Selamat membaca :)
°•°•°
Di dalam pelukan itu, diam-diam Dea menangis bahagia. Seperti anak kembar, Sean pun begitu. Air mata bahagianya luruh. Rasa bangga akan diri sendiri makin menguar ketika Dea mengelus-elus punggung gagahnya.
Perlahan Sean memundurkan badan. Ia menilik ke dalam mata Dean dan mencari jawaban pasti, "jadinya?"
"Apa?" tanya Dea balik.
"Saran kamu, Sayang... aku lebih baik buka cabang di Semarang atau Surabaya? aku tahu tempatnya, tinggal bayar sama pemilik ruko."
Dea tampak merenung. Hatinya menimbang-nimbang. "Kalo Surabaya? gimana?"
"Boleh... nanti aku kabarin temenku." Lalu mengecup bibir Dea sesingkat mungkin. Setelah itu bangkit dan menghampiri meja. Satu tangannya meraih gagang gelas berisi coklat panas.
"Kamu lanjut kerja lagi?" Sean tersenyum geli dan mengangguk. "Semangat kerja, jangan sampek malem-malem ya!"
"Siap, Sayang. Kalau kamu ngantuk, tidur duluan, Sayang."
"Iya...."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com