webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Kenapa Mayang...?

Gama menoleh kearah Erfly. Meminta pendapat dari Erfly.

"Ehem...", Erfly batuk kecil agar perhatian Nila dan temannya beralih kepadanya.

"Oh ya kak, kenalin. Ini Erfly yang punya kos-kosan. Gama hanya merawat aja kak", Gama berusaha merendah.

Kemudian Nila dan temannya menyalami Erfly, "Jadi... Bagaimana Erfly...? Bisa Nila bayar tahunan saja...? Tapi... Ada diskon ya...?", Nila kembali berusaha meloby Erfly.

"Sebenarnya segitu udah murah kak. Karna ini memang sengaja buat siswa dan mahasiswa", Erfly berusaha bertahan.

"Ayolah dek... Kita udah nyaman nih disini. Masa g'ak ada diskon buat penghuni perdana...?", Nila tidak mau menyerah, dengan mengeluarkan jurus lainnya.

Erfly tersenyum kecil. "Bisa sih kak, kalau kakak langsung bayar lunas sekarang. Kakak cukup bayar 4, 5 aja", Erfly berusaha mengalah kali ini.

"G'ak bisa 4 juta aja dek...?", Nila kembali menawar.

"Boleh kak, tapi... Tiap bulan kakak patungan buat bayar air dan listrik", Erfly bicara santai, dia menyilangkan tangannya didada sebagai tanda kalau keputusannya sudah tidak bisa diganggu gugat.

"Oke. Deal", Nila mengeluarkan uang tunai sebesar Rp.4.500.000,- dari dalam tasnya. Kemudian menyerahkan ketangan Erfly.

"Saya bayar perbulan saja dek", teman Nila nyengir kuda, kemudian menyerahkan uang Rp.400.000,- ketangan Erfly.

Erfly dengan cepat menghitung uang yang diberikan. "Sip. Pas", Erfly tersenyum. "Nanti kalau ada apa-apa hubungi Gama saja kak, mungkin saya akan jarang kesini", Erfly memberi informasi.

"Siap dek", Nila dan temannya menjawab hampir bersamaan.

"Oh... Satu lagi kak, sebelum lupa. Ini kos-kosan khusus cewek. Jadi... Tidak boleh ada cowok yang masuk apalagi menginap dengan alasan apapun. Kalau ada laporan kakak bawa cowok ke kosan, kita akan suruh kakak pindah. Ini demi kenyamanan bersama", Erfly memberi peringatan. Erfly tidak mau nanti akan timbul masalah untuk Gama kedepannya, lebih parah lagi kalau sampai kos-kosan dijadikan tempat kumpul kebo.

"Siap", Nila memberi posisi hormat bendera.

"Kalau gitu kita permisi kak. Assalamu'alaikum", Erfly dan Gama mohon diri, setelah menyerahkan kunci kamar kos Nila dan temannya.

"Wa'alaikumsalam", Nila dan temannya menjawab hampir bersamaan.

Gama kembali menaiki motor Erfly dan menuju rumahnya. Saat sampai di depan rumahnya, Gama langsung turun dari motor Erfly. Hanya bergeser kedepan, Erfly yang mengambil alih motornya. Erfly menyerahkan uang sewa kos-kosan yang diserahkan Nila dan temannya.

"Kok dikasih ke Gama dek...?", Gama bertanya bingung.

"Kan Erfly udah bilang, itu kos-kosan sengaja Erfly bangun buat abang. Jadi abang g'ak perlu kerja sembilan lagi", Erfly mengingatkan.

"Tapi... Dek... ", Gama protes.

"Abang yang kelola kos-kosannya. Dan ini uangnya. Abang bikin Pembukuan aja, biar g'ak salah nanti siapa yang bayar sama belum. Atau nanti Erfly bantu buatin deh bukunya", Erfly bicara panjang lebar. Kemudian Erfly meraih jemari tangan kanan Gama, dan memberikan uang tadi ketangan Gama.

"Makasih dek", Gama bicara pelan.

"Makasih mulu dari kemaren. Erfly balik ya, jangan boros. Ditabung uangnya. Nanti g'ak gadai motor lagi buat bayaran sekolah", Erfly memberikan kutbah sebelum pergi.

"Iya, kamu hati-hati dek", Gama mengingatkan Erfly.

Erfly hanya mengangguk pelan, "Assalamu'alaikum", Erfly mengucap salam sebelum pergi.

"Wa'alaikumsalam", Gama menjawab lirih.

***

Erfly kerumah sakit berniat memberikan kejutan kepada Alfa, malah dia yang mendapatkan kejutan. Alfa pulang setelah jadwal operasi yang panjang.

Erfly memutuskan untuk mampir kerumah Cakya. Jadi memilih jalan mendaki kearah bukit sentiong menuju rumah Cakya.

