dan tidak bisa beranjak dari tempatnya sementara waktu.
Itu adalah suara yang berasal dari Plantazel yang baru dia kalahkan. Meski serangan yang dilancarkan Krisna sudah baik, Plantazel itu bangkit kembali dan mengeluarkan aura yang jauh lebih mengerikan dari sebelumnya. Ini merupakan pertempuran tiada akhir bagi Krisna.
Suara Plantazel yang kali ini didengarnya berbeda dari sebelumnya. Aura penuh rasa benci dan ingin membunuh adalah yang bisa dirasakan oleh Krisna. Ini sungguh mengerikan. Krisna mencoba berlari dari tempatnya.
Hal pertama yang dia rasakan adalah tidak boleh melawannya. Jangan melawan monster itu lagi. Dia sudah berbeda. Itu adalah bisikan dari insting Krisna yang membuatnya beranjak dari tempatnya. Namun, itu sudah terlambat. Beberapa akar berduri memblokir jalannya dan menciptakan penghalang yang mencegahnya untuk kabur dari sana. Ketika Krisna mencoba memotongnya, efeknya tidak terjadi apa-apa. Akar itu semakin kuat.
Sesuatu yang lebih mengerikan datang dari Plantazel itu. Hasan yang tidak bisa kabur dari sana langsung melirik monster itu. Beberapa akar berduri baru tumbuh dan muncul dari tubuh Plantazel itu. Kekuatan Plantazel ikut meningkat. Kepala Plantazel itu kembali seperti sedia kala, tapi ada yang berbeda. Ada 2 kepala lain yang muncul dan bergerak-gerak. Padahal, Plantazel tersebut hanya punya satu kepala berbentuk bunga. Kali ini, Krisna melihat 3 kepala berbentuk bunga dan membuka rasa takut bagi yang melihatnya. Krisna mendengar kata-kata yang cukup memilukan.
“Tolong kami!”
“Ibu...ayah....tolong aku....”
“Aku takut! Takut!”
“Lindungi kami! Kumohon!”
Suara-suara itu berasal dari Plantazel yang baru saja dilawan Hasan. Krisna memahami suatu hal dari pergerakan Plantazel yang dia hadapi ini.
“Kau....memakan para korban itu untuk bisa berevolusi? Dan lagi, kau menggunakan suara-suara dari korban yang baru saja kau makan? Aku mengerti sekarang. Ini adalah akhir bagiku, ya?”
Krisna tidak punya pilihan lain. Dia mengangkat [Gold Claw] miliknya dan mulai bertarung kembali. Meski peluangnya semakin kecil, Krisna hanya bisa mencoba dan akan berusaha membantu Hasan, Fadhel dan Firtania yang masih belum jelas kondisi mereka. Inilah pertempuran yang menentukan hidupnya.