webnovel

GREAT HERO DYNE MELAWAN EVIL GAMMA

Hasan mulai membuka [Menu Bar]-nya dengan cepat dan mengeluarkan [Mald Arrow] untuk melawan Plantazel di depannya. Aura yang dipancarkan oleh Plantazel yang ditemuinya kali ini benar-benar berbeda dengan yang dilawannya saat berada di Kota Aldora. Itu terasa seperti aura membunuh yang sangat kuat.

“Reast, aku akan melawan monster ini. Kau harus melindungi gadis itu,” Kata Hasan sembari memanggil nama Fadhel dengan nama [Hero] sesuai perjanjian awal mereka.

“Ha—Dyne, apa kau yakin bisa mengalahkannya?! Dia terlihat lebih berbahaya daripada Plantazel di Kota Aldora!” Balas Fadhel yang terlihat cemas pada Hasan.

“Jika aku bisa mengalahkannya, maka kita bisa mendapat keuntungan dari hasil pertarungan ini, Reast. Kau ingat, kan? Bagaimana caranya uangku bertambah?”

“Kau berhasil mengalahkan Plantazel sebelumnya karena keberuntungan! Kali ini, kau bisa dibunuh! Kita harus pergi, Dyne!”

“Berisik! Kau tidak bisa apa-apa untuk saat ini, Reast! Oleh karena itu, kau harus melakukan sesuatu sesuai dengan standar kemampuanmu....”

“Sial! Jangan bilang kalau aku tidak pernah memperingatkanmu!”

Hasan memahami apa yang dikatakan oleh Fadhel. Meskipun dia adalah [Great Hero Dyne], Hasan masih belum mengetahui kemampuan sebenarnya dari [Mald Arrow]. Selain itu, jika dia kalah atau terbunuh di tempat ini, maka nyawa gadis elf dan Fadhel tersebut akan terancam. Kesempatan Hasan hanyalah merebut obat penyembuh dari monster itu.

Hasan masih tidak menyangka bahwa dia akan berhadapan dengan Plantazel aneh yang dapat berbicara. Sejujurnya, Hasan tidak yakin bisa memenangkan duel ini. Namun, dia harus tetap melakukannya. Hal ini mempertaruhkan nyawanya bersama 2 orang lain di belakangnya. Jika monster itu mengetahui rahasia Plantazel, maka informasi yang didapatkan bisa menjadi lebih berguna.

“Sebelum bertarung, aku akan harus tahu siapa kau ini,” Kata Hasan kepada monster yang di depannya.

“Begitu, ya? Kau adalah seorang [Hero] yang terhormat. Baiklah, aku akan menuruti hal itu. Namaku adalah Evil Gamma. Seperti yang kau lihat, aku adalah Plantazel yang berbeda dibandingkan Plantazel lainnya,” Jawab Plantazel yang akan dilawan Hasan.

“Evil Gamma? Kenapa ada Plantazel bisa berbicara dan memiliki bentuk yang mirip manusia?”

“Kau tidak bisa memaksaku mengatakan hal itu kecuali kau bisa mengalahkanku,” Balas Gamma pada Hasan.

“Baiklah. Namaku adalah Dyne. Aku adalah seorang [Great Hero],” Kata Hasan dengan nada lantang.

“Ya. Aku bisa mengetahuinya. Kekuatan yang terpancar dari senjatamu itu memang tidaklah biasa. Ini pertama kalinya diriku melawan seorang [Great Hero] yang legendaris itu. Jika salah satu dari kita menang, maka pemenang tersebut berhak mendapat apapun dari yang kalah. Begini sudah cukup, kan?” Ujar Gamma menawarkan hal tersebut.

“Tentu. Aku menerimanya. Namun, jangan sampai kau melukai mereka yang di belakangku sebelum pertempuran selesai.”

“Aku berjanji akan hal itu, Dyne.”

[Great Hero Dyne] melawan Evil Gamma. Keduanya sudah menentukan apa yang pantas mereka dapatkan jika menang. Hanya saja, pertempuran ini sangat sulit diprediksi oleh Fadhel. Fadhel hanya bisa melihat Hasan dan Gamma yang sudah siap menyerang satu sama lain.

