webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Cakya kangen main gitar

Erfly sengaja berangkat lebih pagi, karena dia berniat untuk mampir kerumah Cakya sebelum berangkat ke sekolah. Sesuai dengan janjinya semalam kepada Cakya, sebagi permintaan maaf telah membuat Cakya khawatir, tentang dia yang menghilang seharian kemarin.

Erfly menyempatkan untuk mampir ke mini market membeli roti kaleng, dan beberapa cemilan untuk Tio dan Wulan.

Kemudian langsung meluncur kerumah Cakya, "Assalamualaikum", Erfly berteriak penuh semangat saat muncul dipintu rumah Cakya yang tidak tertutup.

"Wa'alaikumsalam", semua yang duduk mengelilingi meja makan menjawab hampir bersamaan.

"Wah... Besok Erfly bisa daftarin paduan suara buat tujuh belasan nih", Erfly nyengir kuda.

"Sini nak, langsung sarapan", ibu Cakya menawarkan.

"Kebetulan Erfly memang sengaja kesini mau numpang sarapan", Erfly meletakkan semua barang bawaannya keatas meja ruang tamu yang telah diganti dari terakhir kali yang Erfly ingat datang kerumah ini. Meja diruang tamu itu berubah menjadi potongan kecil, karena ditabrak Cakya yang tersungkur kelantai saat berkelahi dengan 2 orang penyerang yang tidak dikenali.

Erfly bergabung nimbrung sarapan dengan keluarga Cakya dan Gama. "Gama nginap...?", Erfly bertanya basa-basi saat melihat Gama yang asik memasukkan makanan kedalam mulutnya.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Gama, hanya anggukan kepala yang mewakili jawaban menyatakan iya.

Setelah sarapan, Wulan dan Tio pamit berangkat sekolah diantar oleh ayahnya. Sedangkan Erfly menghampiri Cakya yang bersandar dikepala tempat tidur, mengelus gitar kesayangannya yang terbaring disampingnya.

"Sabar... ", Erfly bicara pelan sembari duduk di kursi kecil yang ada disamping tempat tidur Cakya.

"Cakya kangen main gitar... ", Cakya bicara sendu. Kemudian Cakya menatap Erfly, "Cakya kangen sekolah, Cakya kangen lari kejar-kejaran dilapangan basket... ", Cakya menambahkan deretan keluhan berikutnya.

"Iya, Erfly tau. Cakya mesti sabar dulu, nunggu pulih sempurna. Walaupun udah dibolehkan pulang, tapi... masih mesti kontrol kerumah sakit", Erfly mencoba menasihati.

"Cakya juga kangen gunung...", Cakya bicara lirih, matanya memohon belas kasihan.

Erfly malah memukul pelan lengan Cakya. "Jangan sok melow, jelek...!!!", Erfly bicara kesal.

Cakya malah tertawa terbahak-bahak menyadari permainannya telah terbaca oleh Erfly.

"Ma...anaknya nih, udah sakit masih aja jail", Erfly bicara setengah berteriak.

Ibu Cakya muncul didaun pintu kamar dengan tersenyum melihat kelakuan Cakya dan Erfly. "Berangkat sekolah sana, ntar telat lho", ibu Cakya memberi saran.

"Oh iya", Erfly melihat jam dan dia hampir terlambat kalau tidak segera berangkat sekarang.

"Erfly ke sekolah dulu. Yang baik dirumah, jagain mama", Erfly memberi saran kepada Cakya sebelum keluar dari kamar Cakya.

Kemudian Erfly menyalami ibu Cakya, "Berangkat dulu ma. Assalamualaikum", Erfly berteriak kecil menuruni anak tangga.

"Wa'alaikumsalam", ibu Cakya menjawab disela senyumnya.

Gama sudah menunggu diatas motor Erfly. "Kirain masih lama, mau Gama jebol neh kuncinya", Gama nyengir kuda.

Erfly langsung memukul lengan Gama kesal, "Enak aja. Ayo berangkat", Erfly menyerahkan kunci motornya ketangan Gama. Sedangkan dia duduk dibangku penumpang.

***

Sudah hampir 1 jam kepala UGD memberi ceramah saat apel pagi. Alfa hanya menatap dari kaca jendela ruangannya dan merasa kasihan kepada semua staf yang berdiri seperti patung dilapangan.

Alfa melangkah perlahan menuju kantin rumah sakit, dengan cepat dia memutuskan untuk memesan sarapan ketupat sayur sebagai menu sarapannya.

Kahfi duduk lemas disamping Alfa, kemudian memesan kopi susu. "Kirain masih dilapangan...?", Alfa bicara santai sembari memasukkan potongan ketupat sayur kedalam mulutnya.

