webnovel

SMA Harapan

Menjadi siswa baru itu sangatlah asik. Mendapat teman baru, suasana baru, namun itu tidak berlaku untuk Zen. Zen sangat malah harus beradaptasi kembali dan Zen selalu berfikir bahwa mau disekolah manapun pasti sama, tidak akan ada yang bisa menerima kekurangannya dan pasti teman temannya menjauhinya seperti yang sudah sudah. Batin Zen

Saat Zen sudah di depan sebuah gedung yang menantinya, Zen membuang napas kasar dengan berat hati akhirnya Zen melangkahkan kaki dengan segera menuju Gedung tinggi dihadapannya yang tak lain adalah SMA Harapan dan tak lupa ia memasang earphone kesayangannya itu.

Pada saat Zen ingi menuju ruang gur tiba tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk pundaknya dan spontan Zen membalikkan tubuhnya.

" Hai bro, anak baru juga ya ? " begitu ucap teman yang berada disampingnya saat ini. Zen mengangguk sambil tersenyum.

"masuk kelas berapa lo, " sambung Gaudri

"hhmm .. kelas XI IPA 3. kalian tau itu dimana ?" ucap Zen

"anjayyy .. itu kelas kita bro. kuy bareng kita berdua aja ke kelasnya !" ajak Gatra.

"gue mau keruang guru dulu tra, ketemu wali kelas. kita pisah disini ya, thank bro " ucap Zen

Dua orang cowo disampingnya saat ini bernama Gatra dan Gaudri Rendranata. mereka berdua kembar identik, tidak jarang teman teman yang bingung mana Gatra dan mana Gaudri. mereka orang yang baik, dan mungkin mereka bisa menjadi temanku dan kabar gembiranya lagi adalah mereka teman sekelasku.

**

kriiinnnggg kriiingggg ... !!!

Bel Sekolah, berbunyi nyaring. Zen dan Ibu Ester (selaku wali kelas XI IPA 3 ) berjalan menuju kelas barunya.

"Good Morning !!

Morning, Mrs Ester !"balas serempak

maaf ibu terlambat karena tadi ada pertemuan dengan Kepala Sekolah dan anak baru dikelas kita"terang Ibu Ester

emang ada apa bu ?!tanya siswa kepo

'jadi .. hari ini kita kedatangan murid baru anak-anak ! silahkan Nak perkenalkan namamu.

"baik Mrs. .. " Hai semua, nama gue Zenecka Ravidra Clovis / kalian bisa panggil gue Zen. terima kasih"

oohhh my god, ganteng banget sih Zen. matanya itu loh biking gue mau pingsan " ucap cewe cewe yang ada di kelas itu

okeee, Zen kamu bisa duduk dengan Gatra ya."ucap bu guru

"Gatra, coba kamu tunjuk tangan ya. agar Zen tau kamu !"ucap Ibu Ester

"akhirnya satu kelas juga kita ," sambut Gatra dengan senyum yang lebar

selanjutnya pelajaran pun dimulai dengan tenang.

Zen yang sedang asik mendengarkan penjelasan Ibu Ester, tiba tiba pandangannya terfokus pada hantu Belanda yang berada di pojok jendela dengan gaun berwarna biru lehernya terikat oleh tali, matanya hitam pekat, tapi ada satu bagian yang membuat Zen terfokus. Kaki kanan hantu itu setengah patah sampai tulangnya terlihat.

" tolong .. tolong aku " ucap hantu itu lirih

5 menit kemudian, Zen kembali fokus mendengarkan penjelasan di depan.

Namun hantu tersebut masih memperhatikan Zen dengan tatapan sendu lalu menghilang.

kriiinnnggg kriiingggg ... !!!

Bel istirahat berbunyi, anak anak yang tadinya lesuh sekarang menjadi senang. Zen menoleh ke tempat yang Eva berada, namun Eva tersebut sudah pergi, Zen bisa bernapa lega.

