Tapi apa yang terjadi? Begitu sampai semua angan yang bergelayut dipikirannya lenyap seperti angin, tidak bersisa. Dengan gontai ia masuk kedalam penthouse sepi dan gelap seperti suasana hatinya saat ini.
Sebastian juga tidak makan dengan teratur dua hari ini. Bekal makan siang juga tidak ada, ia seperti orang kehilangan arah meski sikap dinginnya tidak berkurang. Pagi tadi ia melakukan inspeksi, dan sialnya tidak ada kesalahan yang di lakukan bawahannya.
Emosinya semakin membuncah mengingat bagaimana ramahnya Anna pada pria yang ia tau memiliki perasaan yang dalam padanya. Anna mungkin polos dan tidak menyadari jika pria itu sangat dan teramat menyukainya, tapi tidak dengan Sebastian, tatapan pria itu saat menatap Anna tidak bisa berbohong.
Tanpa sadar Sebastian meremas kuat gelas yang ia pegang sampai gelas itu pecah dan melukai tangannya. Darah segar mengalir. Pria itu merosotkan tubuh dan menyadarkan kepala di dinding minibar. Matanya menggelap dengan rumit.
***
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com