webnovel

WHO

***

Hari ke-6 di dimensi lain.

Aku tidak menyangka akan ditipu semudah itu, racun yang ia masukkan kedalam makananku memiliki efek melumpuhkan kerja otot. Tapi berkat bantuan paman yang melayang itu, aku kini bisa menggerakkan tubuhku kembali.

Saat ingin menyelamatkan wanita bertelinga panjang itu, aku kehilangan kesadaran.

***

"Tuan, saya akan mendobrak pintu ini sekarang juga dan saat saya mendobrak pintu ini tuan dan Alice langsung pergi ke arah nona elf itu. Saya yang akan mengalihkan perhatian nona Hel, setelah kalian berhasil membawa nona elf... kalian harus lari dari tempat tempat ini."

"Lalu bagaimana denganmu Anna?!"

"Jangan khawatir Alice, aku akan segera menyusul kalian."

Anna, meskipun terlihat sangat dingin tapi dia begitu menyayangi Alice. Aku tidak boleh membiarkan mereka terpisah, karena aku tau... rasanya berpisah dengan orang yang kusayangi.

Perlahan ku sentuh kepalanya, Anna tampak bingung dengan tingkahku.

"Jangan khawatir, kita semua pasti bisa pergi dari tempat aneh ini."

"Tidak tuan! Lagipula dari awal ini semua salah kami..."

"Tidak, kalian tidak bersalah. Kalian memiliki hak untuk bebas, bergitu juga denganku dan Chio."

"Tuan... baiklah tuan!"

"Bagus, sekarang kita masuk!"

***

Dari balik pintu tua yang sangat rapuh ini, tersimpan pemandangan yang sangat mengerikan.

"Tempat macam apa ini?!"

Sejauh mata memandang aku hanya bisa melihat potongan-potongan tubuh. Kepala, mata, badan, tangan, dan kaki. Semua tersimpan dalam wadah kaca, dan hampir semua wadah itu berlapis darah segar yang masih mengalir.

"Sepertinya kau berhasil keluar ya, raksasa kecilku."

Dari sudut ruangan aku melihat Chio yang tangannya dirantai dan digantung, dari pergelangan lengannya itu keluar darah segar yang mengalir menutupi seluruh lengan dan bajunya.

"C... Chio... wanita gila! Apa yang kau lakukan padanya?!"

"Wah seram, wajahmu itu seram juga ya raksasa kecil. Santai saja, aku hanya ingin melihat core gadis elf ini saja."

Core? Apa yang dia katakan? Aku sama sekali tidak paham.

"Ara, ternyata kedua pelayan setiaku sekarang bekerja sama dengan tahanan."

Wajah Alice terlihat ketakutan, dia perlahan mundur dan berlingdung dibelakangku.

"Maafkan kami nona Hel, tapi kami sudah muak dengan anda."

Anna terlihat sangat marah, dari tangannya keluar percikan api. Jadi ini yang dimaksud dengan elemen api tadi, dimensi lain memang aneh.

"Jadi kau sudah berani melawanku ya, Anna."

"Dengan segala hormat nona Hel, saya akan menghabisi anda sekarang."

Dari sakunya keluar sepasang dagger, Anna langsung melesat dan melawan wanita aneh itu. Cara bertarungnya mengingatkanku pada Shin, jenis senjata yang mereka gunakan juga sama.

"Lumayan juga Anna, kenapa tidak dari dulu kau memberontak seperti ini?"

Anna berhenti menyerang, kini ia hanya diam dan tertunduk.

"Jadi begitu, kau hanya ingin memanfaatkan tahanan...."

"Tidak!"

Dia berteriak, dagger itu kemudian mengeluarkan api dengan tingkat kepanasan yang sangat tinggi sehingga membuat api yang semulanya merah menjadi biru terang, sekilah itu terlihat seperti lapisan plasma api yang sangat panas.

"Saya tidak melakukan perlawanan dari dulu karena... saya tidak mau membahayakan Alice, berbeda dengan saya.... dia hanyalah manusia biasa. Tapi kali ini ada orang yang lebih kuat dari saya, jadi saya bisa dengan tenang mengeluarkan segala kemampuan saya tanpa perlu khawatir Alice akan diserang. Dan semua rasa amarah yang telah saya kumpulkan selama bertahun-tahun ini, hanya digunakan untuk satu tujuan..."

"Oh, jadi apa itu?"

"Membunuhmu!"

Dalam sekejab Anna menghilang dan saat itu tembok bangunan ini hancur, terlihat wanita aneh itu terjun bebas ke tanah. Kami melihat Anna yang berdiri di depan lubang besar tembok, dia tersenyum kearah kami.

"Aku akan mengakhiri ini, kalian selamatkan nona elf. Sampai jumpa."

Dia melompat turun, Alice langsung histeris dan berteriak. Anna, dia sangat nekat.

"Anna!!"

Sekarang apa yang harus ku lakukan?

"Tuan... ayo kita selamat nono elf."

Alice, meskipun sedang dilanda kecemasan dia masih memikirkan orang lain. Dia... sangat baik.

"Baiklah."

Kami pergi mengahampiri Chio, saat semua rantai terlapas dia terlihat sangat lemas.

"S... snow?"

"Ya, ini aku. Syukurlah, aku sangat senang kau baik-baik saja."

Sial, dia terlihat sangat tidak berdaya. Semua karena aku yang tidak bisa melindunginya, aku memang manusia payah.

"Snow... jangan menangis, aku baik-baik saja."

"Eh?"

Tunggu, sejak kapan air mataku...

"Tuan, kita harus segera pergi dari sini. Saya akan memandu kalian keluar dari istana ini!"

Alice benar, kita harus segera kabur.

