Setelah kembali ke kantor, Monica mendapatkan informasi adanya masalah di bagian Advertising. Berita Itu membuatnya langsung merasa tidak senang.
"Apa kau bilang? Mereka ingin mengubah kontrak? Dan itu terjadi tepat setelah kita telah mengerjakan banyak hal dan berada di tengah-tengah pengerjaan?" Monica menatap tidak percaya pada Martha yang kala itu masih sedang memberikannya laporan.
"Kau jelas tahu itu tidak mungkin! Bukankah pihak Adv. telah menjamin bahwa semua proyek itu telah dipersiapkan dengan sangat baik, dan diatur dengan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin ada kesalahan apapun, walaupun itu kecil sekalipun? Lantas, apa yang baru saja kau katakan? Mereka ingin merubah kontrak??"
Monica tertawa meledek. Dan Martha memilih tetap bersikap tenang.
"Itu benar. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi yang jelas, mereka mendadak meminta pembaharuan kontrak. Menurut mereka ada beberapa isi di dalam kontrak yang tidak sesuai dengan kesepakatan mereka di awal. Karena itu mereka mengajukan rerunding kembali tanpa sebab yang jelas," papar Martha sambil menyerahkan surat pengajuan rerunding yang dibicarakannya itu.
Monica mengambil kertas itu dan membaca sepintas.
"Jadi mereka ingin melakukan rerunding?" tanya Monica dengan kesal sambil menatap semua kertas-kertas itu dengan malas.
Rerunding itu jelas hanya akan membuang banyak waktu dan menambahkan daftar pekerjaan tambahan yang harus mereka kerjakan. Itu tentu, bukan ide yang baik.
"Ya. Dan... pihak mereka meminta rerunding itu langsung dengan Anda," seru Martha dengan tidak yakin dan wajah cemas.
Monica terkejut.
"Mereka ingin melakukannya denganku? Untuk apa? Apa kau tidak bisa mengatasinya?" tanya Monica bingung.
Sejak awal proyek Delux tidak pernah ditangani secara langsung olehnya. Walaupun semua laporan ia yang baca, pelajari, susun dan kontrol, Monica tidak pernah sekalipun terjun langsung ke dalamnya. Untuk bertemu dengan pihak-pihak lain yang terkait, Monica selalu meminta Martha untuk mengurusnya.
Apalagi untuk sebuah agensi sederhana semacam Indira. Monica jelas tidak pernah ikut campurtangan di dalamnya.
Persis seperti seorang sutradara yang meminta seluruh awak kru-nya untuk bekerja, Monica selalu bertindak sebagai pengamat di belakang layar.
Itulah kegunaan dari semua pekerjanya yang kompeten.
Tapi apa yang baru saja dikatakan Martha?
Ia sendiri yang harus turun tangan untuk mengatasi sekelompok orang yang mencoba membuat masalah dan mencari keuntungan dari perusahaannya?
"Saya sudah coba berunding dengan mereka. Tapi mereka tetap memaksa ingin membicarakannya langsung dengan Anda, Nona Monic. Karena itu, kita tidak bisa berbuat apapun kecuali mengambil jalan tengah." Papar Martha.
"Dengan mengikutsertakan aku di dalamnya?" Monica bertanya dengan tidak senang. Martha mengangguk.
Setelah beberapa detik Monica akhirnya menghelah napas dan kembali berbicara.
"Baiklah. Atur pertemuanku dengan mereka besok pagi. Aku ingin tahu apa saja yang akan mereka minta dan katakan padaku. Lalu, beritahu aku keseluruhan data artis yang menjadi maskot produk kosmetik kita ini."
"Baik. Tentu saja," jawab Martha dengan yakin. Lalu beranjak keluar.
Tapi begitu ia sampai di depan pintu, Martha mendadak teringat sesuatu.
"Oia, bagaimana pertemuanmu dengan calonmu yang kedua? Apa semuanya berjalan dengan baik?" tanya Martha penasaran, "Kau.. sudah mencari tahu orang seperti apa dia?"
Monica menjawabnya dengan malas-malasan.
"Hah!! Aku tidak tahu apa itu bisa disebut baik atau tidak. Tapi berkat kau, aku jadi teringat akan sesuatu hal yang penting."
