webnovel

BETRAYAL || MARRIAGE LIFE

Ketika sebuah pernikahan yang sudah hancur di awal, tidak akan bisa bertahan sampai akhir jika salah satunya masih menyembunyikan sebuah rahasia besar dan pastinya membuat semua orang muak. Seo Nayoung, wanita yang menyukai seni lukis ini begitu mencintai suaminya Ahn Jungguk. Sampai tidak sadar, bahwa sang suami bermain api di belakang dirinya selama ini. Tapi yang membuat Nayoung merasa dirinya dikhianati, adalah sahabat yang sudah ia anggap kakak juga mengetahui suaminya berselingkuh tanpa mengatakannya. Bahkan orang-orang terdekatnya juga menutupi itu semua darinya. Dan sekarang, Nayoung berpikir betapa bodohnya dia. Bae Jaemin datang ke kehidupannya, memberi secercah harapan yang mungkin bisa Nayoung raih kembali setelah di hancurkan oleh suaminya sendiri. Pernikahan yang sempurna dan bahagia, itu harapan Nayoung sejak dulu.

Allia_Za · Otras
Sin suficientes valoraciones
9 Chs

BAB 6

"Nayoung-ah, maaf lama menunggu."

Jang Seokbin, sahabat Nayoung yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit milik kakeknya. Seokbin lebih tua setahun dari Nayoung, tapi keduanya sangat akrab sejak satu organisasi sewaktu SMA dulu.

Nayoung menggeser secangkir cappuccino hangat ke arah Seokbin. "Tidak apa-apa. Aku baru saja sampai 5 menit yang lalu."

Seokbin menerimanya, lalu meneguknya sebentar.

"Tumben minta bertemu di cafe. Kenapa tidak di rumah sakit saja?" tanyanya dengan heran.

"Hanya ingin saja. Kau tidak keberatan kan?" tanya Nayoung balik.

Seokbin menggeleng pelan.

"Tidak. Tapi, Nayoung-ah tidak biasanya kau begini. Bahkan ketika aku mengajakmu ikut reuni dengan teman-teman SMA beberapa bulan lalu kau tidak mau. Apa kau ada masalah? dengan suamimu mungkin?"

Nayoung menggeleng pelan sembari memberikan senyumnya pada Seokbin. Ia meminum jus jeruknya kembali.

"Seokbin-ah?"

"Ya?"

"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Seokbin seketika tersedak kue yang dimakannya. Ia dengan cepat meminum capuccino nya, kemudian menatap Nayoung dengan bingung.

"Maksudmu?"

Nayoung hanya diam, tapi tangannya tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam tas selempang nya. Lalu meletakkannya di atas meja, yang otomatis Seokbin melihat apa yang di letakkan Nayoung di depannya.

Mata Seokbin membulat dan seakan tenggorokannya tercekat sesuatu. Nayoung menatapnya dengan dingin.

"A-apa i-ni?" tanyanya seolah-olah tidak tau.

"Kau pasti tau apa ini Seokbin-ssi." ucap Nayoung dengan nada datar namun menusuk.

Melihat Seokbin terdiam tanpa menjawab pertanyaannya, Nayoung gerah dan kemudian beranjak dari duduknya. Namun sebelum melangkah keluar dari cafe, Nayoung mengucapkan sesuatu yang membuat Seokbin mematung di tempatnya.

"Aku harap kau tidak menyembunyikan sesuatu yang membuatku menyesal bersahabat dengan dirimu, Seokbin-ah. Dan juga, pra duga yang aku lihat selama ini semoga saja tidak nyata. Tapi jika pun memang iya, aku tidak ingin melihat semuanya lagi. Termasuk dirimu,"

Seokbin mengusap wajahnya kasar, lalu mendegus kesal. Kesal pada dirinya sendiri.

"Astaga, aku tidak menyangka Nayoung bergerak lebih cepat dari dugaanku. Tapi, tidak apa-apa lebih cepat lebih baik agar semuanya tidak tersakiti karena ulah orang itu. Aih, ingin rasanya aku memukulnya karena membuatku ikut terjebak di kehidupan mereka." gumamnya.

***

"Jaein-ah, ayo pulang bersama. Kau naik bus ke arah sana kan?" Ucap seorang gadis berseragam sama seperti Jaein.

Jaein menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, kau juga arah sana? kalau begitu ayo."

"Ayo," gadis bernama Yura itu merangkul lengan Jaein, lau berjalan bersama ke halte dekat sekolah mereka.

Jaein dan Yura sangat dekat, sejak Jaein masuk ke sekolah ini seminggu yang lalu. Menurut Jaein, Im Yura adalah gadis yang lucu dan periang. Di kelas, Yura terbilang pendiam dan hanya padanya Yura mau berbicara panjang lebar. Mungkin, sebelum Jaein datang Yura hanya sendirian tanpa ada yang mau berteman dengannya. Yuran juga duduk sendirian di bangku paling belakang sebelumnya.

"Jaein-ah," pekik Yura, saat melihat sebuah motor melaju kencang di dekat Jaein berjalan. Jaein yang tidak sempat menghindar, akhirnya jatuh terduduk di aspal dengan luka gores di bagian lengannya,saat ini Jaein hanya memakai kemeja putih lengan pendek tanpa almamaternya karena belum di kasih oleh pihak sekolah. Ia meringis kecil, sambil menutupi lengannya dengan telapak tangannya.

Yura dengan sigap membantu Jaein berdiri, dan membawanya duduk di kursi halte.

