webnovel

Seorang Gadis Muslimah

Seorang gadis nampak membenarkan jilbab yang di pakainya sesekali. Nama nya Dian, gadis yang tengah menunggu bus di halte itu nampak cantik dengan kulit putih dan senyum di wajahnya. Dian adalah gadis kepala dua yang bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu perusahaan ternama.

Dian langsung sigap berdiri kala sebuah bus berhenti tepat di depan nya, dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya Dian langsung masuk ke dalam bus yang menuju ke kantor tempatnya bekerja itu.

Dian adalah seorang gadis muslimah yang taat beribadah, Dian bahkan belum pernah merasakan bagaimana rasanya berpacaran. Karena Dian hidup di keluarga yang taat beribadah, sebisa mungkin menghindari hal hal yang di larang oleh agama.

Banyak yang tidak percaya jika Dian belum pernah merasakan bagaimana rasanya berpacaran. Dian memaklumi itu, karena jaman sekarang siapa gadis yang tidak memiliki kekasih? mungkin ada gadis seperti Dian namun dominan nya nya memiliki kekasih.

Bahkan di perusahaan, hanya Dian sendiri yang memakai jilbab. Namun itu tidak masalah, selagi Dian tidak mengganggu orang lain, Dian tidak perlu minder dan malu. Jangan kan di perusahaan, Dian juga memakai jilbab di rumah. Dian hanya melepas jilbab saat di kamar.

Dian lalu turun dari bus setelah sampai di halte dekat kantor nya. Sembari bershalawat Dian nampak menampilkan senyum manis nya di setiap langkah kaki nya menuju kantor.

Dian termasuk gadis ramah, murah senyum dan sangat lembut. Bahkan banyak rekan kerja kagum dengan kepribadian Dian yang sangat baik.

"Assalamualaikum Dian" Dian menoleh, mendapati seorang teman nya, Saskia menghampiri dan mengucap salam padanya.

"Eh, waalaikumsalam Sas. Tumben berangkat pagi?"

"Gue ada kerjaan yang belum beres, tadi malem harus nya mau ngerjain tapi malah maraton drakor" Dian menggeleng kan kepala nya mendengar alasan gadis cantik berambut panjang yang di cepol ke atas itu.

Bukan kali pertama Dian mendengar alasan itu dari bibir Saskia.

"Kalo ga maraton drakor, cape, ketiduran, lupa" Saskia tertawa mendengar Dian mengatakan itu.

"Emang temen gue paling dabest Lo tuh Di" kata Saskia lalu merangkul Dian dan berjalan masuk ke dalam kantor.

Saskia memang memiliki tingkah yang hiperaktif dan juga sangat suka berbicara.

"Masih sepi padahal udah setengah tujuh"

"Hari Jumat biasa" sahut Dian lalu memencet tombol lift.

Di kantor mereka ada hari dimana mereka paling telat datang pukul delapan, dan enak nya lagi jam istirahat di perpanjang karena solat Jumat.

"Oiya, lupa hari gue" Dian lagi lagi menggeleng kan kepala nya mendengar balasan dari Saskia.

"Eh?" Dian dan Saskia terkejut kala Akbar, CEO mereka tiba tiba ikut mengantri bersama kedua nya.

"Kita ga salah lift kan?" bisik Saskia.

"Lift satu nya sedang perbaikan" sahut Akbar membuat Saskia dan Dian sama sama meringis. Padahal Saskia berbisik, namun Akbar mendengar nya.

Akbar termasuk CEO yang terkenal sulit di taklukkan dan juga dingin. Saskia yang sedikit pecicilan saja tidak berani dengan Akbar.

Ting

Pintu lift terbuka, Akbar langsung melangkah masuk namun Saskia dan Dian tetap berdiri di tempat membuat pria berjas hitam itu menatap mereka sembari mengernyitkan dahi.

"Kalian ga masuk?" tanya Akbar.

"Bapak dulu aja, kita habis ini" balas Saskia yang diangguki oleh Dian.

"Bareng aja" kata Akbar.

