webnovel

Ex-Bangsat Boys

Ini kelanjutan kisah cinta mantan leader Bangsat Boys. Kisah cinta si Bos dan Bu Bos ternyata tak semulus yang diharapkan, cinta mereka karam ditengah jalan. Sekarang si Bos bukan anak berandal seperti beberapa tahun lalu, ia telah menjadi mahasiswa jurusan bisnis manajemen merangkap owner kedai Boba. Bu Bos juga sudah bukan remaja polos lagi, kini ia telah menjadi selebgram hits yang kondang dimana-mana. Lama berpisah, keduanya kembali dipertemukan dalam keadaan yang berbeda. Kali ini apakah hubungan mereka akan berhasil? Atau kembali karam? Benarkah cinta hanya butuh waktu?

nyenyee_ · Famosos
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

The Most Beautiful Moment

"Cantik banget gak sih pemandangannya? Liat sunset sama orang tersayang, duh bahagianya aku". Kata Unaya. Tangan gadis itu terulur kedepan seakan hendak menggapai sang Surya yang hendak masuk ke peraduannya. Jeka yang duduk dibelakang Unaya pun menggapai tangan gadis itu. Ia genggam tangan sang gadis kemudian berbisik.

"Ada lho pemandangan yang jauh lebih cantik daripada sunset. Deket banget malahan, bisa digapai". Unaya lantas menoleh kemudian menatap Jeka serius.

"Hah? Apaan?". Jeka tersenyum, ditariknya tangan Unaya kemudian diarahkan tangan gadis itu untuk menunjuk wajahnya sendiri.

"Lha ini. Cantik banget gak sih? Bersinar, sampai bikin silau". Canda Jeka. Unaya terbahak kemudian memukul paha pemuda itu gemas. Disandarkannya kembali kepala gadis itu ke dada sang pemuda. Bahagia sekali rasanya hari ini, banyak kejutan yang membuatnya percaya jika cobaannya telah usai. Unaya hanya minta satu saja pada Tuhan, jika kebahagiaan ini hanya sementara tolong hentikan waktu untuk saat ini. Biarkan ia dan Jeka merasakan kebahagiaan dan kebersamaan tanpa ada yang mengusik. Biar momen ini menjadi kenangan yang tak terlupakan.

"Berarti kalau aku gak cantik, kamu gak sayang ya sama aku? Dasar cowok makhluk pemuja visual!". Omel Unaya judes. Jeka terkekeh, pemuda itu mencium pipi Unaya hingga kepalanya miring kesamping.

"Ya iyalah. Emang kamu bukan makhluk pemuja visual?". Omel Jeka balik.

"Bukanlah! Buktinya aku mau tuh sama kamu yang pas-pasan. Padahal selera aku kek Jungkook BTS gitu". Sahut Unaya nyebelin. Jelas lah Jeka manyun, Arjuna kampus lho dibilang pas-pasan. Kalau Unaya buang Jeka juga pasti banyak yang mungut.

"Jungkook lagi, Jungkook lagi. Coba deh berdiri, gak capek apa tuh cowok jongkok mulu?".

"Hahaha. Apaan sih garing banget". Unaya ngakak. Bukannya ilfiel melihat Unaya yang ketawa lebar banget sampai-sampai lalat hampir masuk, Jeka justru terpesona. Unaya kalau senyum atau lagi ketawa tuh cantik banget. Ah... Ralat, kalau lagi bahagia cantiknya nambah. Ya Tuhan, semoga Jeka bisa terus membuat Unaya tertawa lepas seperti ini. Jeka mengeratkan pelukannya, ia cium dalam-dalam kepala belakang Unaya.

"Unaya, itu ada sesuatu dibibir kamu". Celetuk Jeka tiba-tiba. Sontak saja Unaya langsung menyentuh bibirnya.

"Dimana?". Tanya Unaya sambil terus mencari sesuatu yang kata Jeka ada di bibirnya.

"Sini aku bersihin, merem dulu". Tanpa curiga Unaya pun menutup matanya. Sedetik kemudian benda kenyal menempel di bibirnya. Hih! Dasar Jeka modus! Jeka tersenyum disela kecupannya, ia memberi kode pada Unaya untuk membuka bibirnya namun gadis itu justru menutupnya rapat-rapat. Jelas sebel lah karena dimodusin! Kalau mau minta cium tinggal bilang kenapa sih? Jangan mendadak gini kan Unaya belum siapin mental.