Jarak jangkau serangan dengan tempat Fadhel tidak terlalu jauh. Fadhel khawatir serangan dari Hasan atau Gamma yang meleset dan mengarah padanya dan gadis elf itu. Kepercayaan yang diberikan padanya dari Hasan tidak bisa dia penuhi dalam kondisi seperti sekarang.

“Oi, namamu Reast, kan? Carilah tempat yang aman. Aku tidak akan bertanggung jawab jika seranganku mengarah padamu,” Kata Gamma pada Fadhel yang berusaha melindungi gadis elf itu.

“Lakukan saja, Reast. Aku akan segera menyelesaikan urusanku dengannya,” Tambah Hasan kepada Fadhel yang terlihat cukup gelisah.

“Sial. Aku tahu itu. Jangan melakukan hal ceroboh,” balas Fadhel pada Hasan yang berhadapan dengan Gamma.

“Ya. Aku mengerti. Serahkan saja padaku,” Ujar Hasan balik.

Fadhel pun menggendong gadis elf yang terluka itu. Dia pun melirik Hasan yang akan melawan Evil Gamma. Saat ini, Fadhel tidak bisa berbuat apa-apa selain melindungi gadis elf yang terluka. Melihat peluang kemenangan Hasan, dia merasa bahwa Hasan bisa melawan Evil Gamma, tapi belum bisa mengalahkannya. Hasan belum sepenuhnya mengetahui potensi dari [Mald Arrow] yang digenggamnya. Namun, kekhawatiran Fadhel tidak akan menghentikan Hasan. Dia pun beranjak dari tempat itu dan menjauh dari pertarungan Hasan dan Evil Gamma. Dia hanya bisa berdoa agar Hasan bisa selamat dari pertempuran melawan Evil Gamma.

“Dengan begini, kau tidak akan menahan diri kan, Dyne?”

“Jangan bergurau! Kau hanya perlu mengkhawatirkan dirimu sendiri,” Balas Hasan sembari mulai menarik anak panah sihir dari [Mald Arrow].

“Kau berlagak kuat, tapi kau tidak bisa menandingiku untuk saat ini. Kau tidak mengetahui kekuatan dari senjatamu, Dyne.”

“Berisik! Aku akan membongkar semua yang kau sembunyikan!”

“Silakan saja jika kau mampu. Aku akan meladenimu, Dyne.”

Hasan menarik anak panah sihirnya pada Evil Gamma yang telah membuat dirinya cukup kesal. Gerak-gerik Evil Gamma tidak mencurigakan. Hasan tidak percaya bahwa Gamma tidak mengeluarkan senjata atau persiapan untuk menghindar dari serangan yang akan dia lancarkan. Sebagai [Great Hero Dyne], Hasan mungkin memahami tugasnya untuk memusnahkan semua [Great Hero].....dan Plantazel.

“Enyahlah!”

Hasan berteriak sembari melepas anak panah sihir pada Gamma. Namun, Gamma tidak menghindar atau berupaya menyerang balik Hasan. Apa yang dipikirkan oleh Evil Gamma?

*BLLARRR!!!

Serangan Hasan tepat sasaran. Ledakan yang tidak cukup besar berasal dari serangan yang dilancarkan oleh Hasan. Seharusnya, Evil Gamma tidak bisa bertahan dari serangan yang baru saja dia lancarkan. Kemudian, Hasan teringat sesuatu....

“Ah, gawat! Obat penyembuh yang dibawa monster itu pasti juga ikut hancur! Bagaimana ini?!” Hasan terlihat panik.

“Apa hanya ini kemampuan [Great Hero] yang legendaris itu?”

“Huh?”

Hasan menatap sosok yang baru saja mengatakan hal itu. Sosok itu tepat berada di depannya. Itu tidak mungkin terjadi. Dia memikirkan hal itu. Sosok itu adalah Evil Gamma. Dia masih hidup dan hanya sedikit terluka akibat serangan yang dilancarkan oleh Hasan. Kekuatan Hasan tidak bisa menghancurkan satu pun akar yang dimiliki oleh Evil Gamma.

Fadhel menyaksikan dengan kedua matanya. Kekuatan Hasan seharusnya bisa menghancurkan bagian tubuh dari Plantazel, tapi keadaan yang diderita Evil Gamma tidak sama. Fadhel seperti melihat monster yang sesungguhnya lebih kuat daripada Plantazel yang dilawan oleh Hasan sebelumnya.