"Kau tidak apa-apa? astaga, siapa yang mengendarai motor ugal-ugalan seperti itu." gumam Yura.

Jaein tersenyum kecil, lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, hanya luka gores saja."

Yura mengeluarkan satu plester dari dalam tasnya, yang selalu ia bawa. Lalu memberikannya pada Jaein.

"Tutupi lukamu dengan ini. Lihat, darahnya keluar sedikit."

"Tidak usah, Yura-ya. Ini hanya luka kecil, nanti sembuh juga."

"Tidak. Kau harus pakai, aku memaksa." ucap Yura. Tanpa persetujuan Jaein, Yura menarik paksa lengan gadis berkuncir kuda itu, lalu menempelkan plester bergambar kuda poni di tempat yang terluka.

Jaein mendesah pasrah.

"Wah, gambarnya lucu." gumam Yura.

Setelahnya, Jaein dan Yura menunggu bus yang akan mengantar mereka ke rumah masing-masing. Tiba-tiba seseorang datang dengan kepala berbalut helm berwarna hitam, di tangannya terdapat kantong kresek lalu memberikannya pada Jaein.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja menabrakmu tadi. Ini sebagai permintaan maaf, aku membelikanmu obat luka." ucapnya sambil menyerahkan kantong tersebut. Jaein dan Yura saling pandang dengan bingung.

"Ah, tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil, tidak perlu sampai membelikan obat seperti ini." ucap Jaein menolak pemberian orang tersebut. Yura menyenggol lengannya, Jaein menatapnya penuh tanya.

"Ambil saja. Lumayan, untuk stok di rumahmu. Dari pada membeli, kalau kau membutuhkannya." bisik Yura.

"Ini ambilah, kalau kau tidak mau ya sudah tinggal buang saja." Orang itu meletakkan kantong tersebut ke pangkuan Jaein, lalu pergi begitu saja meninggalkan Jaein dengan kebingungan.

Yura meraih kantong kresek tersebut, untuk melihat isinya. Ia berdecak pelan.

"Dia juga membelikan roti isi keju, Jaein-ah. Lihat,"

Jaein melirik malas ke Yura, kemudian mengalihkan pandangannya ke orang tadi yang sudah berjalan menjauhinya dan menaikinya motornya.

***

Chaerin bersenandung kecil sambil melangkah ke parkiran tempat mobilnya berada. Hari ini ia berencana akan ke sekolah Jaein, untuk memberi kejutan pada gadis remaja itu. Jaemin sudah memberitahunya alamat sekolah baru Jaein semalam.

Matanya memicing saat melihat seseorang di kenalinya baru saja keluar supermarket sebrang jalan.

"Ah, dia di kota ini juga? kenapa dunia sempit sekali sampai mempertemukan aku dengan orang itu kembali." gumamnya pelan, dengan mata masih melihat ke arah sana.

"Oh, sudah kaya rupanya. Tapi, tunggu sepertinya aku mengenali orang yang di dalam mobil itu."

Chaerin tersenyum miring setelah mengingat siapa orang yang di dalam mobil bersama orang yang ia lihat tadi.

"Ckck murahan tetap saja murahan. Sialan," umpatnya.

Puas melihat mobil yang sudah melaju menjauhi supermarket, Chaerin masuk ke mobilnya. Niat untuk memberi kejutan pada Jaein seketika lenyap setelah melihat seseorang yang tidak ingin di lihatnya. Ia berniat akan mengikuti mobil tadi dari belakang, sekedar ingin tau dimana tempat tinggalnya.

"Dia terlihat bahagia setelah ibunya menghancurkan keluargaku. Brengsek, anak dan ibu sama saja. Kali ini aku tidak akan tinggal diam, akan aku buat dia juga hancur seperti ibuku."

***

Nayoung terduduk di bangku taman dekat rumahnya sejak pergi dari cafe tempatnya bertemu Seokbin tadi.

Wanita itu mengusap pipinya yang sedikit basah karena air matanya. Tangannya mencengkeram kuat tas selempang yang ia pegang. Seakan melampiaskan emosinya lewat cengkraman tersebut.

Sedetik kemudian ia tertawa miris dalam tangisnya. Seolah-olah menertawakan nasib jelek yang menimpa dirinya.

"Hah, Kenapa semua orang seperti ini padaku? apa di masa lalu aku juga menghancurkan kehidupan seseorang? atau ini karma bagiku yang aku tidak tau apa kesalahanku?" lirihnya.

Ia memandang langit biru yang cerah dengan tatapan sendu.

"Sakit sekali ketika semua orang mengkhianatimu, ketika kau berbuat baik padanya. Apa menjadi baik, selalu di balas seperti ini ya tuhan." lirihnya sembari memukul-mukul dadanya pelan.

***

"Ya, Tuan kau memanggilku?" ucap seseorang yang berdiri di depan meja seorang pria paruh baya yang duduk membelakanginya.

Pria paruh baya itu, Tuan Seo memutarkan kursi tempatnya duduk. Ia menatap pria muda di depannya ini dengan senyum tulusnya.

"Aku ingin meminta tolong padamu, dokter Bae."

"Meminta tolong apa, direktur Seo?" tanya Dokter Bae dengan sopan.

Seo Yoonjun, kakek Nayoung dan Sobin itu hanya tersenyum kecil pada dokter Bae yang tak lain adalah Jaemin.

Konflik akan di mulai di chapter selanjutnya.

Allia_Zacreators' thoughts