Malam semakin dingin, suhu dari tanah seolah naik dan masuk ke dalam tenda membuat udara di dalam tenda pun menjadi lebih dingin dari sebelumnya.
Bona menarik selimut nya dan mencoba meringkukkan badannya di dalam selimut agar udara dingin tidak masuk tapi itu percuma saja rasa dingin ini masih menusuk-nusuk tubuhnya. Ia menjadi gemetar karena ke dingin an dan tanpa sadar mendekatkan dirinya dengan Jiho. Jiho yang mungkin tersadar dengan keadaan Bona juga mendekatkan dirinya kepada Bona.
"Aku juga ke dingin an jadi jangan salah paham" ucap Jiho singkat.
Berbeda dengan Jiho yang langsung terlelap terlihat tidak terlalu peduli. Bona merasa sangat kaget dengan perilaku Jiho yang tidak seperti biasanya karena setahunya Jiho memiliki sifat yang tidak peduli kepada orang selain dirinya sendiri. Ia juga bukan tipe pria yang akan kasihan kepada orang lain apalagi terhadapnya.
Rasa kantuknya menghilang seketika seperti busa yang meletus. Ia juga tahu kalau Jiho melakukan ini hanya untuk menghangatkan tubuh mereka tapi deru napas Jiho yang berada di atas kepalanya membuat jantungnya berdegub kencang. Suasana di sini yang sangat senyap membuat suara deru napas Jiho terdengar semakin jelas yang membuat Bona merasa salah tingkah.
Bona membuka matanya perlahan dan terlihat jelas wajah damai Jiho yang sedang tertidur lelap. Ia memandangi wajah itu selama beberapa saat, tanpa sadar tangannya terangkat dan menaikkan rambut yang terjulur di kening Jiho ke atas agar ia bisa melihat wajah Jiho lebih jelas.
Baru kali ini Bona melihat wajah tidur Jiho. Ia terlihat sangat damai seperti bayi yang tidur lalu rambut nya yang cukup halus untuk ukuran pria, alis tebalnya, mata, hidung lalu tatapan Bona terjatuh kepada bibir Jiho.
Ternyata bibir pria itu berwarna merah seperti buah cherry dan berukuran cukup tebal. Seperti tersihir tangannya menyentuh bibir Jiho pelan. Bibir Jiho terasa hangat di jemari Bona sampai-sampai kehangatan itu seakan tersalurkan keseluruh tubuhnya membuat Bona tersadar dan langsung menjauhkan tangannya dari Jiho karena ia takut Jiho menyadarinya ia berpura-pura tidur. 'Apa yang aku lakukan? Bona apa kau gila? Kamu mau dicap sebagai wanita penggoda hah? Dasar gila!' Pikir Bona dalam hatinya dan menutup matanya erat, berharap bahwa Jiho tidak tahu apa yang ia lakukan tadi.
--
Sebenarnya Jiho sempat tertidur tapi tidak lama tiba-tiba ia merasakan ada yang mendekat kearahnya. Ia berfikir mungkin Bona merasa ke dingin an karena alas tenda nya juga ikut bergetar karena wanita itu. Merasa kasihan ia mencoba membantu Bona dengan mendekatkan badannya juga.
Ia bisa merasakan badan Bona yang menjadi kaku secara tiba-tiba. Kalau saja ada yang bisa melihat ekspresi Jiho sekarang pasti kaget. Di wajah Jiho terlihat jelas bahwa ujung bibirnya terangkat 1 cm akibat reaksi Bona tapi sayangnya Bona tidak menyadari itu. Jiho pun berbicara bahwa ia juga ke dingin an agar Bona tidak salah paham oleh tindakannya. Setelah itu badan Bona terasa lebih santai dari sebelumnya.
Beberapa saat kemudian badan Bona berhenti bergetar. Sepertinya cara ini cukup berhasil mengurangi rasa dingin yang Bona alami dan juga ini cukup menguntungkan bagi Jiho yang mulai merasa dingin jadi mereka dapat berbagi ke hangatan satu sama lain. Saat Jiho mencoba untuk tidur kembali lalu ia mendengar suara detak jantung berdegub cukup kencang, entah itu suara dari jantungnya atau Bona tapi ia bisa merasakannya bahkan sampai terdengar di telinganya Dag… Dig… Dug… semakin lama semakin cepat.