"Apa itu?" tanya Martha.
"Ibuku akan segera datang."
"Kemana?" tanya Martha bingung.
"Kemari. Dia baru saja turun dari pesawat kurang lebih satu jam yang lalu. Dan aku rasa dia akan segera sampai ke sini, tidak kurang dari 25 menit dari sekarang," terang Monica yang langsung membuat Martha terbelalak panik.
"Apa??! Ibumu akan datang kemari, dan kau baru memberitahukannya sekarang???" Martha berteriak dengan heboh. Monica menanggapi dengan santai.
"Ini karena kau mendadak memberikan laporan yang tidak menyenangkan padaku. Jika tidak aku pasti sudah mengatakannya sejak awal," Monica menampilkan seulas senyum miliknya, "Karena itu, selamat bekerja keras!!"
Martha tahu itu bukan ucapan selamat yang sesuai dengan arti sesungguhnya.
"Kau...!!" Martha menahan kekesalannya sejenak. Dengan tergesa-gesa ia lalu berjalan keluar ruangan dengan membanting pintu.
Ia mengumumkan pada semua orang bahwa Nyonya Veronika akan segera datang ke kantor. Dan meminta semua orang untuk bersiap-siap.
Seperti apa yang diperkirakan, semua orang di kantor menjadi heboh. Mereka bahkan menyalahkan pemberitaan itu yang sangat mendadak. Dengan teeburu-buru, semua karyawan mulai membereskan semua meja dan lemari mereka dengan panik.
Bahkan seluruh personil officeboy dan officegirl bergerak untuk melakukan pembersihan secara menyeluruh pada setiap bagian yang ada di dalam gedung. Tak terkecuali Martha. Ia sendiri ikut tergesa-gesa kembali ke tempat kerjanya dan melakukan pembenahan.
Merapikan seluruh barang yang ada di atas mejanya. Menyusun semua dokumen yang ada di dalam lemari miliknya. Juga, membuang semua barang yang tidak dibutuhkan ke sampah. Bahkan sampai membersihkan semua sudut tempat dari kotoran dan debu. Serta, mengatur semua posisi barang miliknya ke tempat yang sesuai, termasuk laptopnya yang ada di atas meja kerjanya dengan sedemikian rupa.
Untuk apa?
Tentu saja untuk penyambut inspeksi dadakan yang selalu dilakukan Nyonya besar Veronika Anggoro yang Agung, setiap kali ia datang berkunjung ke sana.
Bukannya berlebihan atau bagaimana. Tapi Nyonya Veronika adalah orang yang sangat kritis. Amat sangat kritis malah. Wanita itu adalah Iblis kebersihan, kerapihan dan juga keindahan. Orang yang paling tidak suka jika ada tempat yang kotor, berantakan atau bahkan tidak teratur sebagaimana mestinya.
Nyonya Veronika tidak akan segan untuk terus berceloteh ria dengan indah dan tanpa henti, jika ia mendapati ada satu orang, siapapun itu baik karyawan miliknya atau bahkan karyawan milik keluarganya yang tidak mencintai ketiga hal tersebut.
Wanita itu juga sangat gila disiplin! Tidak heran jika dia bisa menyandangkan kesuksesan yang sangat luarbiasa, tanpa adanya campur tangan keluarga suaminya yang hebat.
Bahkan seorang Martha tidak akan bisa berkutik, jika ia harus dihadapkan pada seseorang yang begitu agung, seperti Nyonya Vero. Ia yang diagungkan sebagai penanggung jawab debat yang terhebat di angkatannya pun kalah, jika ia harus bersanding dengannya.
Tak heran darimana Monica bisa mewarisi sikap perfeksionisnya yang menggila. Hal itu pasti diturunkan dari ibunya!!
Ketika Nyonya besarnya itu tiba, Martha segera mengantarkan wanita itu ke ruangan kerja putrinya. Tanpa adanya kesulitan ataupun keributan kecil apapun yang dikhawatirkan, Nyonya Veronika berjalan dengan cantik bersama Martha dalam damai.
Walau Martha masih bisa merasakan perasaan was-was yang dirasakan hampir semua orang yang dilewatinya, Martha tetap berjalan dengan yakin mendampingi Nyonya Veronika masuk ke dalam.
***