"Teleponmu bergetar sepanjang waktu."
"Biarkan saja."
"Takutnya penting."
Bara tetap menggeleng. Dia terpaksa harus membawa ponselnya ke meja makan. Karena sedang menunggu hasil dari pencarian Nakula.
Di Indonesia masih tengah malam, sementara di sini sudah pagi. Nakula lembur untuk menyelesaikan tugas dari Bara.
Sementara yang menelpon kali ini merupakan Leenard— pamannya. Sudah bisa ditebak untuk apa pria tua itu meneleponnya. Pasti ada kaitannya dengan Beatrice.
"Ya kalau tidak penting, untuk apa membawa ponsel ke meja makan?"
Bara menatap Sandra yang terlihat kesal. Perempuan hamil itu memang emosinya naik turun. Ditambah pikirannya yang lebih sering negatif kepada suaminya sendiri.
"Aku sedang menunggu Nakula Sayang. Kalau menjawab telepon ini, takut Nakula menelepon tidak terjawab," sahut Bara memberikan jawaban yang logis.
Tidak lama menjawab seperti itu, Nakula benar menelepon. Bersamaan dengan selesainya suapan terakhir Bara.
"Nah kan benar. Nakula menelepon."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com