“Kenapa...?”

“Aku sudah mengatakannya, kan? Kau tidak bisa mengalahkanku untuk saat ini,” Kata Gamma pada Hasan yang kebingungan.

“Sial!”

Hasan tidak menyerah. Dia memusatkan kekuatannya pada [Mald Arrow]. Tak lama kemudian, [Mald Arrow] merespon kekuatan yang dipusatkan oleh Hasan. Sebuah panah berujung tajam dengan warna putih muncul. Panah itu sama dengan panah yang digunakan oleh Hasan saat mengalahkan Plantazel di Kota Aldora. Jika menggunakan panah ini, Evil Gamma mungkin bisa dikalahkan.

Hasan menggenggam panah itu dengan tangan kanannya. Dia pun menggunakan panah itu dan mengarahkannya pada Evil Gamma dengan kekuatan [Mald Arrow]. Dia berharap Evil Gamma tidak berdaya saat terkena panah yang dia gunakan ini. Panah sihir yang biasa memiliki efek yang tidak begitu mempan pada Gamma. Jika itu benar, maka kekuatan panah yang Hasan masih belum sepenuhnya bisa digunakan dengan kekuatan sihir yang dimiliki saat ini.

Membayangkannya saja membuat Hasan paham beberapa hal. Ras Manusia yang tidak memiliki sihir. Ras Manusia tidak akan bisa bertahan di dunia karena ancaman Plantazel dan ras-ras lainnya. Jika ini adalah dunia yang sama dengan GHO, maka Hasan bisa menyimpulkan adanya Ras Manusia lainnya. Hanya saja, bertahan hidup di dunia ini bagi Ras Manusia sangatlah kecil. Hasan mengetahui bahwa panah yang dia arahkan pada Evil Gamma kemungkinan bisa memberikan petunjuk lain tentang dunia ini.

“Panah itu....”

“Jangan harap bahwa kau bisa selamat kali ini!”

Hasan pun melepas anak panah itu pada Evil Gamma. Reaksi Evil Gamma tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Hasan tidak mengira bahwa Evil Gamma bisa bertahan dari panah sihir sebelumnya, tapi kali ini dia yakin bahwa anak panah yang baru dia lepaskan akan membuat Evil Gamma terluka.

*BOOMM!!!!

Ledakan besar terdengar dan memberikan kerusakan cukup parah di sekitar tempat Evil Gamma berdiri. Pohon-pohon, bebatuan, dan tanah di sekitar Hasan dan Evil Gamma. Gelombang ledakan yang dihasilkan lebih luas dan terasa hingga ke tempat Fadhel. Kekuatan yang sangat mengerikan dari panah yang dilepaskan oleh Hasan. Dengan kekuatan sebesar itu, Evil Gamma pasti tidak bisa menahan kekuatan sebesar itu. Itu yang dipikirkan oleh Hasan dan Fadhel.

“Tidak buruk juga, Dyne...” Suara terdengar dari sumber ledakan tadi.

“T-Tidak mungkin...” Hasan terbelalak melihat sosok yang berdiri di depannya.

“Kekuatan yang luar biasa, tapi kau sudah diambang batas, kan?” Ujar sosok itu yang ternyata adalah Evil Gamma.

Hasan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kekuatan yang dia miliki sekarang tidak mampu menandingi Evil Gamma. Efek serangan tadi hanya memberi goresan pada sedikit topeng dan merusak beberapa akar yang ada pada Evil Gamma. Monster apa yang dia lawan?

“Kau tidak buruk juga, Hasan. Namun, potensimu masih terlalu kecil untuk senjata yang kau pegang,” Ujar Evil Gamma sembari meraba-raba goresan pada topengnya.

“Apa-apaan kau ini?! Monster macam apa kau ini?!”

“Sudah kubilang, kan? Aku ini Plantazel, Evil Gamma. Namun, aku sedikit berbeda dari Plantazel lainnya.”

“Cih!”

“Ekspresi yang kau tujukan padaku tidaklah buruk. Apa kau menyimpan dendam, Dyne?” Tanya Evil Gamma pada Hasan.

“Dendam?”

“Ya. Kau pasti paham bahwa dendam adalah hal yang biasa dimiliki oleh setiap ras, terutama setelah [Perang Fillia],” Jelas Evil Gamma pada Hasan.