"Emang dasar sial"

"Biasanya dokter kepala tidak pernah semarah itu selama ini"

"Gara-gara malam itu UGD kosong, sialnya ada pasien darurat yang masuk karena kecelakaan. Karena UGD kosong, pasien terlantar selama 1 jam penuh"

"Bukannya sudah biasa...?"

"Kali ini luar biasa, pasiennya istri Walikota"

"Bunuh diri"

"Lha itu, makanya bagian UGD langsung dapat SP 1. Kebakaran jenggot udah dokter kepala. Kita yang disemprot"

"Resiko. Kalau g'ak mau disalahkan, jadi atasan"

"Aku g'ak masalah kalau disemprot pak kepala sehari penuh juga. Yang jadi masalah, dokter jaga ditambah. Tiap sift mesti 2, sebagai cadangan takut terjadi apa-apa"

"Masalahnya...?"

"Itu artinya, jam jaga malamku bertambah jadi 5x seminggu"

"Bukannya udah tugas kamu sebagai dokter umum yang bertanggung jawab di UGD"

"Kamu tau sendiri, istriku baru melahirkan. Kalau malam aku gantian buat jaga si bayi buat ngasih susu dan ganti popok. Walaupun dia g'ak pernah ngeluh, aku tahu dia capek ngurusin anak kembar sendirian. Setidaknya kalau malam, aku bisa mengurangi bebannya walau sedikit"

"Yang kuat", Alfa bicara santai. Kemudian membayar makanannya, "Sekalian kopi dokter Kahfi buk, kembaliannya buat jajan anaknya", Alfa bicara santai.

"Terima kasih dokter", ibu penjaga kantin tersenyum lebar menerima selembar uang Rp . 50.000-an.

Alfa melangkah menuju UGD, kemudian meminta data istrinya pak Walikota yang sedang dirawat. Alfa mengerutkan keningnya, tidak ada yang terlalu serius dengan luka karena kecelakaan malam itu. Dia hanya mengalami luka gores dikening karena membentur stir mobil, dan pergelangan tangan yang terkilir.

"G'ak ada yang serius dari lukanya, kenapa heboh sekali...?", Alfa bergumam bingung. Alfa mencubit pelan bibirnya.

"Itulah orang kaya dok, punya kedudukan. Bisa melakukan apa saja sama saya orang kecil. Yang hanya sampah kuaci", suster jaga nyeletuk lesu.

"Suster Rima"

"Ya dok...?"

"Pulang kerja saya traktir makan"

"Yah..."

"Sebagai ucapan terima kasih saya, karena semalam tutup mulut soal kedatangan saya dengan dokter kepala", Alfa bicara pelan, kemudian meninggalkan UGD setelah menyerahkan kembali data pasien kepada suster Rima yang bertugas jaga.

"Baik dok, terima kasih", Rima menjawab bingung. Dia tidak tahu harus senang atau tidak atas ajakan Alfa.

***

Setelah menghilang disaat genting akhirnya Dirga muncul jam 7 malam diruang kerja ayahnya.

Sebuah tamparan langsung mendarat dipipi kanan Dirga. "Dasar anak tidak berguna...!!!", pak Wiratama menggeram kesal.

"Maaf yah, ada pekerjaan yang tidak bisa Dirga tinggalkan di Korea", Dirga berusaha membela diri.

Ayah Dirga langsung melemparkan map dengan kasar kemuka Dirga, Foto-foto Dirga dengan seorang gadis langsung berceceran dilantai. Seperti diguyur seember balok es, tubuh Dirga beku tidak mampu berkata apa-apa lagi.

"Itu, yang kamu bilang pekerjaan yang tidak bisa kamu tinggalkan...?", pak Wiratama naik pitam.

"Yah... I..... Itu.... "

Pak Wiratama kembali menampar Dirga sekuat tenaga, kali ini Dirga tersungkur kelantai." Anak sialan, bukannya membantu malah membawa masalah baru...!!!", pak Wiratama bicara kesal.

"Ampun yah... Dirga salah....", Dirga memeluk kedua kaki ayahnya dengan erat, tangisnya pecah entah karena menyesal atau takut akan murka ayahnya.

"Satu Indonesia sedang menyoroti kehidupan kita saat ini. Adik kamu bahkan sekarang dipenjara menunggu sidang beberapa hari lagi. Bahkan adik perempuan kamu ikut membantu pontang-panting mengejar investor yang menarik saham mereka...", pak Wiratama menelan kata-kata selanjutnya karena tubuhnya bergetar menahan tangis.

"Dirga salah yah, Dirga mohon ampun...", Dirga meraung seperti anak kecil yang mainannya direbut saat bermain.

Sinta menerobos masuk keruang kerja pak Wiratama tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Maaf pak, ada telfon dari rumah sakit...", Sinta bicara dengan tangan gemetar menggenggam Hpnya.