"Urge of the world ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Setelah menyetujui rencana Paing, Apo pun kembali mencurahkan perhatian kepada triplets. Dia tenang, tapi tidak dengan mereka. Dan masa diam para baby tidak bisa lama. Mereka sering terbangun dan tiba-tiba menangis. Sampai-sampai Apo mendorong kekasihnya keluar.
"Phi, tidur duluan saja tidak masalah. Ini sudah jam 1, kan? Ingat besok jadwalmu padat sekali ...." kata Apo. Omega itu mungkin tak bisa membantu, tapi jangan sampai kehancurannya berpengaruh kepada Keluarga Takhon.
"Tapi, hei ...."
"Phi, it's okay."
Dia menatap mata Paing sebelum menutup pintu. Bahkan tega mengunci kamar triplets dari dalam sekalian. Ah, tidak apa-apa. Pokoknya ini sudah paling tepat, Apo. Kau harus bisa menghadapinya.
Yang tidak Apo sangka adalah ponselnya jadi sering bergetar, meski fokusnya ke para baby. Dia pun mengecek pesan apa yang masuk sambil menepuki bokong Kaylee yang paling rewel.
"Eumm, uuemm, uuuu ...." rengek Kaylee.
Namun, semakin lama triplets tantrum, Apo jadi semakin kebal. Yang penting dia ada di sisi mereka. Mau menangis sepanjang malam pun tidak masalah. Toh para babysitter ikut begadang setidaknya hingga mereka tidur.
[Apo, aku tahu kau tidak aktif sosial media, tapi bisa masuk ke Stagram sebentar? Lewat Gmail pasti langsung bisa]
____ Phi Pin
[Setelah itu klik link di bawah ini]
https//:// ....
____ Phi Pin
Apo pun melakukannya karena penasaran. Bagaimana pun Pin sekarang mendukung dia, meski posisinya memang agak abu-abu.
"Ah, cincinnya ...." gumam Apo saat melihat postingan-postingan baru di Stagram Nazha. Akun centang biru berisi 386 juta followers itu tampak baru saja aktif, pertanda si pemilik sudah mengumumkan status barunya.
Di sana, ada dua buku pernikahan beda warna yang dipotret di depan altar. Proses tukar cincin yang menampakkan jari-jari saja. Namun, bagian tangan lelaki memang punya tiga cincin.
DEG
Mile ....
Alpha itu benar-benar tidak melepas milik Apo, meski di hari penting mereka. Bahkan tak masalah jika media menebak status pernikahannya.
Ah, mungkin karena Stagram Nazha tidak pernah mengaktifkan kolom komentar. Jadi, para pengikutnya sudah tahu watak Keluarga Bextiar. Mereka menghajar dunia dengan hasil etos kerja. Toh apapun yang dilakukan, hampir tidak pernah bisa diimbangi pengusaha lain di Turki sana.
Memang apa gunanya mulut netizen jika digampari dengan uang? Mereka akan kalah, dan hanya bisa mencibir. Jadi, itu takkan berpengaruh saat pernikahan hal yang sah-sah saja.
"Ha ha ha ha ha ... jadi setelah ini mereka lebih bebas menunjukkan diri di depan media," gumam Apo hingga bahunya bergetar geli. Dia geleng-geleng karena bingung dengan pemikiran sang suami. Apalagi Nazha sendiri.
Ya, walau manusia memang berbeda-beda, tapi menurut Apo ini di luar bumi. Hal yang membuat berita tentangnya ikut bermunculan di internet. Bahkan mereka mempertanyakan status Paing apakah benar-benar suami dia--shit! Kenapa jadi dirinya yang seperti pihak tersalah? Tapi sebenarnya ini memang kesalahan juga ....
"Aku hanya tidak mau Phi ikutan kena ...." gumam Apo yang langsung menutup ponsel. Dia pun mengubur wajah diantara lipatan lengan. Lalu tertawa lagi karena rasanya lelah.
Well, sebenarnya berita bisnis takkan bisa mengalahkan trending idol. Palingan hanya terkubur di bawah pencarian para artis. Plus disebutnya hanya satu atau dua hari. Namun, bukan berarti Apo tenang-tenang saja dengan semuanya. Bagaimana pun Paing sudah ikutan diseret, dan mereka belum bergerak banyak hingga sekarang.
"Phi, kenapa belum tidur juga?" tanya Apo pada pukul 3 pagi. Saat ke kamar, dia tak menyangka Alpha itu masih duduk lesehan di atas karpet. Mengulik laptop. Bahkan tidak menggunakan ruang kerja seperti biasa--mungkin Phi berniat langsung ke ranjang kalau selesai? Yang pasti dia menggunakan kacamata anti-radiasi juga. Aku baru sekali melihatnya seperti itu.