“Lalu, apa hubungannya dengan pertarungan ini?” Tanya Hasan pada Gamma.

“Sudah jelas, kan? Kau tidak akan bisa menggunakan kekuatan dari senjatamu itu dengan perasaan dendam yang sangat kecil itu, Dyne. Yang kau butuhkan adalah dorongan agar kau memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa mengalahkanku.”

“Apa yang katakan? Kenapa kau pedu—”

“Selain itu, kekuatan sihir yang kau gunakan pada serangan terakhir tadi. Itu adalah kekuatan sihir murni dari dirimu. Apa itu kekuatan sihir yang dimiliki setiap [Great Hero]?” Kata Gamma memotong pembicaraan dari Hasan.

“Entahlah. Kalau itu benar, kenapa?” Ujar Hasan sembari mengerutkan dahinya.

“Begitu rupanya. Kau mendapat kekuatan sihir murni langsung dari senjata yang kau pegang itu. Tidaklah buruk untuk saat ini. Namun, ini tidak merubah fakta bahwa kau tidak bisa mengalahkanku, Dyne,” Kata Gamma pada Hasan.

“Aku berhasil melukaimu, kan? Jika aku menggunakan kekuatan anak panah yang sebelumnya, maka kau pasti akan menjadi tanaman layu,” Kata Hasan mengancam.

“Tidak buruk, Dyne. Kau memiliki tekad dan emosi yang kuat dalam dirimu. Namun, kekuatan sihir yang kau miliki sudah mencapai batas. Apa kau tidak menyadari keadaanmu saat ini?”

“Eh?”

Hasan mulai memahami apa yang Evil Gamma katakan. Tubuhnya terasa lebih berat dari sebelumnya. Selain itu, kedua tangannya sedikit gemetar setelah menggunakan anak panah terakhir. Apakah ini efek samping menggunakan anak panah terakhir itu? Sekujur tubuh Hasan mulai berkeringat. Napas Hasan mulai tidak beraturan. Staminanya seakan menurun drastis.

“Tubuhmu sepertinya tidak mampu menahan kekuatan yang ada pada panah yang kau gunakan, Dyne. Dengan begitu, ini adalah kemenanganku,” Kata Evil Gamma pada Hasan.

“Tidak....ini masih belum....selesai....”

“Jangan salahkan aku, Dyne. Ini menunjukkan bahwa kau ini masih lemah.”

Evil Gamma menggerakkan 3 akar hijau dari tubuhnya. Akar-akar tersebut memiliki duri-duri yang tajam dan menggeliat layaknya ular. Area sekeliling Hasan dan Evil Gamma menjadi lebih terbuka karena serangan Hasan tadi. Beberapa kerusakan disebabkan dari serangan anak panah yang Hasan lepaskan tidak bisa terhindarkan. Dampaknya, banyak pepohonan sekitar dan jalan yang dipijakkannya menjadi tidak beraturan serta rusak cukup parah.

Evil Gamma menggerakkan satu akarnya ke arah Hasan yang terlihat mulai kelelahan. Hasan menyadari bahwa Evil Gamma mulai menyerangnya. Tubuhnya memang terasa berat, tapi dia harus bisa bertahan dari serangan yang dilancarkan oleh Evil Gamma. Hasan pun melompat ke samping dengan sisa tenaga yang dia fokuskan untuk menggerakkan refleks di kakinya. Serangan dari Evil Gamma dapat dia hindari. Hasan berhasil membuat langkah bagus. Setelah itu, dia mengarahkan [Mald Arrow] dan anak panah sihir yang biasa pada Evil Gamma. Posisinya sudah cukup bagus, tapi....

“Terlalu lambat, Dyne...”

“Huh?”

Salah satu akar dari Evil Gamma menerjang ke arah tubuh Hasan yang siap melepas anak panahnya. Hasan tidak bisa menghindarinya.

“Guaah?!”

Serangan dari Evil Gamma berhasil mengenai bagian perut Hasan. Dorongan yang kuat dari akar tersebut membuat Hasan terlempar beberapa meter dari tempatnya tadi. [Mald Arrow] yang dia pegang terlepas dari genggamannya akibat serangan dari Evil Gamma tadi. Tubuhnya terkapar di tanah sembari menahan rasa sakit dari serangan akar berduri yang mengarah tepat pada perutnya. Hasan tidak mampu berdiri dengan rasa sakit itu.