Jiho menutup matanya rapat, berusaha keras untuk tidur kembali dan menenangkan degub jantungnya itu agar tidak terdengar oleh Bona. Jiho bisa merasakan kalau rasa kantuknya mulai datang kembali. Jiho hampir terlelap sampai ia merasa ada tangan yang mendekati wajahnya serta menaikkan rambut yang menutupi wajahnya.
Jiho yang tahu pemilik dari tangan itu berusaha keras untuk tidak membuka matanya. Ia mencoba mengatur detak jantungnya yang kembali berdegub kencang seperti orang yang berlari marathon.
Wajah Jiho membeku karena ada sebuah tangan yang menyentuh bibirnya pelan, tangan itu terasa halus dan dingin di bibirnya. Walau hanya sebentar namun kejadian itu sukses membuat rasa kantuknya menghilang berganti dengan rasa penasaran.
Ia mencoba mengintip dari sela-sela matanya dan terlihat Bona dengan wajah yang memerah menutup matanya rapat-rapat. Jiho yang melihat itu menganggap kejadian itu lucu karena walau ia pura-pura tidur matanya tampak bergetar.
Tersadar bahwa ia tersenyum langsung mengubah raut wajahnya kembali menjadi datar lalu menutup matanya kembali. 'Hey Jiho sadarlah! Apa kau gila? Apa yang kau lakukan?! Kau kan tidak memperdulikannya dari awal. Ingat ini hanya pernikahan kontrak, mengerti?'
--
Bona membuka matanya, hari sudah pagi. Saat ia ingin meregangkan badannya yang terasa kaku, lengannya terasa tertahan oleh sesuatu yang membuatnya tidak dapat bergerak dan ia baru ingat bahwa mereka tidur dengan jarak yang cukup dekat semalaman dengan posisi tangan Jiho yang berada diatas lengannya seakan-akan memeluknya. Ia cukup terkejut melihat tangan Jiho. Tidak ingin terbangun dengan canggung Bona melepaskan tangannya sangat perlahan agar tidak membangunkan Jiho. Setelah itu ia membuka tenda dan berjalan keluar.
Sepertinya hujan baru terhenti beberapa saat tadi karena tanah dan daun-daun disekitar tenda masih terlihat basah. Mungkin karena hujan semalaman membuat sekarang langit terlihat sangat bersih dan juga pemandangan di sekitar terlihat lebih indah. Sambil mendengarkan kicauan burung yang riang, Bona duduk di bungalow dengan merentangkan tangannya. Ia menghirup udara segar ini sepuasnya seakan-akan ia ingin menghabiskan semua udara di tempat ini.
Tidak lama Jiho pun bangun dan keluar juga dari tenda. Mereka berdua duduk dalam kecanggungan saat Bona ingin membuka pembicaraan tiba-tiba terlihat se kelompok orang dengan baju pendakian berjalan kearah mereka dan ternyata itu adalah regu yang mencari mereka pagi ini.
Regu yang di kirim kan dari kantor polisi terdekat menjelaskan bahwa tadi malam mereka tidak bisa mendaki karena hujan deras membuat jalanan licin dan berlumpur maka dari itu mereka memutuskan untuk melanjutkan pencariannya pagi ini. Mereka pun membereskan barang-barang disana seperti tenda dan Menyusun barang-barang lalu berjalan turun kearah resort.
Sampai di resort ia tidak dapat melihat anggota keluarganya satupun kecuali kakak laki-lakinya Jihoon yang sedang keluar dan melihatnya dengan kaget. Ia pun berjalan mendekat kearah Bona seraya memegang pundaknya dengan wajah yang khawatir.
"Kau baru turun sekarang? Apa kau baik-baik saja ? kau tidak kenapa-kenapa kan?"ucap Jihoon seraya memutar-mutar badan Bona melihat ada luka atau tidak di tubuh adiknya itu.
"Aku tidak apa-apa kok lagipula aku tidak sendirian ada Jiho juga disana" Jihoon melihat ke arah belakang Bona terdapat Jiho yang melihat ke arah nya lalu saling membungkukkan badannya.
"kak Jihoon" panggil Jiho.
"Oh Jiho ! terima kasih udah menjaga Bona dengan baik" Jihoon menepuk pundak Jiho seraya tersenyum ramah. Jiho hanya membalasnya dengan senyum saja.
"Kalian pasti lelah sebaiknya kalian masuk sekarang istirahat" ucap Jihoon seraya mendorong Jiho dan Bona ke arah pintu masuk resort. Bona dan Jiho hanya mandi dan langsung pulang karena Jiho ada meeting penting ke esokan harinya jadi mereka tidak dapat berlama-lama di resort itu.