Cecil menatap bayangan dirinya di cermin yang sudah mengenakan gaun pesta pemberian Carol. Hal pertama yang muncul di kepala Cecil adalah … Eric. Cecil menghela napas.
"Ada apa, Nyonya?" tanya Mira, chef dari rumah Eric, pada Cecil.
Cecil menggeleng. "Hanya … gaun ini begitu cantik."
"Nyonya jauh lebih cantik dari gaun itu," timpal Mira.
Cecil tersenyum berterima kasih. Ia kemudian mengecek pintu kamar yang tertutup dan menggenggam tangan Mira.
"Dengarkan aku. Aku akan mencoba meminta pamanku unutuk mengizinkanmu ikut denganku. Di rumah Suryatama nanti, kau bisa pergi, orang-orang di sana pasti akan menyelamatkanmu. Jadi …"
"Nyonya," Mira memotong, "saya tidak akan pergi ke mana pun. Saya akan tetap di sini bersama Nyonya."
"Tapi, di sini …"
"Saya berutang nyawa pada Tuan Eric dan mungkin ini adalah satu-satunya cara bagi saya untuk membalas utang nyawa saya pada Tuan," terang Mira.
Cecil mengerutkan kening. "Utang nyawa … macam apa?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com