“Kenapa? Apa hanya itu saja yang kau bisa, [Great Hero Dyne]?” Tanya Evil Gamma yang perlahan berjalan menghampiri tubuh Hasan.

“Si...al....!”

Evil Gamma merasakan aura yang tidak biasa pada diri lawannya. Aura yang dipancarkan saat kedua mata lawannya menatap dirinya yang berjalan mendekatinya. Evil Gamma menghentikan langkahnya. Dia mungkin menyadari bahwa posisinya saat ini juga tidak selamanya bisa dipertahankan. Evil Gamma merasa bahwa ada yang disembunyikan darinya. Evil Gamma mengambil [Mald Arrow] yang tergeletak di tanah dengan akarnya, kemudian dia melemparkannya tepat di samping tubuh lawannya.

“Tatapan yang tidak buruk, Dyne. Kau tidak hanya sebatas ini, kan? Berdirilah dan lawan aku. Apa kau tidak ingin menyelamatkan teman dan gadis elf itu?” Tanya Evil Gamma kepada Hasan.

“Kau....!”

“Apa kau marah? Itu tidaklah buruk. Kau lampiaskan saja padaku. Atau mungin....aku harus menghabisi temanmu dan gadis itu?” Evil Gamma seakan memprovokasi Hasan.

“Evil Gamma!” Hasan mulai marah.

Dia mengambil [Mald Arrow] yang ada di dekatnya. Perlahan, dia pun berdiri dan memancarkan aura yang berbeda dari sebelumnya. Tatapan Hasan terlihat sangat marah sembari menarik anak panah sihirnya ke arah Evil Gamma. Tubuhnya masih berusaha bertahan dan tidak menunjukkan rasa kasihan pada musuh di depannya. Hasan sangat marah mendengar apa yang dikatakan oleh Evil Gamma tadi tentang menghabisi temannya, Fadhel.

“Sebelum kau bertindak lebih jauh, aku akan membuatmu hancur di sini!” Kata Hasan dengan marah.

“Kata-kata yang tidak buruk. Coba saja kalau bisa,” Balas Evil Gamma pada Hasan.

“Evil Gamma!!!”

Hasan pun melepas anak panah sihirnya ke arah Evil Gamma. Tidak jauh berbeda dari sebelumnya, Evil Gamma tidak menunjukkan reaksi akan menghindar dari panah yang diarahkan padanya. Jika hasil tidak jauh berbeda, maka Evil Gamma hanya akan menderita luka kecil saja.

Gerakan berbeda mulai terlihat dari Evil Gamma. Dia melindungi bagian depannya dengan akar-akar berduri tadi. Apakah Evil Gamma dapat melihat bahwa serangan yang dilancarkan oleh Hasan tadi bisa melukainya lebih parah?

*BLLAARR!!!

Serangan Hasan tadi tepat mengarah pada akar-akar yang melindungi Evil Gamma. Tingkat kerusakan dan ledakannya tidak berbeda dari serangan yang pertama digunakan oleh Hasan sebelumnya. Dengan begitu, Hasan berharap bisa memberi beban yang cukup agar Evil Gamma tidak mampu bergerak. Namun.....

“Tidak buruk. Kau ternyata masih mampu menarik anak panah sihir dari busurmu itu.”

“S-Sial! Kau ini....memang monster!” Kata Hasan sembari menatap ke arah depan. Sosok Evil Gamma tidak terkena efek yang cukup parah dari serangan tadi. Hanya sedikit terluka pada bagian akar berduri yang baru saja melindunginya.

“Sudah kubilang, kan? Saat ini, kau tidak bisa mengalahkanku. Kau tidak bisa melampaui diriku yang sekarang!” Kata Evil Gamma sembari menggerak-gerakkan akar-akar berdurinya.

Di sisi lain, Fadhel tidak sanggup melihat kejadian yang menimpa temannya, Hasan. Hasan berjuang sendirian melawan monster yang bernama Evil Gamma itu, tapi semua serangannya tidak memberi efek yang begitu berarti. Fadhel sedikit gemetar. Kakinya merasa inginbergerak dan menyelamatkan atau membantu Hasan dari sana. Namun, saat ini, dia tidak memiliki senjata apapun.

