"Luci terus meronta, dia terus melawanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran, itu yang terus berada di dalam hatiku pada saat itu. Sampai akhirnya aku menciumnya. Yeah, itu yang aku lakukan. Dan entah kenapa, aku ingin terus mencium bibir gadis itu," rona Evan dengan hati yang meletup-letup.
Seluruh kehangatan seperti menjalar di sekujur wajahnya. Urat-uratnya seperti menggeliat dan memanas karena malu. "Sekarang dia sudah menjadi milikku. Luci hanya menjadi milikku." Evan menjadi sangat sumringah, tanpa menyadari bahwa dia sangat menyakiti hati Cerry.
"Aku – aku turut berbahagia atas itu. Cerita cinta kalian sangat menarik." Menelan ludah sangat susah payah, Cerry juga harus menahan tonjokan emosi di dalam dadanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com