"Bo-boleh pak?" tanya Saskia terbata.

Akbar mengangguk membuat Dian dan Saskia masuk ke dalam lift. Posisi Akbar menjadi di belakang, sedangkan Saskia memeluk lengan Dian di depan.

"Eh, kalung kamu mana?" tanya Dian kala tak melihat kalung salib yang biasa Saskia pakai.

Iya, Saskia non Islam. Namun Saskia sering mengucap salam pada Dian entah itu di telepon atau bertemu langsung.

"Tadi pas aku mandi, kalung nya nyangkut ke handuk."

"Putus?" tanya Dian. Saskia mengangguk sembari cemberut.

"Lain kali hati hati makanya Sas" Saskia meringis.

"Ntar temenin yuk beli di toko ujung jalan pas istirahat nanti." Dian mengangguk.

Ting

Pintu lift terbuka Dian dan Saskia langsung pamitan pada Akbar karena sudah sampai di ruangan mereka.

"Gila, jantung gue dari tadi berdebar debar ga tenang" ujar Saskia mengelus dada nya setelah lift kembali tertutup.

Membuat Dian tertawa kecil.

Di samping itu, pria berkemeja hitam dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana nya nampak berjalan dengan badan tegap nya ke dalam sebuah ruangan besar.

Ruangan yang terdapat sofa di dalam nya.

Pria itu nampak sedikit kesal, entah apa yang terjadi pada Akbar. Yang pasti Bapak CEO itu nampak tak tenang.

***

"Di, tamu nya sudah datang" seorang wanita paruh baya nampak membuka pintu kamar Dian.

Disana Dian nampak tengah memandangi dirinya di cermin.

"Cepat sekali" kata Dian.

Wanita bergamis putih itu lalu mendekati sang putri.

"Kamu sudah besar, daripada nanti nya ada hal yang tak diinginkan terjadi lebih baik kamu langsung menikah. Apa kamu belum siap?" tanya Ibu pada Dian.

"Bukan, Dian hanya gu-gup" kata gadis itu membuat Ibu nya tertawa kecil.

"Ibu tidak ingin kamu di pinang laki laki lain, ibu tidak ingin anak ibu menjadi milik pria lain. Ibu ingin kamu tetap menjadi gadis cilik milik Ibu. Tapi dunia akan terus berputar sayang, ibu tidak boleh egois"

Dian memeluk sang ibu.

"Dian juga ingin terus bersama ibu dan ayah. Dian ingin terus jadi gadis manja kalian."

kedua nya berpelukan, menyalurkan sebuah kehangatan. Sampai tiba tiba seorang pria paruh baya mengetuk pintu kamar.

"Bapak ganggu!" sungut Ibu membuat pria itu tertawa kecil.

"Ayo, sudah di tunggu. Kamu sudah siap?" Dian mengangguk pada sang Ayah.

Hari ini, adalah hari dimana Dian di pinang oleh seorang pria. Pria pilihan orang tua nya yang juga seorang muslim.

Gadis dengan gamis ungu dan jilbab syar'i itu berjalan ke ruang tamu di rangkul oleh sang ibu.

Menghampiri seorang pria yang entah siapa, darimana dan bagaimana pribadi nya. Pria yang akan menjadi seorang imam, suami sekaligus pembimbing Dian untuk dunia akhirat nya.

"Cantik nya" suara lembut terdengar menyapa Dian yang baru saja sampai di ruang tamu.

Dian tersenyum, salim pada wanita paruh baya yang sudah berdiri menanti nya.

"Akbar, calon istrimu sangat cantik" suara lemah lembut dari wanita setengah baya kembali membuat Dian tersenyum.

Akbar!? Dian yang tadinya tak berani menatap lawan bicara nya langsung mendongak kan pandangan. Mencari dimana pria yang akan meminang dirinya.

Detak jantung nya terasa seperti berhenti berdetak melihat siapa yang ada di hadapan nya.

Akbar. CEO sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu ada disana menatap nya dengan mata teduh.

Instagram @sucidiann__

queendee11_creators' thoughts