Fadhel melirik ke arah gadis elf yang dia lindungi. Ada sebuah belati kecil yang dibawa oleh gadis itu. Evil Gamma tidak memberi tahu kenapa dia mengincar gadis elf ini, tapi Fadhel merasa ada sesuatu yang tidak beres di sekitar sini. Fadhel mengambil belati yang diletakkan di bagian kaki oleh gadis elf itu. Belati berwarna merah dan terlihat masih bagus.

“Maaf, aku pinjam ini sebentar. Aku harus menyelamatkan Hasan sebelum monster itu menghabisinya!” Ujar Fadhel sembari melirik gadis elf yang dia lindungi.

Fadhel keluar dari tempat berlindung. Dia berlari menuju ke arah pertarungan Hasan dan Evil Gamma. Dia menghentikan langkahnya tepat di belakang Evil Gamma yang tidak bisa melepaskan pandangan dari Hasan yang sudah tidak kuat lagi menggunakan [Mald Arrow].

“Evil Gamma!” Teriak Fadhel di tengah-tengah pertarungan itu.

Hasan dan Evil Gamma mengalihkan pandangan ke arah sumber suara itu. Fadhel berdiri dengan napas tidak beraturan. Dia terlihat memegang belati yang dia ambil dari gadis elf yang tidak sadarkan diri.

“Apa yang kau lakukan?! Cepat berlindung! Dia berbahaya!” Teriak Hasan pada Fadhel.

“Berisik! Sadarilah kondisimu saat ini! Kau sudah mencapai batas! Kali ini, biar aku yang urus!” Balas Fadhel sembari mengarahkan belati yang dipegangnya pada Evil Gamma.

“Jangan terbawa emosi begitu. Kalian berdua ini teman, kan? Dyne dan Reast....atau harus kupanggil Hasan dan Fadhel....?” Ujar Evil Gamma kepada Hasan dan Fadhel.

Hasan dan Fadhel terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Evil Gamma memanggil mereka dengan nama asli. Bagaimana dia bisa mengetahui nama asli mereka berdua?

“Kau....kenapa tahu nama asli kami?!” Tanya Fadhel pada Evil Gamma dengan wajah masih terkejut.

“Hmmm...ini merepotkan.”

“Cepat jawab!” Teriak Hasan dengan marah.

“Santai saja, Hasan. Kau tidak perlu terbawa emosi seperti itu. Pertama, aku akan memberitahu hasil yang kudapat hari ini,” Kata Evil Gamma kepada mereka berdua.

“Hasil?”

“Benar, Fadhel. Hasil yang kudapat hari ini tidaklah buruk. [Magic Skill] yang dimiliki oleh Hasan sebesar 23. Kau masih bisa berkembang, Hasan. Jika kau bisa berkembang dan memahami penggunaan senjata yang kau pegang, maka kau bisa mengalahkanku suatu hari nanti,” Jelas Evil Gamma pada Hasan.

“Apa yang kau katakan, Gamma?”

“Seperti itulah yang aku katakan, Hasan. Aku juga akan memberimu hal yang menarik, Fadhel. Kekuatan yang dimiliki oleh Hasan bisa berkembang lebih cepat dari yang kau kira. Oleh karena itu, kau akan menemukan senjata yang cocok agar bisa bertarung bersama Hasan, Fadhel,” Kata Evil Gamma pada Fadhel.

“Woi! Aku tidak mendengar jawaban soal darimana kau mengetahui nama asli kami berdua?!” Hasan mulai angkat bicara.

“Ah, benar juga. Ada seseorang dari kota terdekat yang memberitahukan nama asli kalian.”

“Jangan-jangan....Voth?” Gumam Fadhel setelah mendengar perkataan Evil Gamma.

“Sialan! Kadal itu....!”

“Yah, aku tidak akan memberitahu lebih rinci tentang darimana aku mendapat info tentang nama kalian. Kalian tidak perlu memikirkan tentang informasi pribadi nama kalian. Tidak ada gunanya. Tujuan kalian adalah [Finias], bukan? Aku akan memberi peringatan pada kalian,” Jelas Evil Gamma pada Hasan dan Fadhel.

