"Dek... sini dek sama abang," ucap Bian kepada setiap anak perempuan yang melewati mejanya, sebagian perempuan tersipu malu. Reyhan menggeleng, seraya memainkan gitar di pangkuannya. Vion berdecak melihat tingkah Bian.
"Caranya nggak kayak gitu ogeb, gue contohin," ucap Vion seraya berjalan ke arah salah satu meja yang berada tidak jauh dari tempat duduk mereka, dimana tempat segerombolan murid perempuan duduk disana.
"Eh, kayak nya gue kenal sama lo deh. Soalnya lo mirip banget sama calon ibu dari anak - anak gue," ucap Vion seraya menatap salah satu perempuan disana, anak perempuan itu tersipu malu.
"Wooo!" sorak Bian dan Reyhan bersamaan.
"Anjir si Vion hahaha," umpat Bian seraya tertawa lepas.
Vion pun kembali ke mejanya. Tidak lupa senyuman bangga terpatri di bibirnya.
"Sa ae lo upil monyet," ejek Reyhan dengan seringaian.
Hari ini kantin sangat ramai seperti biasa, tapi Reyhan sepertinya tidak melihat perempuan itu di kantin. "Eh Rey, lo masa kalah sih sama si Vion" Celetuk Bian.
"Gue mah nggak perlu gombalin cewek atau deketin cewek, mereka yang malah deketin gue duluan," kata Reyhan angkuh, di balas toyoran oleh kedua sahabatnya.
"Dih songong," cemooh Vion, disambut anggukan oleh Bian.
"Okay fine," balas Reyhan, ia pun berjalan ke arah salah satu meja yang diisi dua murid perempuan.
"Hey cantik, boleh minta waktunya sebentar nggak? " tanya Reyhan, kedua perempuan itu mengangguk dan tersenyum.
Reyhan mulai memetik senar gitarnya, "My angel, how'd you get to be so fly"
Semua orang menatapnya, sebagian murid perempuan memekik tertahan.
"How'd you get to shine so bright?"
"How'd you get to look like that? Heaven don't you call her back...."
Setelah selesai menyanyikan satu lagu, semua orang bertepuk tangan, tidak terkecuali kedua perempuan itu. Keduanya memuji suara Reyhan, dengan pipi bersemu.
"Gue bilang juga apa, nggak ada cewek yang nolak pesona gue," ujar Reyhan dengan arogannya, sedangkan kedua sahabatnya itu tersenyum mengejek.
"Siapa bilang nggak ada, Kelli kan nggak mempan sama pesona lo," ucap Bian enteng.
"Shit." umpat Reyhan, seraya menatap kedua sahabatnya yang tertawa itu dengan tajam.
***
"Udah paham kan sama soal yang ini? " tanya Rian, Kelli mengangguk seraya memutar pensilnya.
Keduanya saat ini berada di taman, belajar matematika bersama. Rian dengan sabar dan telaten mengajari Kelli yang lola alias loading lama. Nita tidak masuk, perempuan itu ijin. Oleh karena itu mereka hanya berdua, biasanya mereka bertiga.
"Oke di lanjut nanti di rumah lo, sekarang ke kantin yuk" Ajak Rian, disambut anggukan oleh perempuan itu. Kantin sangat ramai, mereka berdesak - desakan ikut mengantri membeli nasi goreng.
"Wah gila sih rame parah," ujar Kelli seraya menggeleng.
"My angel, how'd you get to be so fly"
Kelli menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. Ia ingat lagu ini, lagunya dengan Vian saat masih kecil. Matanya mencari - cari hingga jatuh menatap laki - laki tengil yang berada di tengah ruangan, ia langsung menggeleng. Mana mungkin Vian-nya yang kalem itu Reyhan, laki - laki tengil dan sombong itu.
"Itu Reyhan ya? Nggak berubah dia, playboy tetap aja playboy," cemooh Rian, Kelli hanya mengangguk.
Setelah pesanan keduanya selesai, mereka mencari tempat duduk. Mereka duduk di meja yang lumayan jauh dari meja Reyhan dkk. Keduanya mengobrol asik mulai dari hobi sampai hal yang tidak disukai.
