webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Cakya udah jadian sama Mayang

Erfly duduk ditempat favoritnya, daun pintu kelas. Cakya duduk disamping Erfly sembari meminum air mineral yang dibawanya.

Erfly merebut botol minum Cakya hingga Cakya tersedak, "Uhk... Uhk...", Cakya menarik nafas panjang agar merasa lebih tenang.

Erfly malah tersenyum langsung meminum minuman Cakya, tidak perduli dengan kondisi Cakya atas kejahilannya.

Setelah kembali tenang, Cakya langsung mengacak rambut Erfly kesal. Erfly malah tertawa lepas, bukannya memasang muka kesal seperti biasanya, saat Cakya mengacak rambutnya.

"Eh, Mayang duduk sini", Erfly meraih tangan Mayang saat melintas dihadapannya.

Mayang langsung duduk disamping Cakya dengan malu-malu, karena Erfly duduk tepat bersandar di tiang daun pintu. Maka Mayang tidak ada pilihan lain, selain duduk di samping Cakya.

Erfly menatap kearah kirinya. Mayang terlihat malu-malu, kepalanya masih tertunduk tidak berani menatap Cakya ataupun Erfly.

Erfly menyikut lengan Cakya, "Ajak ngobrol tu", Erfly berbisik ditelinga Cakya.

"Hemk", Cakya mendengus kesal karena kelakuan Erfly.

"Em... Cakya... Ma... Mayang boleh tanya sesuatu g'ak...?", Mayang berusaha keras mengeluarkan suaranya.

Cakya tidak menjawab, akan tetapi malah menatap Mayang lembut.

"Cakya kenapa suka basket...?", Mayang bertanya pelan, kepalanya tetap tertunduk malu. Tidak berani menatap lawan bicaranya.

Cakya memegang dagu Mayang dengan jemari jempol dan telunjuknya, seperti orang sedang mencubit. Cakya kemudian menaikkan dagu Mayang agar bisa menatap kearah lawan bicaranya.

Entah kenapa air mata Erfly langsung menyerbu ingin keluar dari kelopak matanya, Erfly langsung mengalihkan tatapannya kearah lain. "Kenapa nangis sih?!", Erfly membatin kesal meneriaki dirinya sendiri. Dengan segera Erfly menghapus air matanya.

"Erfly ke toilet dulu, mau pipis", Erfly berusaha tertawa riang, satelah mengembalikan botol air mineral milik Cakya kembali ketangan Cakya, Erfly bergegas meninggalkan Cakya dan Mayang. Agar mereka bisa ngobrol dengan santai berdua, lagian Erfly tidak mau jadi obat nyamuk diantara Mayang dan Cakya.

Erfly langsung menyerbu toilet, satelah yakin tidak ada siapa-siapa. Erfly menangis sejadi-jadinya.

"Begok, kenapa harus nangis sih...?", Erfly berteriak kesal pada diri sendiri. Erfly menghapus kasar air matanya, kemudian mencuci muka agar bisa kembali kekelas lagi.

Erfly memutuskan untuk kembali ke kelas dengan langkah perlahan. Erfly terdiam saat hanya tinggal beberapa langkah lagi menunju kelas. Melihat pemandangan yang tidak biasa.

Cakya tertawa kecil mendengar cerita konyol Mayang. Sedangkan Mayang malah tertunduk karena merasa malu.

"Woi, ngelamun aja", Gama membuyarkan lamunan Erfly.

"Apaan sih...?!", Erfly kesal karena kaget.

"Ayo masuk", Gama bicara disela tawanya.

"Iya", Erfly bicara pelan, kemudian berjalan beriringan dengan Gama kembali kedalam kelas.

***

Saat bel pulang sekolah, semua anak mulai bubar satu persatu. Erfly menatap kearah Cakya, bermaksud mengajak Cakya pulang bareng karena hari ini dia tidak membawa motor.

Cakya langsung beranjak dari kursinya, berlari kecil menyusul Mayang yang sudah berada didaun pintu kelas.

"Mayang...", Cakya bicara pelan.

Mayang berbalik menatap Cakya, "Ya...", Mayang menjawab antusias.

"Cakya antar...", Cakya bicara lagi, kali ini hanya dibalas senyuman manis dara berambut panjang itu. Serta anggukan pelan.

Cakyapun berlalu bersama Mayang menjauhi ruang kelas. Air mata Erfly kembali menetes tanpa dia sadari.

"Erfly kenapa...?", Gama yang mau menawarkan Erfly pulang bareng, heran melihat Erfly menangis.

"Apanya...?", Erfly balik bertanya.

"Itu, kamu nangis. Kenapa...?", Gama bertanya sembari menunjuk kearah muka Erfly.

Erfly meraba pipinya, "Oh, ini... Itu... Erfly kelilipan", Erfly memberikan alasan sekenanya, kalau mau jujur dia sendiri tidak tahu kenapa dia menangis.

"Erfly bawa motor...? G'ak balik...?", Gama bertanya lagi, sembari memakai tasnya.

