webnovel

Hutan Rimba

Mempunyai ayah tiri memang tidak enak terutama kalau kita sudah dewasa, namaku Maya dan aku satu dari sekian anak yang mengalami satu penderitaan dalam keluarga ketika orangtuaku bercerai.

Jelas aku lebih memilih ibuku karena jujur aku benci ayahku yang berselingkuh dengan wanita lain, aku sangat marah dan ingin rasanya membunuh ayahku karena mengkhianati ibuku yang setia kepadanya.

Lima tahun usai orangtuaku bercerai aku terkejut ketika ibuku mengenalkan sesosok pria yang tidak aku kenal, sampai dia mengatakan kalau pria tesebut adalah calon suaminya alias calon ayah tiri ku.

Karena aku sudah berumur 22 tahun maka aku terima akan hal itu, lagian aku juga harus memikirkan ibuku yang banting tulang serta kebutuhan biologis yang harus dia penuhi.

"Halo Maya, nama om adalah Tomo. Kamu bisa panggil om Tomo."

"I...iya om."

Kalau dilihat dari wajahnya dia terlihat seperti orang biasa pada umumnya, akupun melihat dia bukan orang berada dan kalau kalian mikir dia berpenampilan kharismatik itu gak sama sekali.

Badannya gemuk dan aroma ketiaknya gak nyaman sama sekali, tapi kenapa ibu bisa sama lelaki seperti itu. Hingga aku berpikir akan satu bulan ke belakang dimana ibu terlihat muntah-muntah dipagi hari. Dari situ aku mengerti kalau ibu sudah kebobolan saat hubungan seks sama pria ini, tapi kenapa harus lelaki seperti ini sih gerutu ku.

Aku tarik tangan ibuku untuk masuk ke kamarnya dan benar saja ketika aku menanyai soal perutnya yang berbadan dua, dia menjawab kalau mereka melakukannya tidak memakai pengaman dan tidak berpikir kalau ibuku akan hamil lagi. Usia kandungannya sudah dua bulan, dia juga berkata kalau om Tomo bekerja sebagai kuli panggul di pasar.

"Anjir, pantas aja tuh ketek baunya kaya apa." Batinku.

Ibuku sendiri bekerja sebagai pelayan pasar, ini bukan cerita dimana seseorang aku ada dalam keluarga kaya raya. Justru aku bercerita tentang hidup kalangan orang biasa dan ada dalam masalah cukup pelik.

Singkat cerita aku terima dia sebagai ayah tiri ku, ya mau gimana lagi mana mungkin ibuku melahirkan tanpa ayah.

Sudah jadi kebiasaan kalau ayah dan ibuku harus ke pasar, hanya saja jam keberangkatan mereka berbeda. Jelas ayah tiri ku sebagai kuli panggul berangkat terlebih dahulu sekitar jam 3 subuh, sedangkan ibuku berangkat jam 5 subuh.

Kalau bertanya aku bekerja atau belum jawabannya belum, sudah melamar kesana kemari tapi belum juga ada panggilan. Akhirnya aku yang menjaga rumah selama ayah dan ibuku bekerja.

Namanya berangkat lebih awal pasti pulangnya pun lebihnya awal, tapi om Tomo selalu menunggu ibuku yang pulang jam 5 sore. Tapi suatu hari ad ahal yang berbeda, sudah jadi kebiasaan kalau sekitar jam satu siang aku selalu tidur siang. Aku tidak tahu kalau om Tomo sudah pulang dari pasar, aku tertidur dengan pakaian serba pendek dan apesnya pada siang itu aku hanya memakai daster saja, cuaca panas menambah niatku untuk berpakaian seperti itu.

Aku dengar suara di dapur dan waktu menunjukkan pukul 14.30, aku kaget dan segera menuju dapur. Aku tertegun ketika melihat om Tomo sedang bertelanjang dada.

"Pantas saja ibuku bisa hamil sama dia."

Gila sungguh gila, birahiku tiba-tiba saja bergejolak ketika melihat bulu dari dada yang menyambung ke arah perut, belum lagi bulu ketiaknya benar-benar lebat dan hitam.

"Maya?" Kamu kenapa May?"

"Gak apa-apa om, kenapa om gak bareng mama?"

"Oh, tadi dia bilang mau pulang sendiri karena ada yang mau dibeli dulu. Kamu kok kaya aneh melihat om kaya gini?"

"Maksud om apa ya?"

Ok Tomo mendekatiku dan aku semakin gak nyaman akan bau tubuhnya yang terlalu menyengat, dari dekat terlihat kalau bulu dada dan perutnya mengkilap akan keringat.

