webnovel

THE PERFECT

Ririe pun segera mengabari ibunya kalau ia hendak keluar dengan Ardi dan meninggalkan rumahnya.

Ia kemudian berjalan kedalam untuk berganti pakaian, sementara Ardi menunggunya di teras depan.

Ririe mengunci pintunya kamarnya takut kalau-kalau itu cowo tiba-tiba nongol. Ia pun keluar kamar setelah berganti pakaian.

Ardi yang melihatnya, terkagum akan kecantikan dan seksinya, udah engga sabaran aja dia ingin mencium dan memeluknya.

Sewaktu Ririe membelakanginya hendak mengunci pintu, ia merangkulnya dari belakang dan mencium lehernya, hendak mencium bibirnya tapi ditolak oleh Ririe...ia menyikut pinggangnya.

"Iiiih sanaaa aaaggh !! "sergahnya sebal dengan nafsunya yang engga kenal waktu dan tempat.

"Engga tahan ngeliat kamu tuh, kepingin aja. Abisnya kamu cantik dan seksi lagi. "

"Yaaa masa aku yang disalahin sih...kamu dong tahan ,jangan begitu. Kalau sampai dilihat orang lain kan ,jadi engga enak juga !" dengan nada agak marah.

Merekapun jalan-jalan di satu mall yang besar di Semarang, makan siang disana.

"Kamu harusnya banyakin makan sayuran kali Ardi, supaya lebih sehat."

"Hmm...iya mungkin yaaa...aku dari kecil kalo dirumah tuh setiap hari pasti ada masakan daging, kalo engga seafood, kurang suka sama sayuran aku."

"Hmm...itu dia masalahnya."

"Masalah ? masalah apa maksudnya...,? aku engga ngerti maksud kamu apa sih ???"

Ririe menarik wajahnya dan menatap Ardi..."Libido kamu itu yang ketinggian !!!, jadi ngeres aja pikirannya," bentaknya.

"Aaaagh...emang semua lelaki normal juga kayak begini kali ? bantahnya manyun. Siapa yang engga ngiler kalo lihat cewek seksi. Kamu aja engga tau !"

"Emang kamu engga suka heeeh... ?" Pertanyaan yang engga enak didengar.

Ririe cuma terdiam menghela nafas... .

Ardi membelikan sebuah celana panjang warna merah, bagus cocok untuk Ririe. Hmm...jangan-jangan makin ngiler aja dia nanti kalo Ririe pakai celananya.

"Dari sini kita kerumah aku yaaa, ada kerjaan sedikit."

"Ooh kerjaan apa?" Ririe agak keberatan sebenarnya,kalau saja dari awal tahu mau dibawa kerumahnya, pasti dia tolak.

"Ada surat-surat permintaan masuk, aku harus cepat balas."

Din...din...!! terdengar suara klakson mobilnya didepan pagar putih. Dan tidak lama kemudian pintu pagar dibukakan oleh si black, panggilan untuk seorang pekerjanya yang berkulit agak gosong.

Ririe diperkenalkan dengan anggauta keluarganya yang kebetulan ada disana, ibu dan bapaknya Ardi.

Mereka duduk berhadap-hadapan disofa besar ruang tamunya, Ardi bersebelahan dengan Ririe yang sebentar-sebentar mengelus-elus pundaknya Ririe dengan jari-jarinya, memperlihatkan sayangnya dia. Orang tua Ardi engga banyak tanya tentang Ririe, dan mereka meninggalkan Ririe dan Ardi berdua diruang tamu. Aneh juga, dalam hati Ririe. Respon orang tuanya agak dingin. Ada apa rupanya ? dalam hatinya.

Ardi sejenak sibuk dengan lap-topnya , entah apa yang dikerjakannya. Sementara Ririe duduk engga jauh disampingnya.

"Rie , kamu mau lihat kamar tidur aku engga ? "

Belum sempat dijawab , Ardi sudah menggeser layar lap-topnya kearah Ririe.

"Nih...kamar aku...hehehe."Ardi memperlihatkan video kamar tidurnya.

"Ini kamar tidur kamu ? sambil menatap layar komputernya. "Hmm...mewah banget ??"

Kamar tidurnya super luas , ada piano, tv, kulkas , perangkat sound system, sepeda statis yang menghadap ke kaca nan besar dengan pemandangan ke hamparan hijau diluar.

Ririe terkesan dengan kamar tidurnya yang berukuran besar , seakan kamar super duluxe hotel berbintang saja, kelihatan mewah sekali.

"Mau lihat kesana yuuk ," ajaknya sambil beranjak dari duduknya, dia menunjukan jari telunjuknya ke arah lantai 2 rumah.

"Engga aaaah ...! kata Ririe malas.

"Ayolaah nanti aku mainkan piano buat kamu, lagu 'Perfect dari Ed Sheeran'...yuuk ?" ajaknya sambil mengulurkan tangannya.

Engga enak mau nolaknya juga, nanti dibilang gadis dusun lagi, penakutlah atau apalah. Ririe memberanikan diri , ia menyambut tawarannya dan berdiri. Apalagi setelah dijanjikan permainan pianonya dan lagu the perfect yang sangat familiar ditelinganya.