"G'ak bawa, tiba-tiba mogok tadi pagi", Erfly bicara polos.

"Gama antar, sekalian Gama cek motornya kenapa", Gama memberi saran.

"Emang Gama bisa...?", Erfly bertanya sanksi.

"Ye, Gamakan kerja sambilan di bengkelnya pak Jendral. Kalau dikit-dikit bisa, kalau parah anter ke bengkel. Hahahaha", Gama tertawa renyah.

Sesuai janji, Gama mengantarkan Erfly. Sesampainya dirumah Erfly Gama langsung membuka baju seragamnya, kali ini Gama memakai kaos oblong berwarna senada dengan warna celana sekolahnya.

Gama tidak membuang waktu, dia langsung fokus mengecek kerusakan motor Erfly. Sedangkan Erfly masuk kedalam rumah, berganti baju agar lebih nyaman, kemudian keluar dengan membawa minuman dingin untuk Gama.

"Bisa g'ak...?", Erfly bertanya saat duduk dikursi teras, menatap Gama yang sedang serius bekerja.

"Ini fuel pump", Gama bicara santai. Kemudian duduk dibangku, meneguk minuman dinginnya.

"Maksudnya...?", Erfly tidak mengerti dengan ucapan Gama barusan.

"Fuel Pump. Bisa terjadi karena kotor jarang di servis, atau gara-gara tangki sering kering. Jadi itu bisa merusak Fuel Pump dan injeksi. Kalau udah kayak gini, emang kadang susah di stater motornya", Gama menjelaskan panjang lebar.

"Terus gimana dong...?", Erfly bertanya bingung.

"Bawa ke bengkel aja, biar diservis full. Mudah-mudah jangan sampai harus ganti aki", Gama memberi saran.

"Ntar deh Erfly coba dorong ke bengkel yang dipersimpangan bawah", Erfly bicara malas. Membayangkan harus mendorong motor sendirian ke bengkel.

"Jangan khawatir, ntar Gama minta tolong orang bengkel yang jemput motor Erfly kesini", Gama bicara lagi.

"Emang bisa...?", Erfly tidak yakin akan omongan Gama.

"Dibengkel ada layanan antar jemput. Namanya persaingan, kalau g'ak jeli ngasih pelayanan bisa kabur pelanggan. Cuma... Ada biaya extra yang harus dibayar", Gama bicara ragu.

"G'ak masalah", Erfly bicara dengan senyum sumringahnya.

"Yang jadi masalah, perut Gama nih sekarang", Gama nyengir kuda saat menghentikan tukang siomay yang lewat didepan rumah Erfly.

"Dasar...", Erfly tidak tahu harus komentar apa menghadapi temannya yang super ajaib satu ini.

Erfly masuk kedalam rumah membawa 2 piring kosong. Kemudian menghampiri penjual siomay, setelah memesan dan membayar. Erfly sengaja memesan porsi jumbo untuk Gama, sedangkan untuk dirinya sendiri Erfly memesan satengah dari porsi Gama.

Erfly kembali kedalam rumah. Kembali keluar dengan 2 botol air mineral dingin lagi dan 2 sendok.

Gama makan dengan lahapnya, "Pelan-pelan kali, ntar keselek", Erfly mengingatkan.

"Gama hampir telat ketempat kerja, takut dicariin", Gama menjawab dengan mulut yang penuh makanan.

Erfly hanya mengangguk pelan mendengar ucapan Gama.

"Itu motor udah ditebus...?", Erfly bertanya, karena seingat Erfly Gama mengadaikan motornya di pengadaian untuk membayar SPP sekolahnya.

"Alhamdulillah udah, uang pensiunan papa udah cair kemarin", Gama tersenyum malu.

"Curang nih, harusnya Gama dong yang traktir Erfly", Erfly pura-pura ngambek.

"Tetap Erfly dong yang traktir Gama"

"Kok gitu...?"

"Emang kamu tega ngabisin uang pensiunan papa, satu-satunya penyambung hidup Gama...?"

Erfly malah tertawa melihat muka Gama yang memelas, meminta belas kasihan.

"Gam... "

" Hem... "

"Kalau perlu duit, Gama bilang sama Erfly. Jangan sampai gadein motor lagi kayak kemarin"

"Siap"

Gama langsung pamit setelah menghabiskan makanannya.

Setelah mencuci piring kotor, Erfly memutuskan kembali kedalam kamar. Sebuah wa masuk kedalam HP Erfly.

"Terima kasih Erfly atas kesempatannya", Erfly membaca wa dari Mayang. Di bawahnya Mayang mengirimkan foto Mayang dan Cakya yang sedang berada di kafe yang Erfly kenal. Itu kafe langganan Cakya.

"Cakya udah jadian sama Mayang...", Erfly mengambil kesimpulan dari wa dan foto yang dikirimkan Mayang. Air matanya mengalir membasahi pipinya, Erfly langsung mengusapnya kasar.

"Kok nangis sih...? Harusnya Erfly senang, rencana Erfly berhasil menjodohkan mereka berdua", Erfly memaki dirinya sendiri.