Karena gemas, Jeka menggigit kecil bibir Unaya. Gadis itu melenguh dan akhirnya memberi akses pada Jeka untuk memperdalam ciuman. Tangan Unaya secara otomatis merangkul leher Jeka seiring dengan dalamnya intensitas ciuman mereka. Tangan Jeka juga semakin erat memeluk pinggang sang gadis. Decapan dari bibir mereka saling bersahutan, indahnya sore ini. Ciuman mesra bersamaan dengan tenggelamnya sang Surya. The most beautiful moment in their life.

***

Guan duduk dikursi kebesarannya sembari tersenyum licik. Di atas mejanya ada beberapa berkas tuntutan yang akan ia berikan pada Suryo. Mengambil Unaya dengan jalan melenyapkan Jeka boleh tidak berhasil, tapi untuk yang satu ini Guan yakin akan sukses besar. Mana mungkin Unaya rela papanya mendekam dibalik jeruji besi selama bertahun-tahun atau bahkan mati membusuk disana? Itu tidak mungkin. Terpaksa Guan melakukan cara jahat yang satu ini, mengorbankan tua bangka Suryo demi mendapatkan Unaya kembali.

"Kirim segera berkas ini dan atur jadwal sidangnya. Saya penasaran bagaimana reaksi Unaya kalau tahu papa kesayangannya bakal mendekam di penjara selama bertahun-tahun. Apa dia masih tetap bertahan dengan pendiriannya?". Kata Guan sambil terkekeh. Sudah tidak sabar melihat Unaya bersujud dan memohon-mohon untuk kembali padanya. Lebih tidak sabar lagi melihat Jeka terluka karena Unaya lebih memilih dirinya.

"Baik Tuan. Menurut laporan ajudan yang lain, Unaya dan Jeka sedang liburan di pantai. Apa perlu saya minta mereka untuk....".

"Tidak perlu. Biarkan saja mereka merasakan indahnya surga sebelum merasakan nerakanya". Potong Guan kemudian tersenyum licik. Biarkan saja Jeka dan Unaya bersenang-senang untuk saat ini. Tulisan saja ada jedanya, setidaknya biarkan mereka bernafas sejenak sebelum ia hancurkan semuanya.

"Baik Tuan. Untuk pertemuan dengan Maharani Corp, apa Tuan sudah memutuskan tanggal pertemuannya?". Tanya Agus si tangan kanan Guan. Maharani Corp adalah perusahaan besar yang menanamkan saham besar di Guan Corp. Tentu saja perusahaan itu sangat penting untuk Guan, pundi-pundi uangnya ada disana.

"Atur saja setelah persidangan selesai. Kalau Unaya belum kembali Ketangan saya, saya tidak akan bertemu client manapun!". Sahut Guan mutlak. Agus mengangguk patuh kemudian pamit, ia keluar dari ruangan dan meninggalkan Guan yang tertawa bak iblis.

***

Jeka dan Unaya bergandengan tangan menuju vila. Petang telah tiba dan mereka memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, Unaya hendak mengambil barang-barangnya dan membayar sewa kamar. Namun saat sampai di meja resepsionis, ia dan Jeka dibuat menganga lebar.

" Mbak Unaya kan? Kata temen Mbak yang kayak berbi itu, jangan lupa pakai pengaman". Katanya sambil menyerahkan sekotak kondom hingga wajah Jeka dan Unaya merah seketika. Unaya yakin petugas resepsionis itu juga malu ngomong begitu.

"Eung... Maksudnya Mbak? Ini lho saya mau bayar sewa kamar. Terus temen saya mana?". Tanya Unaya kebingungan.

"Lho katanya Mbak sama Mas ini pengantin baru? Mau bulan madu kan? Temennya udah pada pulang Mbak, katanya takut ganggu". Unaya dan Jeka saling pandang. Mereka bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Pengantin baru dari hongkong kali ahhh! Ngaco nih.

"Kamu tunggu sini bentar ya, aku coba cari mereka di parkiran dulu". Kata Jeka. Jeka mencium bau-bau tidak mengenakan. Jangan-jangan ia dikerjain. Unaya mengangguk dan membiarkan Jeka berlari menuju parkiran.

Sampai diparkiran pun Jeka dibuat mengumpat, kosong melompong gak ada motornya. Fix lah dikerjain ini mah! Motifnya apaan coba sampai ditinggal berduaan gini sama Unaya. Langsung saja ia menelepon Victor. Iya Victor, siapa lagi biang keroknya kalau bukan lelaki itu dan sang istri? Kalau Jimi sih masih waras ya, gak mungkin otaknya kayak setan.

"Setan! Lo kemanain motor gue, Sat!". Omel Jeka saat Victor mengangkat teleponnya.

"Astaga! Kalem Bos, kalem. Motor lo aman lah gue bawa. Tapi gimana, ide gue keren kan? Sikat udah!". Ledek Victor.

