webnovel

Salah Orang

Luna mengambil jaket tersebut dari tangan Tiwi, Otaknya berputar untuk mencari alasan dengan mata yang membuat Dewi menyorotnya dengan kecurigaan. Mata Tiwi mengecil mencoba untuk menerawang apa yang saat ini disembunyikan oleh anaknya.

"Jangan bilang kalau kamu…."

"Nggak, ma."

"Berarti kamu mengerti dengan apa yang Mama maksud. Kamu sudah punya pacar? Dari aroma jaketnya ini milik cowok dan mama yakin ini adalah milik pacarmu.

"Bagaimana mungkin aku memiliki seorang pacar sedangkan aku selalu di rumah."

"Mungkin saja kamu mendapatkannya di sekolah. Jika kamu mendapatkannya di media sosial karena zaman sekarang sudah canggih. Jika begitu bawa dia ke rumah sesekali dan perkenalkan kepada mama dan papa."

Tiwi keluar dari kamar putrinya dengan tersenyum merasa putrinya yang selama ini dia lihat sudah dewasa mengenal cinta. Luna sangat malu dan duduk di tepi kasur menatap jaket tersebut dengan wajah yang penuh dengan kebodohan. Dia menghentakkan kaki ke lantai dengan ekspresi yang sangat kesal.

"Ini semua karena Kak Chan. Awas saja besok dia harus menerima akibatnya."

***

Suara anak-anak terdengar ribut dari beberapa kelas, Luna dengan sendiri mencari kelas can dengan memeluk jaket yang sudah dia lipat. Kepalanya tertunduk seperti gadis polos dan tak bisa menyapa siapapun. Dia takut diperhatikan bukan karena dia cantik atau tidak tetapi takut diremehkan karena dia tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat. Dia tidak suka jika seseorang membicarakan hal buruk tentangnya.

"Di mana sebenarnya kelas unggul itu."

Setelah melewati sekumpulan para pria yang sedang berbicara di depan kelas mereka Luna sedikit mengangkat kepala dengan melirik ke kanan mencari tulisan yang memberitahukan bahwa kelas tersebut adalah kelas unggul dari 12 Mipa. Karena fokus mencari tulisan tersebut dia tidak menyadari seseorang berjalan di hadapannya. Dia menabrak Sebuah tubuh milik Pemuda bertubuh tinggi yang berdiri tegak dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya.

"Maaf."

Luna termasuk salah satu gadis yang tidak bisa menatap kedua mata lawan jenisnya terutama cowok. Ketika dia mengucapkan minta maaf pandangannya masih ke bawah menunjukkan kepolosan.

"Ketika kamu meminta maaf kepada seseorang jangan menunduk tetapi angkat kepalamu. Kesungguhan ketika seseorang meminta maaf ataupun menyesali apa yang dilakukan bisa dilihat dari tatapan kedua bola matanya. Mata adalah jendela dari tahap awal untuk berkomunikasi sebelum hati dan pikiran."

Suara itu sangat dikenali oleh Luna, dia mengangkat kepalanya tetapi sebelum itu dia mendorong jaket yang ada di tangannya ke dada pemuda yang berdiri di hadapannya itu. PoStur tangan Luna saat itu seperti sedang melakukan pukulan.

"Ka…."

Dia menggantungkan perkataan setelah melihat pemuda yang ada di hadapannya itu bukanlah Chan , tetapi Liam dengan wajah dinginnya. Luna melirik kiri dan kanan melihat semua orang menatapnya yang bertingkah terlalu berani.

"Maaf."

Luna kembali meminta maaf, tetapi matanya menatap kedua bola mata Liam seperti apa yang dia dengar sebelumnya.

"Jangan pernah meminta maaf kepada aku dengan kedua bola matamu yang seakan menantangku."

Dia mengambil jaket yang ada di dadanya dan mendorong tangan Lina bersamaan dengan jaket tersebut. Sedikit kasar, tetapi karena dia yang sudah suka kepada Liam membuat Luna selalu menilainya baik.

Luna kebingungan, dia kebingungan dengan suara Chan yang dia dengar tai malah wujud Liam yang dia lihat.

"Apa aku berhalusinasi. Akan tetapi, aku mendengar jelas orang yang ada di depanku berbicara."

Luna kembali melanjutkan langkah, dia ditarik oleh seseorang ketika dia berada di depan gudang atas.

