webnovel

1

Hari ini, adalah hari berbahagiaku. Karena ini kali terakhirnya aku meninggalkan SMA-ku yang penuh sejarah ini. Kalau diingat-ingat di masa itu banyak terjadi kejadian yang sangat berkesan. Mulai dari mulai suka cowok, nongkrong bareng temen, chat n telponan sama pacar sampai shubuh dan banyak lagi, membuatku menjadikan tempat ini adalah tempat yang indah pada masa itu dan banyak sekali kejadian yang memorable banget. Tapi tiga tahun sudah berlalu. Saat inilah masa-masa dimana kita harus menempakkan kaki kedepan alias masa depan.

Dan harus berpisah dengan teman akrab itu sangat buatku sedih, "Jadi beneran nih, lo mau lanjutin disana?" Susan terlihat sedih apalagi Sarah yang mau nangis melihat sahabatnya harus pergi.

"Iyaa, manis... jangan khawatir. aku bisa jaga diri kok, santai aja lah" kataku meyakinkannya. aslinya aku juga gak mau pergi, tapi karena bokap harus pindah ke kota lain untuk dinas dan kebetulan udah hari terakhir sekolah SMA. Bokap bilang, kalo mau ngambil kuliah di Malang, karena disanalah kami akan tinggal. "Gak papa, sayang. Disana juga gak kalah kok kualitasnya sama yang disini. gak usah khawatir".

"Hmm... Jadi lo gak bakal balik lagi?"

"ya gue gak tau lagi... tapi, tenang aja, kalo gue ada waktu, pasti langsung nyamperin lo semua deh.."

"beneran nih??" Sarah sambil senggukan

"Iyaa.. bener..."

"Jadi ini yang mau pindah ke pelosok??... kasian banget yaa... sekalian aja gak usah balik... hahaha...." terdengar suara yang mengganggu telingaku. aku mencoba menoleh kebelakang. Ternyata Martha, teman sekelasku dan komplotannya, sebenarnya aku gak terlalu suka dengannya karena sikapnya yang urakan dan sok cantik. Awalnya aku gak terlalu mempentingkannya, tapi ia selalu saja menggangguku dan teman dan ia selalu saa memamerkan segala yang ia punya. karena memang ia juga anak orang berada, yang mana ayah adalah seorang pemilik perusaahan properti terbesar di ibukota. Dan yang paling aku gak suka dari Martha adalah ia selalu mencoba mendekati Dimas, pacarku. "Ada masalah apa lo sama gue hah?!" aku coba untuk tenang untuk menghadapinya. ingin sekali aku menjambak dan mencakar wajahnya, tapi aku gak tega dengan Sarah karena ibunya bekerja di rumah Martha sebagai Asisten rumah tangga. "Heh, siapa yang ke lo?! Ge'er banget lo. gue gak peduli apa lo pindah mau apa, apa kek, gue gak peduli, YOU ARE NOT MY LEVEL" sambil mengipas-ngipaskan tangannya padaku seperti mengusir. Lalu Martha pergi begitu saja meninggalkan kami.

"Udah rat, biarin aja dia... dia emang gitu..." Sarah mencoba menenangkanku. Aku hanya bisa pasrah melihat kelakuan si Martha.

Dan satu masalah selesai, dan ganti yang lain. tentu saja Dimas, pacarku di tiga tahun ini lyang mana selalu care, perhatian, baik, dan tentu aja tampan. Ia mendatangiku dengan senyumanya yang menawan dan ia bilang ia ingin ngobrol berdua dengan aku, Susan n Sarah akhirnya izin meninggalkan kami berdua. lalu Dimas melihatku dengan cemas, wajahnya sangat dekat. dan ia menghela nafas. "Emang gak bisa kalo kamu aja yang tinggal? kan ada bik Marni yang bisa njagain kamu" dia melihat dengan tatapan sedih.

"ya kalo bisa gitu, napa aku harus pamit kayak ginian" Dimas hanya bisa pasrah, itu sangat terlihat dari raut mukanya yang halus.

"Jadi ini kita LDR-an?"

"ya aslinya aku juga gak mau, tapi gimana lagi. Bokap udah begitu, kamu tau sendiri kan? bokap kelakuan nya gimana?" aku sebenarnya gak tega melihatnya begitu kecewa.

Dimas hanya bisa mengangguk dan pasrah, dan berjanji akan selalu kontak-an satu sama lain.

Setelah acara perpisahan selesai, para murid diperbolehkan untuk pulang, Akhirnya Susan, Sarah dan aku keluar dan berpelukan cukup lama. "Kalian jaga diri ya? gue bakal sering kesini kok". Setelah itu gak lupa aku berpamitan sama semua guru, staf.

