Ruang TV dalam keadaan sepi saat Pras memasuki rumahnya. Ia belum melihat Xena dengan si kembar yang biasanya selalu ada di ruang TV saat ia kembali ke rumah.
Saat Pras memasuki kamarnya, ia sangat terkejut saat melihat Xena sedang menyusui bayinya ditemani anak kembarnya yang hanya diam memperhatikan adik mereka.
"Sayang, kapan kamu jemput Alesha pulang? Kok aku ngga dikasih tau", tanya Pras sambil kemudian mencium pucuk rambut Xena.
"Tadi siang. Aku sengaja melarang Johnny bilang kamu buat kasih surprise ke kamu sayang. Lihat ni anakmu, mereka baru kali ini bisa melihat Alesha dari dekat, makanya daritadi mereka disitu tidak bersuara", ujar Xena sambil memonyongkan bibirnya menunjuk kedua anak kembarnya, Raffa dan Mika.
Pras tersenyum pada kedua anak kembarnya yang kemudian menatapnya dengan segudang pertanyaan di mata mereka.
"Papa, Alesha kenapa kecil sekali ya", tanya Mika polos.
"Iya Papa, kenapa Alesha kecil tidak seperti Kirana", ujar Raffa.
"Alesha kan sebenarnya belum waktunya lahir, makanya dia lebih kecil dibandingkan bayi yang lain sayang. Makanya kalian harus jaga Alesha dengan hati-hati ya nak", ujar Pras lalu duduk dipinggir tempat tidur di samping Xena.
"Alesha sudah tidur? Sini aku letakkan di tempat tidur nya", ujar Pras lalu mengambil bayinya dari tangan Xena.
Xena memasukkan buah dadanya ke dalam bra-nya dan mengancingkan lagi pakaiannya lalu ia memeluk Mika yang ada di depannya.
"Mika dan Raffa senang ngga punya Dede Alesha?", tanya Xena lembut.
"Aku seneng banget Mama. Aku cerita ke semua teman aku di sanggar latihan Karate kalau aku punya adik perempuan. Raffa juga cerita", ujar Mika. Raffa langsung memeluk Pras memintanya untuk digendong.
"Shense aku tanya kapan Dede Alesha pulang ke rumah, aku jawab belum tahu", ujar Raffa.
"Ya Uda, nanti kan bisa cerita sama Shense kalau Dede Alesha sudah pulang ke rumah. Sekarang kalian makan dulu", ujar Pras menurunkan Raffa dari gendongannya dan menurunkan Mika dari tempat tidur.
Akhirnya keduanya berlari keluar kamar lalu menutup kamar dengan cukup keras.
"Mikkaaaa ... Pelan-pelan dong tutup pintunya", teriak Xena.
Xena lalu bangun dari tempat tidur, membukakan dasi yang masih mengikat di leher kemeja Pras, Pras memeluk pinggang Xena lalu memeluk tubuh Xena erat.
"Sayang, hari ini sungguh aneh. Mami tadi datang ke kantor aku" ujar Pras.
"Mami Wendy? Sama Papi?", tanya Xena setelah Pras diam beberapa saat.
"Mami datang sendiri ke kantor aku. Dia kasih tau aku kalau dia sakit", ujar Pras dengan lesu.
"Duduk dulu di sofa yuk sayang, kamu cerita sambil aku pijit punggung mu", ujar Xena.
Pras menurut dan kemudian dia duduk didepan Xena dan tangan Xena mulai beraksi memberikan pijatan lembut ke punggung suaminya.
"Mami sakit apa sayang?", tanya Xena.
"Mami sakit kanker rahim stadium 2. Aku sudah bilang agar Mami pulang ke rumah kami diluar biar dia di treatment di sana saja. Medical mereka lebih bagus kalau mau treatment untuk kanker", ujar Pras.
"Astaga Mami. Iya terus Mami nanggapinnya gimana?", tanya Xena penasaran.
"Mami si oke-oke aja buat treatment tapi yang bikin aku sakit kepala itu permintaan Mami yang minta tolong sama aku", ujar Pras kemudian diam sejenak.
Xena membalikkan badan Pras menghadap kepadanya dan ia memijit tangan suaminya kanan dan kiri bergantian.
"Mami minta tolong apa?", kata Xena.
"Mami minta tolong agar aku membantu mempersatukan Papi dengan Mama Yani Shu. Mami bilang Papi belum secara resmi menceraikan Mama jadi secara hukum Mama masih istri Papi. Mami minta dipoligami. Mami bilang biar ada yang urus Papi saat dia di treatment untuk penyakitnya", ujar Pras sambil melihat reaksi di muka Xena.
"Hah Mami ngga salah? Dimana-mana perempuan ngga ada yang mau dimadu, kok Mami malah minta di madu", ujar Xena sambil membelalakkan matanya.
"Itu dia. Aku juga mengatakan hal yang sama sama Mami. Tapi dia tetap memaksa agar aku menolongnya mempersatukan Papi dan Mamaku lagi", ujar Pras lemah.
"Sayang, jujur saja ya. Aku tidak menentang poligami tetapi aku ngga mau dipoligami. Buatku permintaan Mami sungguh aneh sekali. Kamu mending diskusi sama Papi kamu dulu lalu kamu tanya juga pendapat Mama kamu. Hati-hati bicara dengan orang tua jangan sampai menyinggung mereka ya", ujar Xena sambil mencium bibir Pras.
"Itu yang buat aku sakit kepala sayang. Aku bingung bilang sama Papi dan Mama. Nanti lah aku pikirin gimana caranya. Aku juga mau diskusi sama Anthony juga. Kalau sama Viola, kayanya ngga perlu karena anak itu ngga ngerti apapun diluar dunianya", ujar Pras tersenyum.
"Ya sudah, kamu mandi dulu. Nanti aku temani makan malam baru tidur", tanya Xena lembut.
Pras lalu masuk ke kamar mandi dengan membawa handuk dan baju gantinya. Xena masih duduk diatas sofa sambil memikirkan perkataan Pras mengenai Maminya yang mengijinkan suaminya beristri lagi.
"Mami ada-ada aja deh permintaan nya", ujar Xena lalu ia mengambil majalah wanita dan membacanya sambil menunggu suaminya mandi.