“Hm? Peringatan?” Fadhel sedikit kebingungan dengan peringatan yang dimaksud.

“Ada organisasi yang mulai beroperasi di [Finias]. Organisasi yang melakukan uji coba pada ras-ras yang ada di dunia ini menjadi Plantazel. Organisasi itu bernama Lucifer,” Ujar Evil Gamma pada mereka berdua.

“Lucifer? Apa kau adalah salah satu dari mereka? Kenapa kau memberikan informasi seperti itu pada kami?” Tanya Hasan pada Evil Gamma.

“Aku tidak ingin kalian berdua mati tanpa potensi yang bagus. Kalian berdua memiliki potensi yang tidaklah buruk di mataku. Saat kalian sudah menjadi lebih kuat, aku akan mengalahkan kalian berdua. Selain itu, aku tidak pernah melihat ras seperti kalian. Kalian berdua mirip dengan Firtania, tapi telinga kalian tidaklah mirip. Yah, aku tidak begitu peduli dengan ras kalian asalkan kalian bisa berkembang sesuai dengan yang aku inginkan, Hasan, Fadhel!” Kata Evil Gamma dengan nada senang.

“Apa kau mempermainkan aku dan Hasan, Evil Gamma?!”

“Oh, iya. Aku akan berikan kalian ini. Dua botol ini berisi obat penyembuh untuk mengobati luka yang diderita oleh Firtania dan kau, Hasan. Cukup siramkan saja cairan dalam botol ini pada tubuh orang yang terluka, maka semua lukanya akan sembuh. Dengan begini, urusanku sudah selesai di sini,” Kata Evil Gamma sembari meletakkan 2 botol merah berisi cairan obat penyembuh di tanah.

“Kau memberikannya dengan mudah? Apa yang kau rencanakan, Evil Gamma? Kenapa kau menyerang gadis elf itu?” Tanya Hasan kepada Evil Gamma.

“Hasan, urusanku sudah selesai di sini. Aku tidak punya kewajiban menjawab semua itu. Fadhel, segeralah temukan senjatamu dan buat aku menjadi lebih senang dalam bertarung. Kalau begitu, aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, Hasan dan Fadhel,” Kata Evil Gamma pada mereka berdua. Evil Gamma berjalan ke dalam hutan dan perlahan lenyap dari pandangan mereka berdua.

“Oi! Tunggu! Akh?!” Hasan mencoba menghentikan Evil Gamma, tapi tubuhnya terluka. Kedua kakinya tidak sanggup menopang tubuhnya dan dia pun terjatuh ke tanah.

“Hasan!!! Bertahanlah!” Fadhel berlari mendekati Hasan yang ambruk. Dia berhenti sejenak mengambil 2 botol yang ditinggalkan oleh Evil Gamma dan kembali mendekati tubuh Hasan. Fadhel melihat kondisi tubuh Hasan yang kelelahan dan terluka di bagian perut. Kekuatan sihir Hasan sudah terkuras habis.

Fadhel menelentangkan tubuh Hasan menghadap ke langit. Fadhel pun membuka tutup botol dari satu botol yang diambilnya. Fadhel menyiramkan cairan di dalam botol itu ke tubuh Hasan secara perlahan terutama pada bagian perutnya yang terluka. Tak berapa lama, tubuh Hasan mulai kembali seperti sedia kala. Napasnya mulai teratur. Luka di perutnya sudah tertutup dan tidak membekas. Dunia yang dilihat Hasan hanyalah langit biru yang begitu menyejukkan perasaannya.

“Hasan, kau sudah merasa lebih baik?” Tanya Fadhel sedikit panik.

“Tidak perlu cemas, Fadhel. Kau sudah menyelamatkan diriku. Selain itu, lawan yang baru saja kuhadapi....”

“Evil Gamma, ya? Bahaya akan menanti kita di [Finias]. Kita harus bersiap akan segala kemungkinan yang menanti kita di sana, Hasan.”

“Kau benar, Fadhel.”

Pertarungan yang melibatkan Hasan dan Fadhel telah selesai. Namun, musuh mereka telah lenyap dari pandangan mereka. Saat itulah, informasi yang mereka dapatkan sedikit bertambah. Jalan untuk mencapai [Finias] akan menjadi lebih berbahaya dari yang mereka berdua bayangkan.