Pertarungan antara aku dan ayah akhirnya terjadi ketika kutemui ayah di sebuah ruangan yang merupakan kamarnya. Di ruangan itu ... terdapat sebuah tempat tidur berukuran besar yang membuatku merasa kesal jika kubayangkan pria kejam itu selalu berbaring dan memejamkan matanya di atas tempat tidur itu. Sekali lagi kekaguman kurasakan ketika tak terlihat ekspresi ketakutan sedikit pun pada raut wajahnya. Kini dia sedang berdiri di depan jendela kamarnya yang terbuka. Memandang ke arah langit yang masih enggan untuk berhenti mengeluarkan air hujan yang membasahi bumi.
Aku ingin segera mengakhiri semua penderitaan ini, karena itu aku berjalan menghampirinya. Mungkinkah dia telah rela menerima nasibnya meskipun harus mati di tanganku? Karena meskipun jarak di antara kami sudah sangat sempit dan nyaris terkikis habis, dia tetap tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Yang membuatku kesal ... tatapannya masih tetap tertuju pada langit.
"Di atas ranjang itulah ibumu melahirkanmu."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com