"Waduh neng, beneran nih si neng mau pindah keluar kota?" kata pak Wan, security sekolah. salah satu legendnya sekolah.

"iyaa pak, bener, saya mau pamitan sekalian karena besok udah mau berangkat"

"Cepet amat neng, pindahnya? gak istirahat dulu. gitu?

"Nggak pak, karena besoknya lagi bokap udah kerja. Jadi gitulah."

"Ya udah neng, Pak Wan doain neng yang terbaik deh." sambil mengancungkan jempol dan meringis memperlihatkan gigi putihnya yanf katanya ia gosok gigi sepuluh kali sehari.

Dan ini juga terakhir kalinya aku diantar pulang sama Dimas. Ia sudah menunggu di depan gerbang dengan motor ninja putihnya. Sepanjang jalan kami sangat menikmati waktu-waktu terakhir sebelum kepindahanku. Dunia terasa pelan dan hanya milik kita berdua.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba kami sampai didepan rumahku. tak menyangka akan secepat itu.

"Jadi ini waktunya." Dimas mulai gugup. Mata kami mulai menatap satu sama lain dan dimas mulai mendekatkan kepalanya padaku, dan ini dia. kami akan mulai berciuman, aku menutup mataku dan dan mulai berdekatan dekat... dekat... semakin dekat... "Ratna!! apa yang kamu lakukan?! kemari! kita harus mulai bersiap-siap... Cepatlah." tiba-tiba Bokap didepan pintu memanggilku dan kami saling berjauhan reflek menghentikan acara ciuman kami.

"Iyaa pa, bentar lagi nyusul..." teriakku dan bokap masuk rumah. "Jadi ini sudah waktunya.... Jaga diri ya.." kata Dimas dengan kalem membuat hatiku meleleh. Rasanya tak rela bila ini semua akan terjadi padaku, Dan ia mulai menyalakan motor ninjanya dan pergi menjauh sambil terus melihat kebelakang. 'Kau yang terbaik Dimas" hatiku sudah miliknya. dan sampai ia tak terlihat aku mulai melangkahkan kaki ke kamar, mulai beres-beres semua barang barangku.

Hatiku hanya berkata 'Ini hanya sementara, setelah semua selesai aku akan kembali. tunggu saja kalian semua'. dan kesal sendiri dan rebahan kekasur dan memeluk guling.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu kamar, "Nak, ini Mama, Mama boleh masuk?"

"Iyaa.. masuk aja, gak dikunci kok" jawabku.

Mama mulai mendekatiku dan duduk disebelahku, mengelus kepalaku.

"Kenapa Nak?, kayaknya aku sedih banget.. kenapa? cobak cerita sama mama..." aku langsung bangun dan memeluk Mama.

"Kenapa sih ma.. kita harus pindah? kan udah enakan disini. rasanya gak rela kalo pindah dari sini". Mama hanya senyum simpul melihat anak semata wayangnya sedang dalam masa puber dan terus mengelusku. "hal seperti ini sudah biasa terjadi nak.. kadang saat apa yang kita sukai, kita sayangi harus lepas karena untuk melangkah kedapan yang lebih cerah." jelas mama.

"Jika diingat-ingat.. Mama juga dulu seperti itu kok.. saat itu mama masih belum menikah dengan papamu... mama masih sibuk mengejar impian mama untuk jadi dokter agar bisa banyak bantu orang. tapi, kehendak berkata lain... Mama akhirnya dijodohkan oleh kakekmu karena sudah masanya... padahal saat itu Mama lagi mencapai gelar kedokteran.. tapi Mama harus menikah.. Awalnya, Mama juga memberontak sepertimu. Mama bilang kr Nenek bahwa Mama gak mau menikah dulu, Mama ingin meneruskan pendidikan mama. Tapi Nenekmu hanya bilang, Kamu akan mengerti suatu saat. Tapi setelah mama punya kamu, mama tau alasannya." Jelas Mama.

"Terus apa ma alasannya" kataku penasaran. Mama hanya tersenyum melihat kepenasaran anaknya tersebut.

"Nanti aku juga temukan jawaban uti nak..." aku gak mengerti apa maksud Mama. apa maksudnya aku harus menikah dulu begitu??. tidak.... aku masih terlalu muda untuk itu....

"Ya sudah, sana gih siapin semua barangmu karena besok kita harus ke bandara.." Mama akhirnya beranjak dari kasur dan kaluar dari kamar.

Aku masih bingung apa yang dikatakan mama. masa aku harus nikah baru tau jawabannya. Semakin dipikir kepalaku semakin panas... belum dari soal pindah rumah, Dimas, Si Martha, sekarang mama? Ahh... sudahlah... kupikirkan besok. sekarang waktunya beres-beres dulu.

Siapkan stamina, siapkan hati. karena besok pindah rumah...

Siguiente capítulo