***

Jalan yang ditunjukkan Alice sangatlah jauh dan gelap, ini seperti ruangan bawah tanah.

"Lewat sini tuan."

Ada sebuah pintu besi berkarat yang terlihat sangat tua, saat masuk kedalamnya ada banyak sekali perabotan lama yang tertutup debu.

"Pintu keluar ada di ujung ruangan tuan."

Kami berjalan melewati ruangan ini, dan seketika pandanganku tertuju pada sebuah benda persegi yang tertutup kain.

Entah kenapa, benda itu seakan menarik tanganku untuk membukanya.

"Tuan?"

Terpukan pundak dari Alice membuatku kaget.

"Tuan sedang apa?"

"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku pensaran dengan benda yang ada dibalik kain itu."

Alice terlihat bingung, lalu dia berjalan mendekatinya.

"Oh, ini sebuah lukisan."

"Lukisan?"

"Ya, ini lukisan salah satu dewa yang cukup terkenal."

Aku jadi semakin penasaran dengan lukisan itu.

"Boleh kulihat lukisan itu?"

"Boleh saja, silahkan tuan."

Dia memberikan, lukisan yang masih tertutup kain tersebut. Perlahan kubuka lukisan itu, dan secara perlahan juga mata kananku penglihatannya menjadi sangat kabur.

***

"Jangan! Jangan buka lukisan itu Snow!"

"Eh?! Kenapa tidak boleh nona Chio?"

"Jangan!!!"

"Hahaha!"

"Tuan? Kenapa kau tertawa?"

"Hahahahaha!"

"Alice menjauh darinya!"

"Eh?"

***

"Alice awas!"

Aku berlari dengan sisa kekuatanku menyelamatkan gadis ini.

"Oh, kau gesit juga elf muda. Kalau kau terlambat sedikit saja, anak manusia ini pasti sudah terbunuh."

Tidak mungkin, padahal dia hanya mengayunkan tangannya.... tapi setengah dari ruangan ini hancur!

"Hem, aku sebenarnya ingin bermain dengan kalian tapi ada sesuatu yang harus kulakukan."

Dia berjalan menjauh... aku sangat ketakutan, tapi... aku tidak bisa membiarkan orang itu membawa tubuh temanku.

"Berhenti!"

Aku melemparkan sedikit kekuatan elemenku padanya, tapi itu sama sekali tidak menggoresnya.

"Ada apa elf kecil? Apa kau punya urusan denganku?"

"Ya! Aku punya urusan denganmu!"

"Santai saja, aku akan mendengarkannya. Lagi pula aku masih punya banyak waktu sebelum pengguna elemen api diluar sana mati, ayo bicara sekarang."

"Eh! Pengguna elemen api?!"

Jadi pelayan satunya masih hidup ya, aku tidak boleh berlama-lama. Aku juga harus menyelamtkannya!

"Ayo bicara."

"Kembalikan..."

"Apa yang harus kembalikan kepadamu elf kecil?"

"Te... temanku! Kembalikan tubuh temanku!"

"Teman? Oh! Maksudmu Snow?"

"Ya, kembalikan tubuhnya sekarang juga."

"Hahahaha! Kau pasti bercanda kan?"

"Tidak, aku serius!"

Dia terlihat menikmati pembicaraan ini, dari tadi hanya suara tawa yang ia keluarkan.

"Nona Chio, sebenarnya ada apa ini?"

Alice sangat kebingungan, itu wajar saja karena dia bukan pengguna kekuatan elemen.

"Dengarkan aku nona-nona, aku tidak akan menyerahkan tubuh ini."

"Kenapa? Itu bukan tubuhmu!"

"Ayolah, aku sudah susah payah mendapatkannya. Tidak mungkin begitu saja kulepaskan, lagi pula anak ini sangat membutuhkan bantuanku sekarang."

Dia terlihat seperti sudah kenal lama dengan Snow.

"Siapa kau?! Apa tujuanmu?!"

"Aku? Hahaha, untuk sekarang tidak akan kuberitahu. Silahkan kau cari sendiri jawabannya nanti, aku pergi dulu."

"Tunggu!"

Aku berlari mengerjarnya, tapi tubuhku sangat lemah. Baru beberapa detik kuberlari, tapi aku sudah tumbah. Sial! Aku harus segera menyelamatkannya.

"Jangan bergerak elf kecil."

"Eh?"

Dia tiba-tiba sudah berada di depan wajahku, tatapannya terlihat sangat serius. Bukannya tadi dia sudah pergi, bagaimana...

"Sst, kau jangan terlalu banyak berfikir."

Dia perlahan menyentung keningku, aku ingin memberontak tapi tanganku tidak bisa digerakkkan.

"Apa yang ingin kau..."

"Diamlah, aku sedang berkonsentrasi."

Tak lama, tubuhku terasa ringan. Apa yang sudah ia lakukan pada tubuhku?

"Sudah selesai, sekarang berdirilah."

Eh? Tubuhku... terasa sehat, semua lukaku sembuh. Jangan-jangan dia...

"Entah bagaimana caranya, tapi anak ini memasang sesuatu di tubuhnya yang membuatku tidak bisa melukaimu. Dan sesuatu ini tubuh ini untuk menyembuhkanmu, ini memang menjengkelkan tapi jika aku memberontak sekarang hanya akan mengahncurkan tubuhnya."

"Snow?"

"Setelah semua ini selesai, aku akan mencari cara untuk bisa menguasai tubuh ini seutuhnya."

Aku... tidak begitu mengerti apa yang ia maksud.

"Baiklah sampai nanti, semoga kau masih hidup dipertemuan kita selanjutnya."

"Tunggu! Berhenti!"

***

"Kembalikan dia."

Siguiente capítulo