Bro, kantin yuk ! ajak Gatra dan Gaudri

Ketiga cowo ini berjalan beriringan menuju kantin. Saat mereka bertiga sampai di kantin, Gatra langsung berinisiatif untuk memesankan kedua temannya makanan dan dirinya.

sesampainya di kantin, Zen Gaudri dan Gatra langsung memesan makanan, setelah itu mereka bertiga mencari tempat duduk yang kosong.

tiba-tiba kantin menjadi ricuh, terutama para cewek. Gaudri dan Gatra termasuk lelaki paling populer di SMA Harapan dan di tambah lagi kini ada Zen. pamor mereka semakin meningkat .

'ya ampun 3 pangeran gue dateng '

' ka gatra, sini duduk bareng kita'

dengan senyum yang indah, Gatra dan Gaudri hanya melempar senyuman kepada mereka.

Gaudri yang sadar akan keberadaan Bintang dan Citra langsung menghampirinya

hai, Bin .. hai pacarku yang tercantik ! senyum merekah dari bibir Gaudri

"Boleh kan kita makan bareng disini ?" tanya Gaudri pada dua gadis dihadapan mereka yang bernama Bintang dan Citra, Citra adalah kekasih Gaudri tapi mereka beda kelas.

Citra dan Bintang mengangguk. Citra lalu memperkenalkan diri kepada Zen, " Hai gue Citra dan ini Bintang sahabat gue" ucap Citra sambil menyodorkan tangannya.

"Gue Zen, maaf gue gak bisa pegang tangan orang !" ucap Zen pada Citra dan Bintang

mata Zen dan Bintang tak sengaja bertemu, sontakZen langsung memutuskan kontak mata dengan Bintang.

Zen bukan tidak menghargai niat orang lain atau bermaksud untuk tidak sopan, Zen hanya tidak ingin pada saat Zen bersalaman dengan orang lain dia membaca masalalu atau bahkan masa depan orang tersebut.

"cieee, gak biasa ya pegang tangan cewe. aneh banget sih lo, sama kita aja lo juga gamau salaman ! tanya Gatra heran.

"lo bisa tanya sama temen lo ini kalo mau tau soal gue ." ucap Zen dengan menatap Bintan.

Bel masuk kelas pun berbunyi.

Siswa siswi yang berada di kantin pun langsung berhambur meninggalkan kantin untuk segera kembali ke kelas.

begitu juga dengan Zen dan ke empat teman barunya.

***

Jam pulang pun tiba. Dengan segera semua murid merapihkan buku pelajaran terakhir, termasuk Zen yang ingin segera pulang beristirahat.

Zen, Gatra dan Gaudri berjalan bersama menuju gerbang sekolah untuk menunggu Citra dan Bintang.

" hai bie. " Ucap Citra sambil berlari kecil menghampiri gaudri

Zen dan Bintang serempak mengerinyitkan keningnya mendengar ucapan Citra yang seperti anak kecil.

"yee dasar pasangan lebay. " ucap Gatra

"guys, gue duluan ya . " ucap Zen

" yaelah Zen baru jam berapa ini, ikut kita nongkrong aja yuk di caffe. gak jauh kok dari sini " uca[ Gatra dengan merangkul Zen.

Ting

Ting

Ting

" sebentar Tra, gue angkat tlp dulu. " sambung Zen.

" yes Mom, ooh oke. gak kelamaan 2 minggu ?oke, love you mom ! " ucap Zen dan langsung menutup telpnya

" gimana, lo ikut kitakan Zen ?" tanya Gatra.

" yaudah gue ikut, gue ambil motor dulu. " ucap Zen sambil berjalan ke parkir mobil.

" Tang, lo sama Zen ya. motor gue gak muat kalo berdua heheh " ucap Gatra sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Begitu semuanya sudah dengan motor masing masing, Zen dan ke empat tempatnya langsung menuju caffe, dan ternyata caffe yang di maksud Gatra adalah salah satu Caffe milik orang tuanya.

" Selamat siang Mas Zen, selamat datang di Caffe Acazia " sapa waiter yang berdiri dan membukakan pintu.

Siguiente capítulo