"Gue sikat mulut Lo! Ini gimana ceritanya gue ditinggalin berduaan di vila sama Unaya? Kalau terjadi sesuatu gimana?! Ninggalin kondom di resepsionis ulah Lo kan?!".

"Mending terjadi sesuatu daripada terjadi sesuanu hayooo...". Canda Victor. Jeka lagi emosi eh malah dibercandain. Pingin rasanya balikin Victor ke asalnya, di Pluto.

"Gak lucu ya! Pokoknya gue gak mau tahu, jemput gue...".

"Gak ya Jek! Gak ada jemput-jemputan. Udah nikmatin aja nge-room nya sama Unaya. Besok pagi gue jemputnya. Inget lakuin yang lembut!". Sahut Ririn tiba-tiba. Wehhhh! Apaan nih yang lembut.

"Heh! Cewek stress! Lo kira....".

"Sttttt... Udah ngomelnya! Ntar waktu Lo tinggal sedikit. Klimaks itu membutuhkan waktu yang lama. Byeeeeeee... Inget safety is number one!".

Tuuuuttttt....

"Setan alas!". Umpat Jeka yang hampir saja melempar ponselnya. Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi. Ia khawatir kalau gak bisa nahan diri dan mengambil milik Unaya sebelum waktunya. Yang lalu-lalu memang pernah hampir kebablasan tapi kan ada Om Jun yang selalu mergokin tepat waktu. Tapi kalau sekarang enggak yakin sih.

"Oke tenang. Gue sayang banget sama Unaya, ah bukan sayang lagi melainkan cinta. Gue pasti bisa nahan diri, ayo Jek semangat kan tinggal bentar lagi menuju sah". Setelah menyemangati diri sendiri, akhirnya Jeka memutuskan untuk kembali ke meja resepsionis. Malam ini ia dan Unaya dengan amat terpaksa menginap disatu kamar.

Unaya yang melihat Jeka menghampirinya, bergegas menanyakan keberadaan teman-teman mereka.

"Gimana Jek? Mereka ada diparkiran kan?". Jeka tersenyum garing sambil menggaruk tengkuknya.

"Eunggg... Mereka udah pulang beneran Na". Sahut Jeka terlihat gugup. Mbak resepsionis tersenyum gemas. Semakin percaya kalau Una Frozen baru saja menikah dengan Mas ganteng viral. Tingkahnya itu lho masih malu-malu.

"Lah terus kita gimana?". Unaya manyun.

"Kita masuk kamar dulu yuk, bahasnya jangan disini". Bisik Jeka kemudian menggandeng tangan Unaya.

"Mbak minta tolong jangan sebarin hal ini ya! Hargai privasi Unaya". Peringat Jeka serius. Karena mendadak Jeka terlihat menyeramkan seperti Hulk, Mbak resepsionis pun mengangguk cepat.

"Mas, ini ada yang ketinggalan". Cegah Mbak resepsionis saat Jeka dan Unaya hendak pergi.

"Apa lagi?". Dengan polosnya Mbak resepsionis itu menyerahkan sebotol obat.

"Kata temennya yang ganteng, jangan lupa diminum sebelum bertempur. Biar gak loyo". Fuck! Bener deh si duo alien minta dideportasi dari bumi.

***

Jeka dan Unaya kaku ditempatnya masing-masing. Jeka duduk di ujung ranjang dan Unaya duduk di ujung yang lain. Sejak tigapuluh menit yang lalu, hanya ada keheningan. Ya gimana gak hening kalau mereka berdua bingung mau ngapain. Pergi ke pantai tanpa persiapan apa-apa, tv didalam kamar juga gak ada karena Unaya pesen kamar yang paling murah. Tadinya kan cuma buat transit aja, gak nyangka bakal nginep. Jeka sedari tadi melirik kearah Unaya. Gadis itu sudah ganti baju pakai dress pantai yang bertali kecil di pundaknya. Sementara Jeka pakai kemeja pantai warna kuning. Mereka tadi beli di sekitar pantai karena memang tidak membawa baju ganti.

"Kamu gak kedinginan apa pakai baju kayak gitu?". Tanya Jeka hati-hati. Unaya menoleh sedikit kearah Jeka, namun kemudian kembali menunduk karena malu.

"Enggak kok, biasa aja". Sahut Unaya bohong. Padahal aslinya dingin banget, tapi malu mau bilang. Entah kenapa malah jadi canggung, padahal dipantai tadi mesra. Mungkin karena lokasinya ada ditempat yang intim kali ya. Jadi mikir yang iya-iya.

"Kalau mau bobok duluan gak apa-apa". Kata Jeka lagi. Unaya menatap ranjang yang mereka duduki, ranjangnya kecil banget cuma muat buat satu orang.

