"Apa yang kalian lakukan tanpa sepengetahuanku?!" Diandra menepuk bahu Vika.
"Itu nanti saja. Kita harus cepat," tukas Vika acuh.
Diandra hanya mampu memijit dahi. Dia tidak bisa membayangkan, andai terjadi sesuatu dengan Adel.
Tiba di rumah Sandra, Vika langsung membawa motor menerobos halaman. Kini, bambu yang menjadi pagar rumah tersebut telah benar-benar roboh. Gadis itu memarkirkan kendaraan di halaman samping.
"Sepi, tapi kita coba masuk ke dalamnya."
"Tunggu, Vika! Kamu nggak boleh begitu, nggak sopan!" cegah Diandra.
"Ini bukan saatnya berlaku sopan atau tidak. Di dalam rumah, pasti ada sesuatu. Waktu itu, kami menemukan bangkai kucing bertumpuk!"
"Kami?!" Diandra melotot. Sudah dia duga, Adel dan Vika telah merencanakan sesuatu.
"Ya. Maaf, karena kami nggak pernah bilang. Saat itu, Adel berniat ke sini sendirian, tapi aku mengikutinya karena khawatir. Waktu kami masuk, di dapur ada banyak sekali bangkai kucing. Bahkan beberapa ekor masih terlihat baru saja dibunuh."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com