"Kak Chan. Kakak datang seperti hantu, kakak selalu membuat aku kaget."

"Jaketku."

Dia mengambil jaketnya yang ada di tangan Luna, dia tersenyum dan memakai jaket tersebut.

"Aku mendengar apa yang dikatakan oleh Mama mu semalam mengenai diriku. Kamu juga mengatakan kalau aku ini kucing yang lucu."

Luna menatapnya tajam, dia memukul dada Chan kesal seperti dia memukul Liam. Dia keluar dari gudang, Chan mengikutinya dan memegang rambut Luna. Langkah semakin cepat digerakkan oleh Luna, dia menuruni tangga dan menggerakkan kepala agar Chan melepaskan rambutnya.

"Tolong jangan dekati aku. Kakak tahu, sejak Kakak hadir dalam hidup aku rasa ketakutan dan ketenangan menghilang. Tolonng jangan dekati aku lagi dan aku tidak membutuhkan kata-kata estetic kakak itu."

Luna memarahinya setelah mereka menuruni tangga.

"Untuk apa aku mendekatimu?"

Suara yang berbeda terdengar, dia menoleh ke belakang mendapati Liam yang berdiri dengan tangan kanan memegang ponsel dan tangan kiri berada di dalam saku celana. Untuk kedua kalinya Luna merasa malu karena sudah salah orang.

" Aku tidak mengatakan kakak. Sebenarnya aku tadi marah bukan kepada kakak tetapi kepada temanku."

"Mana?"

Mata Luna celingukan sana-sini untuk mencari Chan, tetapi dia tidak menemukannya dan hanya ada kesunyian di lobby sekolah tersebut tempat mereka berdiri sekarang. Luna semakin kesal kepada Chan, tangannya mengepal dan meninggalkan keberadaan Liam.

"Gadis aneh!"

Liam kembali melanjutkan langkahnya.

***

"Hari ini kamu terlihat tidak bersemangat."

Setelah guru mata pelajaran bahasa Indonesia keluar Yona menoleh kebelakang berbicara bersama Luna yang meletakkan kepala di atas meja berada tepat di atas tangannya yang melipat. Wajah murung terlihat karena dia memikirkan kejadian hari ini di mana dia sudah dua kali salah orang ditambah lagi dengan kesalahpahaman ibunya mengenai seorang pacar. Luna hanya diam menggelengkan kepala karena dia tidak ingin menceritakan apa yang saat ini dialami. Dia termasuk salah satu anak yang lebih menyembunyikan masalahnya sendiri daripada menceritakannya dan akan selalu tersenyum untuk menyembunyikan kesedihan dan masalahnya.

"Aku tidak apa-apa. Aku hanya kekurangan tidur karena semalam mengerjakan tugas sekolah."

" Kalau begitu ayo ke kantin. Aku akan mentraktir mau belanja di kantin karena hari ini adalah hari ulang tahunku."

"Oh! Maafkan aku tidak mengetahui hari ini adalah hari ulang tahunmu karena kita baru kenal kemarin. Hem… aku juga minta maaf karena aku tidak bisa ke kantin sekarang. Aku mengantuk sekali dan aku ingin tidur sebentar di kelas. Maaf! Sebagai gantinya bagaimana setelah pulang sekolah nanti kita ke rumahku, aku akan menyuruh Mama masak. Masakan Mama enak, dan aku yakin kamu pasti akan menyukainya."

"Boleh juga. Oke! Kalau begitu, dah…."

Luna kembali meletakkan kepala ke meja, dia menghembuskan nafas. Alasan lain yang membuat dia tidak ingin ke kantin karena dia takut bertemu dengan diam, jika dia melihatnya pasti rasa malu akan kembali muncul ketika dia sudah salah orang 2 kali dan dengan orang yang sama hari ini.

"Kamu akan seperti orang bodoh jika sendirian di kelas."

Chan berbisik ke telinga Luna, posisi tubuhnya berdiri di samping Luna dan tubuh yang menunduk sambil memegang kursi.

Luna membuka mata, dia melihat tangan Chan di atas meja dan dia menjalar memandangi pemilik dari tangan itu. Dia berdiri dan memutar tangan Chan, dia kesal dan mendorongnya. Dia kaget ketika melihat bangku yang disenggol oleh Chan tidak jatuh padahal itu cukup keras, bahkan bergerak pun tidak.

Kenapa ini, apa yang terjadi pada Chan?

Next Chapter....