Ia menaiki tangga yang menuju lantai atas, dari ketinggian dia menoleh ke bawah...hm...bagus design interior rumahnya, terkesan bersih, luas sekali dengan dominan warna putih dan , coklat muda dengan gorden warna-warni senada.

Mendekati sebuah ambang pintu yang terbuka lebar, Ardi berdiri sejenak menunggu Ririe mendekat, dan ia melingkarkan tangannya ke pinggang Ririe.

Ririe pun sadar, matanya mengerling kesamping. Mulai harus waspada dia !

Ardi langsung menuju pianonya dan memainkan lagu the Perfect seperti janjinya tadi. Ririe duduk mendengarkannya . Kebetulan dia juga senang dengan lagu dan syairnya. Pintar juga Ardi memainkan lagu itu, sambil diiringi suaranya beberapa bait.

I found the love for me, darling just dive right in , follow my lead.

Well I found the woman, stronger than anyone I know....she shares my dreams, I hope I share her home...

Ririe klepek-klepek dibuatnya.

Ririe yang sedang berdiri didepan jendela melihat pemandangan kesamping rumah ,didekati dan dipeluk pinggangnya. Ardi mulai mencium lehernya Ririe perlahan, yang dibalas oleh ciuman dibibir oleh Ririe.

Bibir mereka berpagutan lama, dan seperti biasa tangan Ardi mulai menggerayangi tubuh Ririe, sampai Ririe kewalahan untuk bergerak. Ruang geraknya menjadi sempit sekali karena tubuh Ardi yang sepertinya nempel rapat dengannya.

Capek dengan posisi berdiri , Ardi menggiring Ririe untuk jatuh ketempat tidur didekatnya, ia menindih tubuhnya tanpa melepaskan pelukan dan ciumannya...hot...semakin hot.

Ririe seketika kembali tersadar, dan membuang tubuh Ardi kesamping.

"...Aaaah , sudaaaah aaaah... !!! jangan diterusin nanti aku engga tahan Ardi !!" pintanya sambil membenarkan tatanan pakaiannya lagi.

"Rie...ayo dong, aku udah engga tahan lagi nih, aku tanggung jawab kok Rie. Masa kamu engga percaya sama aku, aku janji Rie !?" Matanya tampak sayu. "Ayo sayaaang ...?" katanya.

Ardi yang bagai sudah kesetanan , menolak untuk berhenti, ia kembali merangkul tubuh Ririe dengan agak kasar dan dengan kekuatan yang lebih besar, ia mencoba untuk menidurinya...tapi Ririe sudah lebih alert lagi, ia menolak !

"Engga mau aku gituan Ardiii !!! engga mauuuuu...aaaagghh," katanya meronta melepaskan diri. Mukanya jadi garang dan mendorong tubuhnya agar menjauh dari himpitan.

Ia meronta dan berhasil berdiri. Ia bergegas menuju pintu keluar dan membantingnya dengan kesal ..."baaammm !!" suara pintunya cukup menggelegar seisi rumah. Ririe berdiri dibalik pintu seakan baru tersadar akan apa yang sudah diperbuatnya. MEMBANTING PINTU ! ia nengok kiri-kanan , tetap sepi ! Ia pun menata pakaian dan rambutnya yang acak-acakan,kembali duduk manis di sofa ruang tamu.

.........

Ririe terlalu cepat jatuh hati kepada Ardi, dan sebaliknya. Hampir setiap hari mereka menyempatkan untuk bertemu . Hubungan mereka terbilang cepat menjadi intens, yang berbeda dengan gaya pacarannya dibandingkan dengan Hasann dulu.

Sepertinya Ririe merasa terpuaskan lahir dan batin dengan Ardi yang lebih hot, nafsunya besar , kantongnya tebal, royal membelikan barang-barang yang terhitung mahal untuknya. Yang membuat Ririe seketika terbuai indah bagaikan tidur diayunan dengan semilir angin sepoy-sepoy.

Orang lain yang melihatnya , di kampus, di restauran, di mall dimana pun, bisa merasa iri akan kebahagian mereka yang sama-sama muda , berani dan modern ini.

Perasaan Ririe melambung, hatinya senang sekali, seakan menjadi seseorang yang baru, ia pun merasa bangga menjadi kekasih Ardi.

Ardi yang tinggi libidonya dan mudah berpikiran ngeres, bisa di imbangi dengan Ririe yang cantik dan seksi sampai ketahapan tertentu .

Hanya gaya hidup Ardi yang berkecukupan ini, tampaknya sudah terbiasa menyalurkan nafsunya dengan meniduri pasangannya.

SIALNYA, sampai sejauh ini dia belum juga sukses mendapati apa yang diinginkan dari Ririe, yang belum siap dan selalu menghentikan aksinya ditengah usahanya. Hal ini sering membuat Ardi menjadi uring-uringan engga jelas.

Ririe yang terbilang masih polos, sebenarnya pusing juga kalo sudah sampai ke tahapan ini, disatu sisi dia engga mau kehilangan Ardi, tapi disisi lain dia merasa takut kalau harus melakukan hal yang tabu ,lebih dari sekedar berpacaran.

Ia perlu masukan , dan ia menghubungi teman yang paling dekatnya, Meilani lagi.