"Kalau aku bobok di kasur, kamu dimana?". Tanya Unaya mengkhawatirkan Jeka.

"Aku mah gampang, bobok dibawah juga gak apa-apa. Atau mau berbagi kasur?". Canda Jeka. Pipi Unaya sukses merona, Jeka terkekeh melihatnya.

"Apaan sih. Kamu bobok duluan aja, aku mau bales chat Ririn dulu". Sahut Unaya salting.

"Ya udah aku tungguin".

Unaya pun langsung menyumpah serapahi Ririn yang tega-teganya ninggalin di vila sama Jeka. Unaya kan bingung harus bersikap bagaimana, ia malu walau hanya sekedar natap Jeka.

To: Ririn

Sumpah jahat banget!!!!

Ini gue gimana 😭

Jemput gue sekarang!

Wkwkwkkekekekek

Lo tenang aja

Gue udah pesen sama Jeka buat smooth

Hah? Smooth apaan?

Nanti kalau sakit,

Cakar aja punggungnya.

Sumpah lo ngomong apaan sih?

Awalnya emang sakit

Tapi lama-lama bakal enak

Lo yang sakit!

Gue gak ngerti Lo ngomong apaan

Jangan lupa pakai pengaman

Jangan hamidun sebelum nikah

Hamidun anak siapa?

Woy Ririn!

Rin!

Bales gak!

Kok centang satu!

RIN!

P

P

P

"Hih! Rese!". Unaya membanting ponselnya ke atas kasur. Nyebelin banget si Ririn, ngomong gak jelas. Pakai bawa-bawa hamidun segala.

"Marah-marah mulu". Unaya kaget bukan main karena tahu-tahu Jeka sudah ada disampingnya. Pemuda itu mencubit pipinya dan merangkulnya dengan tatapan... Ya begitulah. Yang jelas Unaya merinding disko.

"Ririn tuh kalau ngomong suka ga jelas. Maksudnya apa coba hamidun". Gerutu Unaya.

"Dia mah gak usah didengerin, anak setan emang". Sahut Jeka kesal. Mendadak hening kembali, Unaya menatap tangan Jeka yang menggenggam sekotak kondom.

"Jeka, i..tu. kamu gak?". Jeka menatap arah pandang Unaya kemudian melempar kotak kondom itu jauh-jauh.

"Enggak lah Unaya. Ini gak akan kepake malam ini, hehe. Kamu mana mau kan?". Kata Jeka gugup. Keduanya tertawa garing.

"Bukannya kamu yang gak mau, biasanya aku kan yang sering...".

"Sttttt...". Jeka meletakan telunjuknya dibibir Unaya. Pemuda itu kemudian mengecup dahi Unaya lembut.

"Bukannya enggak mau, cuma gak mau ngerusak sebelum waktunya. Gak mau ngecewain kamu, sama keluarga". Kata Jeka serius. Unaya menggenggam tangan Jeka lembut.

"Tapi kan kita udah mau nikah. Aku gak apa-apa kok, asal sama kamu". Unaya mengarahkan tangan Jeka menuju dadanya. Lagi-lagi Jeka diuji, namun setelah tangannya menempel di dada Unaya, pemuda itu buru-buru menjauhkannya sambil komat-kamit membaca doa di dalam hati.

"Kalau sekedar ciuman gak apa-apa, tapi kalau yang lain sabar dulu ya". Bisik Jeka lembut. Menolak secara halus seperti biasanya.

"Ya udah peluk! Dingin!". Pinta Unaya. Tentu saja Jeka langsung menurutinya. Pemuda itu langsung memeluk Unaya erat-erat dan memberikan kehangatan.

"Nanti kamu boboknya dikasur aja ya, temenin aku".

"Emang gak apa-apa? Nanti kalau aku kebablasan gimana?".

"Gak mungkin, kan kamu tadi yang bilang gak akan macem-macem. Bobok yuk!". Ajak Unaya. Jeka menatap Unaya sambil meneguk ludahnya susah payah. Unaya ngajak bobok barengnya imut baget, gemesin. Kan Jeka jadi gimana gitu. Rasa ingin memanjakan semakin menggebu.

"Aku janji gak akan macem-macem, tapi kalau satu macem aja boleh kan Na?". Belum juga Unaya menjawab, Jeka sudah membaringkannya di atas ranjang. Diciumi, disayang, dimanja sampai-sampai rasanya seperti dibawa terbang keawang-awang. Meski Unaya melenguh beberapa kali akibat perbuatannya, namun Jeka masih memegang prinsip untuk tidak merenggut milik Unaya sebelum waktunya.

--Ex-Bangsat Boys--