"Kamu tahu kenapa mama kamu mau om tiduri?"

Aku menatap tajam akan ucapan dari om Tomo.

"Maksud om apa?"

Tiba-tiba saja om Tomo memegang tanganku..

Aku coba lepaskan pegangan tangannya, tapi om Tomo menggenggam tanganku begitu erat bahkan sampai aku kesakitan.

"Apa kamu gak penasaran gimana ibu kamu bisa hamil lagi?"

Aku semakin takut, tiba-tiba saja dia membuka celana pendek yang dia pakai dan terlihat sambungan bulu dada yang menuju ke bawah perut.

"Nih, ini yang buat ibu kamu hamil. Om masih ingat ibu kamu mendesah kenikmatan saat punya om masuk."

Aku tidak dapat berkata apa-apa karena aku benar-benar takjub akan bulu yang mengkilap akan keringat, kemudian obrolan om Tomo benar-benar membangkitkan gairahku.

"Lepaskan om! Nanti aku teriak."

Sebelum aku teriak, dia lebih cepat merangkul aku dan membenamkan wajahku pada ketiak kanannya. Sontak aku yang panik langsung menghirup aroma jantan yang keluar dari sana, aku rasakan kalau kemaluanku mulai banjir karena ketika dia merangkul tubuhku aku rasakan payudaraku bersentuhan dengan bulu dadanya yang lebat.

"Gimana baunya May, ibu kamu juga gak bisa lepas dari aroma ketiak om. Coba kamu jilat pasti kamu ketagihan."

Aku melawan sebisa mungkin dan akhirnya aku berhasil mendapatkan kemaluannya, dia langsung meringis kesakitan.

"Najis, aku gak bakalan jilat tuh ketek yang baunya bak sampah saja, aku bakalan laporin perbuatan om sama ibu."

Aku lihat om Tomo menelanjangi tubuhnya dan mengelus kemaluannya.

"Tendangan kamu cukup sakit, tapi itu sudah biasa buat om. Ibu kamu juga dulu gitu, awalan nolak kaya kamu eh besoknya dia yang minta lagi."

"To..."

Sebelum aku teriak aku lihat om Tomo memegang gawai dan menelpon ibuku.

"Om mau apa?"

"Kamu mau om ceraikan ibu kamu?"

Aku tidak bisa apa-apa karena ancaman om Tomo membuat aku mati kutu.

Om Tomo tidak lanjut memperkosaku dan dia memilih pergi ke kamarnya.

Pada malam harinya sekitar jam 7 malam aku lihat ibuku baru pulang, wajahnya terlihat kelelahan dan aku langsung memberinya minum.

"Bapak kamu kemana?"

"Udah meninggal." Jawabku singkat.

"Kamu jangan gitu, kan om Tomo sudah jadi bapak kamu. Kamu lihat sekarang ibu lagi mengandung anaknya."

"Ibu kok bisa sih hamil sama dia, badannya bau badannya penuh bulu."

Ibuku hanya terdiam dan segera masuk ke kamarnya, usai itu aku tidak melihat ibuku keluar lagi. Apa mungkin ibuku langsung istirahat, tapi ibuku orang yang resik mana mungkin dia langsung tidur.

Karena penasaran aku lantas menuju kamarnya, saat hendak mengetuk pintu aku mendengar suara peraduan kelamin.

Aku menggelengkan kepalaku karena ibuku yang baru pulang kerja langsung digenjot oleh om Tomo, aku bisa bayangkan bagaimana aroma kamar ibuku saat ini.

Tiba-tiba aku lihat ada cahaya kecil dari lubang pintu, aku penasaran dan langsung melihat ke arah dimana ibuku sedang ditindih oleh om Tomo.

"Itu bulu apa hutan rimba." Pikirku.

Sungguh gila karena aku melihat peraduan kelamin dengan bulu yang lebat dari om Tomo dan ibuku, apalagi  pantat om Tomo benar-benar hitam akan bulu. Sementara bulu kemaluannya ibuku hampir menyentuh lubang anusnya, aku heran kenapa ibuku jadi tidak mengurus akan bulu yang bisa dibilang sudah terlalu lebat.

Sekitar 15 menit mereka berhubungan badan, aku duduk di sofa dan pintu kamar ibuku terbuka. Aku lihat om Tomo keluar hanya memakai celana dalam saja, dia tahu kalau aku duduk di sofa dan dia mendekatiku.

"Kalau kamu tanya ini bulu atau hutan rimba, bilang saja hutan rimba."

Aku bengong karena dia berkata sambil memperlihatkan alat kelaminnya yang masih basah dan berbau tidak sedap.

TAMAT.