Erfly menghentikan motornya, padahal baru setengah perjalanan. Erfly melihat seluet punggung orang yang dikenalnya, sedang pelukan dengan perempuan.

"Erfly...?", perempuan itu langsung melepaskan pelukannya, saat sadar ada orang yang memperhatikan mereka.

Lelaki tersebut kaget saat nama Erfly disebut, dia langsung menoleh kearah Erfly. "Erfly...? Cakya...", ucapan Cakya terputus karena Erfly telah berlalu bersama motornya dengan kecepatan tinggi.

"Cakya.... Mayang minta maaf", Mayang memasang muka bersalah seketika.

"Cakya antar pulang", Cakya menaiki motornya dan diikuti Mayang yang patuh duduk dibangku penumpang.

***

Erfly sampai dihalaman rumah Alfa. Erfly mengetuk pelan rumah Alfa. Setelah menunggu beberapa saat, Alfa membuka pintu rumah.

"Dek...?", Alfa bingung kenapa Erfly bisa muncul dirumahnya.

Erfly langsung nyelonong masuk kerumah Alfa. "Erfly capek Ko, mau istirahat", Erfly bicara pelan sambil berlalu kekamar tamu.

Alfa tidak berusaha mengejar Erfly. Alfa memilih duduk di ruang tamu, menghidupkan TV.

HP Alfa berdering, tertera nama rumah sakit di layar HPnya.

"Halo...?", Alfa bicara malas.

"Bagaimana keadaan dokter...?", terdengar suara perempuan dari ujung lain telfon.

"Lumayan. Ada apa suster...?", Alfa bertanya pelan.

"Adiknya dokter Firman sudah sadar dokter", perempuan diujung telfon bicara lagi.

"Iya, nanti malam saya ke rumah sakit", Alfa langsung menutup telfonnya, tanpa menunggu tanggapan dari ujung lain telfon.

***

Erfly tidak bisa tidur, matanya masih menatap loteng kamar. Pikirannya menerawang ke kejadian yang baru dilihatnya tadi.

'Katanya mereka tidak ada apa-apa...? Tapi... Mengapa pelukan, dan... Mayang sepertinya menangis tadi...? Kenapa Mayang...? Dan kenapa harus Mayang...?'

Erfly menggerutu dipikirannya sendiri.

***

Cakya mengetuk pintu rumah Erfly berkali-kali, akan tetapi tidak ada respon sama sekali dari dalam rumah.

Cakya duduk di teras rumah dan menelfon Gama.

"Assalamu'alaikum... Kenapa...?", Gama bertanya pelan.

"Wa'alaikumsalam. Om sama Erfly g'ak...?", Cakya balik bertanya.

"Tadi udah pulang, habis mengantar Gama pulang", Gama bicara jujur apa adanya. "Kenapa...?", Gama bertanya lagi.

"G'ak ada apa-apa. Terima kasih Om. Assalamu'alaikum", Cakya bicara pelan kemudian menutup telfon.

"Wa'alaikumsalam", Gama menjawab pelan dari ujung lain telfon.

Cakya kembali berusaha menelfon nomor Erfly. Tetap sama saja, nomor Erfly tidak aktif.

"Kemana kamu Erfly...?", Cakya menjambak rambutnya kasar.

***

Candra masih konsentrasi menghabiskan makanannya.

"Alhamdulillah operasi Dirga berjalan lancar dek", Sinta memecahkan suasana yang hening.

Candra tidak merespon, dia tetap saja konsentrasi penuh dengan makanannya.

"Minggu depan dia sudah boleh pulang", Sinta kembali menjelaskan.

Tetap sama saja, Candra tidak merespon apa-apa.

"Dirga masih harus di kursi roda dek, karna kakinya yang patah belum pulih. Dia juga harus bolak-balik rumah sakit untuk terapi", Sinta menjelaskan keadaan Dirga.

Candra menghentikan suapannya, "Candra titip bang Dirga mbak", Candra bicara dengan nada bergetar karena menahan tangis.

Sinta menggenggam tangan kiri Candra yang tidak memegang sendok, "Kamu jangan khawatir dek", Sinta tersenyum lega mendengar permintaan Candra.

"Terima kasih mbak", Candra bicara lirih, kemudian kembali menyuapi makanan kedalam mulutnya.

Bagaimanapun rasa benci dan kecewanya terhadap Dirga. Karena Dirga salah satu penyebab ayahnya meninggal, dan selama ini Dirga seolah tidak perduli akan dirinya. Tidak sekalipun Dirga muncul ke rumah tahanan bahkan hanya sekedar melihat keadaannya. Tetap saja, dia adalah kakak kandungnya. Dia dilahirkan dari rahim yang sama.