"Lo bisa main skate? Serius?" tanya Rian, Kelli mengangguk seraya mengunyah nasi gorengnya.
"Ayo kapan - kapan main skate bareng," ajak Rian, perempuan itu menatap laki - laki di depannya dengan mata berbinar kemudian mengangguk.
"Kapan? Gue males kalau cuma wacana doang." Kelli mengerucutkan bibirnya. Rian tersenyum geli, ia mencubit pipi Kelli gemas.
"Sakit woy." Kelli mengusap pipinya yang merah, sedangkan Rian nyengir tanpa dosa.
Tidak jauh dari tempat mereka, Reyhan menatap keduanya tidak suka. Laki - laki itu memetik senar gitarnya asal, membuat sahabatnya itu mengalihkan fokusnya dari ponsel ke arah Reyhan.
"Nggak salah lagi, lo itu cemburu," celetuk Vion, Reyhan menghembuskan napasnya kasar.
"Gue nggak cemburu," bantah Reyhan dan beranjak berjalan keluar kantin, entah kenapa rasanya sesak.
Tidak mungkin seorang Reyhan, laki - laki tampan seantero sekolah suka dengan perempuan barbar seperti Kelli. Ia menanamkan kepada dirinya, jika dirinya tidak menyukai perempuan itu. Reyhan duduk di pinggir lapangan, ia sudah mengirim pesan kepada tim basketnya.
"Rey, lo kenapa sih main cabut aja," omel Vion.
"Tau tuh," imbuh Bian, seraya mengunyah potato chips-nya, Reyhan dengan sahabatnya yang satu itu. Makannya banyak, suka nyemil juga tapi tidak bisa gendut.
"Nggak papa, panas tadi di kantin. Makanya gue keluar," alibi Reyhan, Bian mengerutkan keningnya.
"Panas? Perasaan kita tadi duduk di bawah AC deh," ujar Bian, sedangkan Reyhan menghembuskan napasnya kasar. Semua anggota tim sudah berkumpul, Reyhan menjelaskan tentang strategi untuk kompetisi.
"Jangan lupa nanti pulang sekolah kita latihan."
***
Pelajaran selesai, Kelli menguap. Perempuan itu mencangklong tasnya. Ia tidak membersihkan peralatan sekolahnya, karena memang selama pelajaran sejarah berlangsung ia tidak mengeluarkan alat tulisnya. Sejarah itu membosankan.
"Mau pulang, Kell?" tanya Lisa basa - basi, perempuan itu teman satu kelasnya.
"Iya nih." balas Kelli.
"Gue duluan ya," pamit Lisa, di balas anggukan oleh Kelli.
Kelli menghelela napas, dimana Rian. Kalau tahu pada akhirnya ia harus menunggu lama, lebih baik tadi ia berangkat menggunakan motor matic-nya saja.
Rian : Maaf ya Kell, gue nggak bisa antar lo pulang, sama bimbel matematikanya libur dulu. Gue ada urusan osis mendadak.
Kelli yang membaca pesan dari Rian, ia memutar bola matanya kesal. Ia menunggu tiga puluh menit di depan sekolah, tapi laki - laki itu tidak bisa mengantarnya.
Mobil hitam berhenti di depannya, "Permisi, anda itu mbak Kelli kan?" Kelli mengernyit, lalu mengangguk.
"Iya pak," jawab Kelli, laki - laki paruh baya itu mempersilahkan Kelli masuk ke dalam mobil.
"Pak saya nggak pesan taksi online," ucap Kelli, laki - laki paruh baya itu tersenyum.
"Pokoknya mbak Kelli naik aja, tadi ada yang pesan atas nama mbak Kelli kok," terang laki - laki paruh baya itu.
"Pak tapi.... "
Drrtt... drrrttt....
+6281********* : Naik aja Kells, aku yang pesan. Hati - hati Kells.
Kelli terkejut membaca pesan yang baru saja ia terima, jantungnya berdegup kencang. Mau tidak mau ia masuk ke dalam mobil hitam itu.
AndreaKelli : Kamu Vian kan?
Kelli menggigit jarinya, ia merasa senang sekaligus sedih secara bersamaan. Ia penasaran, Kelli berharap ini Vian-nya. Sahabat masa kecilnya.