"Ah, belum. Aku harus cepat menyelesaikan ini karena sedikit mendadak," kata Paing. Yang mengingatkan Apo dengan situasi di Oslo dulu.
Apa seseorang mengganggu pekerjaannya lagi? Pikir Apo. Namun, takkan dia biarkan kekasihnya berjuang sendiri. Toh kini tidak sedang diburu waktu, situasi, atau kendala apapun.
"Phi mau kubantu sedikit? Bilang saja kalau ada yang bisa kulakukan," kata Apo sembari ikut bersila di karpet itu.
Paing pun tersenyum sekilas padanya.
Fokus lagi. Lalu meletakkan laptop itu ke lantai. "Baiklah, tolong hitung yang di layar sampai tabel kedua," katanya. "Aku akan ke ruang kerja sebentar, oke? Ada file yang rasanya masih ketinggalan ...."
Apo pun langsung menggeser duduk. "Oh, siap," katanya, walau sempat gagal fokus dengan projek-projek yang Paing ambil. Dia kepikiran, tapi tidak mau sampai terdistraksi. Jadi hanya diam mengerjakan hingga Paing kembali.
"Sudah?" tanya Alpha itu sambil membawa setumpuk map berbeda warna.
"Belum, masih kurang setengah lagi," kata Apo. Tapi, Paing tetap mengambil laptop itu. Lalu mengerjakan kelanjutannya.
"Oke, thanks. Tak masalah ... nanti dikte aku untuk beberapa halaman."
"Iya."
"Sebentar kucarikan letaknya dulu."
"Umn."
Mereka pun sungguh begadang hingga subuh menjelang. Tidak tidur, tapi Apo sendiri sudah terbiasa seperti itu. Dia pun memberesi berkas Paing saat Alpha itu gugup mandi untuk bekerja. Apalagi selesainya saat hampir pukul 7.
"Apo, ya Tuhan. Kau sendiri tidak berangkat? Phi pikir tadi langsung ikutan bersiap," kata Paing saat sudah keluar. Dia melihat Apo yang baru selesai menumpuk map-map. Tidak membiarkan pelayan melakukannya karena tahu dokumen itu sebenarnya rahasia.
"Ahahah, it's okay. Phi duluan saja yang pergi. Aku berangkatnya nanti agak siangan," kata Apo.
DEG
"Apa?"
"Sudah Phi sana bersiap cepat ...." kata Apo dengan senyuman kecil. "Biar semuanya kukembalikan ke rak terlebih dahulu. Jangan khawatirkan soal ini ...." lanjutnya sembari melipir pergi.
Toh perusahaanku juga sudah di bawah, Pikir Apo. Turun lagi pun tidak masalah. Karena dia lebih tak bisa melihat Paing jatuh saat Mile dan Nazha sudah menjadi satu.
"Fine, tapi beritahu kalau kau ada masalah juga, Apo. Phi tunggu setelah pulang nanti," kata Paing sambil menyimpulkan dasi sepanjang tangga.
"Iya."
"Seriusan, oke? Jangan mengabaikan hal ini," tegas Paing sebelum menyeret kunci mobilnya yang bergemerincing.
"Hmm ... iya ...."
BRAKH!
CKLEK!
Pagi itu, Paing pun pergi tanpa sarapan. Dia membanting pintu mobil sedikit gugup. Mungkin karena jadwal rapat Minggu depan malah diubah nanti. Oh, semoga tak ada masalah dengan kolega luar negeri itu, pikir Apo yang matanya juga semerah Paing. Dia capek, tapi harus cepat-cepat mandi. Lalu menyusul ke kantornya sendiri pukul 8.
"Tak masalah, semua pasti baik-baik saja, aku yakin ...." batin Apo sembari menyetir perlahan-lahan. Dia minum kopi dan mendengarkan musik agar tak mengantuk sepanjang jalan. Tentu dalam kondisi tidak sarapan juga.
...
....
Namun, entahlah. Apo tetap lega, meski nanti harus meminta maaf kepada klien. Mungkin karena kini kemenangan sudah menjadi nomor sekian. Sebab triplets dan Paing sudah menggeser semua itu darinya.
"Selamat pagi, Tuan Natta ...."
"Pagi, Pak ...."
"Halo, Tuan Natta ...."
Sapaan karyawan juga terasa ringan bagi Apo Nattawin. Bahkan meski senyumnya dibalas wajah buram sang kolega di seberang sana.
"Selamat pagi juga ...."
Seolah-olah masalah besar bisa menjadi kecil. Tidak beban, dan Apo merasa bisa mengatasi segalanya mulai sekarang.