"Sesuai harapan keturunan penyihir murni tipe satu!"
Kakek Tony tersenyum lebar, menatap Liza dengan penuh kebanggaan. Sembari tangannya menepuk-nepuk punggung Liza beberapa kali.
Pun dengan Denise yang lebih dulu merangkul bahu Liza dan memberi acungan jempol. "Hebat sekali! Tak kusangka ternyata kau menyimpan kekuatan fisik yang besar!"
Liza meringis sungkan. Tidak pernah ia disanjung-sanjung seperti ini, jadi Liza bingung harus bereaksi bagaimana.
"E ... teman-teman ... Tolong bisakah kalian berhenti sebentar untuk tidak merangkul dan menepuk-nepuk tubuhku? Lama-lama sakit juga ... Hehehe!" pinta Liza sembari menahan rasa sakit yang mulai menjalar di tubuhnya.
"Ah ya! Maaf maaf! Hahaha!" Denise baru sadar kalau rangkulannya membuat Liza sesak napas dan sakit.
Kalau si kakek Tony, beliau masih saja tidak mau berhenti. Sampai Liza mendelik kesal pada pria tua itu, baru beliau melepaskan tangannya dari punggung Liza, sembari cengengesan tanpa dosa.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com