webnovel

Buku Usang

Media heboh dengan kasus baru yang mengguncang dunia, ribuan orang bunuh diri karena putus cinta dan ribuan anak kehilangan orangtuanya. Fenomena ini diberi nama Cupid silver, karena dampaknya sama dengan tembakan panah berwarna silver dari dewa mitologi Yunani bernama Cupid.

Secara mendadak hampir seluruh pasangan di dunia hubungannya hancur termasuk yang sudah menikah, tidak sedikit berakhir di meja hijau. Bahkan ada yang batal menggelar pernikahan karena calon pengantinnya tiba-tiba pergi entah kemana.

Keluhan korban yang ditinggalkan serentak mengatakan, bahwa pasangan mereka mendadak marah tanpa sebab dan beberapa saat setelahnya mereka mengambil keputusan sepihak untuk pisah, kemudian menghilang tanpa kabar.

Nayara, gadis berambut hitam lurus sebahu itu terpelongo melihat pesan dari grup kelasnya mengatakan, sekolah tetap berlanjut di tengah-tengah panasnya masalah ini.

Di sekitar mereka banyak yang sedang bersedih karena kehilangan orang terkasih, memang bagi Nayara seorang yatim tidak sedang kalut, tapi ia tetap kecipratan dampaknya. Suasana belajar jadi tidak nyaman pastinya, melihat di sosial media saja hampir semua teman kelasnya update status sedih, karena ditinggalkan ayah atau ibu mereka tanpa sebab.

Jelas, masuk sekolah dalam keadaan suram begini bukan pilihan yang baik. Menurutnya sekolah terlalu egois, tidak memikirkan kondisi sikologis muridnya.

Namun, meski begitu Naya menunggu keuntungan dari masalah ini, ia menanti-nanti kabar putusnya Vara dan Elgar. Naya berdoa agar hubungan sahabatnya itu segera berakhir. Ia mencintai Elgar sejak sekolah dasar, tapi malah sahabatnya Vara yang mendapatkan hati Elgar saat SMP. Namun, aneh mereka malah semakin romantis saja.

Curhat Vara pada Naya. Kata Elgar, kami harus semakin menguatkan di tengah-tengah masalah ini, karena dia percaya kunci agar terhindar dari ini pasti terletak pada kesetiaan.

Naya setuju, karena selama berhari-hari mengamati sekitar ia melihat masih ada keluarga yang utuh, keluarga seperti itu dari mereka yang keluarganya harmonis sejak dulu, dan yang keluarganya terpecah memang sering mengalami masa tegang. Ambil contoh terdekatnya saja, Vara dan Elgar yang sudah 5 tahun pacaran tidak pernah bertengkar.

Setan seperti Naya yang liciknya minta ampun pun tidak bisa menembus mereka.

"Kenapa harus Elgar? Banyak cowok lain Nay. Iya, harus, gue cuma mau Elgar. Tapi dia pacar sahabat lo, tapi gue lebih dulu naksir Elgar waktu Elgar masi embrio malah." Gadis itu menggerutu sendirian di trotoar jalan.

Benar-benar fenomena aneh ini merusak dunia, padahal matahari lagi terik-teriknya tapi seperti sedang mendung.

Naya sudah cuek dengan sekitar yang memberi energi negatif. Ia dalam perjalanan pulang dari mini market untuk membeli sesembahan tamu bulanannya yang suka datang tiba-tiba.

Dengan kesadaran penuh Naya membawa earphone agar perjalanannya tidak terasa begitu lama, ia menikmati alunan musik hiphop yang mengasikkan memenuhi pendengarannya, hingga tanpa sadar kepala dan tangan Naya bergoyang mengikuti ketukan bas yang menurutnya sangat nikmat meski sesekali mengejutkan telinganya.

Musik membuatnya lupa daratan, tapi kenikmatan itu hanya sesaat saat tengah keasikan tiba-tiba kepalanya dijatuhi sesuatu, untung jatuhnya pelan tak membuat Naya kesakitan, hanya kaget saja. Naya melepaskan earphone secara kasar, menoleh ke atas dengan alis yang mengerut barangkali ada orang di atas pohon yang sengaja mengerjainya, rupanya tidak ada. Kemudian, pandangan turun ke jalanan melihat benda yang dyakini barusan menjatuhi kepalanya.

Benda itu adalah buku aneh yang tebalnya sekitar 300 halaman, sampulnya yang berwarna coklat tebal seperti terbuat dari kulit hewan.

Naya lantas mengambilnya, memperkirakan berat buku itu 1 kilogram lebih, kembali Naya melihat ke atas pohon.

"Buku ini jatuh dari mana?"

"Ah, mungkin ada orang yang nggak sengaja naro di atas pohon tapi ketinggalan." Percayalah dia hanya sedang berusaha berpikir positif, apalagi melihat sampul bukunya yang aneh, kertas dalamnya juga tebal-tebal yang membuat buku itu menjadi berat.

Naya kembalikan ke pinggir trotoar lalu melanjutkan jalan lagi, tapi hanya beberapa meter dari buku ia menoleh ke belakang. Seperti ada bisikan yang memaksanya mengambil buku itu, padahal dalam hati Naya selalu menahan agar tidak melangkah sebab tidak suka dengan desainnya yang kuno.

"Aiss, sial." Ujung-ujungnya diambil juga.

Siguiente capítulo