Janur kuning melengkung, warna kegelapan di mata Fauziah memudar berganti samar penuh kekosongan, tangan membelai perutnya yang masih rata. Bibirnya tidak bergerak namun gemetar, dia memandang sekeliling, mereka berlarian, tergepoh-gepoh dengan kesibukan. Lengkungan indah dibibir mereka seakan duri yang tertancap di nadinya. Dia berjalan perlahan seperti menginjak pecahan kaca, dia terluka namun tidak tampak noda darah yang mengotori kakinya.
Pesta meriah rakyat desa, dari sudut kesudut berjibaku berbondong-bondong menyaksikan. Dia berjalan di antara mereka namun satupun tidak ada yang menyadari.
Dia memasuki tenda pesta berwarna merah hati yang di dalamnya di dekorasi dengan hiasan tradisional, hidangan tradisional. Siapa yang tau air mata Fauziah menitik disela senyumannya.
"Cantik sekali ... mashaallah ... sempurnanya kau wahai kembang desa, kau menikah dengan lelaki impian semua gadis di desa ini ..."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com