"Aodan, apa kau tidak merindukan aku?" Sang Putri masih bergumam, menyentuh wajah Aodan dengan kedua telapak tangannya, laki-laki itu melihat sosok yang ada di depannya dengan seksama, menyentuh lengannya dengan gemetar.
"Terima kasih karena datang ke sini, aku pikir tadi kau adalah orang lain. Tidak biasanya kau berteriak."
"Luna?" panggil Aodan dengan suara getir, tidak peduli jika wanita itu menghalangi tangannya, ia bergerak menarik tudung putih yang Luna pakai hingga mahkota yang bertengger rapi di atasnya itu berguling jatuh ke lantai.
"Kau … Luna?"
"Apa yang kau lakukan?" tanya sang Putri dengan bingung, melihat ke sekitar dengan takut, lalu meraih tudung putih dan memasangnya kembali rapat-rapat. "Tolong jangan sembarangan, bagaimana kalau ada yang melihat?"
"Ya … maaf."
Aodan menatap tangannya lalu beralih ke arah sang Putri, ia menghela napas panjang.
Awalnya ia tidak yakin, tapi sekarang ia benar-benar tahu kalau Luna memang merupakan bagian dari masa lalunya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com