webnovel

Pemanggilan yang Gagal

Aku adalah seorang pemalas, dan dikarenakan hal itu aku akhirnya bermain video games sampai pagi hari.

Aku memperhatikan layar monitor yang memperlihatkan halaman baru, aku selalu merasa ingin mencoba segala hal. Namun saat aku melakukannya, aku selalu berhenti saat sudah berada di tengah-tengah perjalanan.

Melihat suatu halaman kuis di internet.

Aku lalu membaca halaman website tersebut.

Di sana tertulis: "Seperti apakah sekolah untukmu?"

Setelah membaca kalimat itu, aku terdiam dan mendengar suara bel sekolah yang menghantuiku. Aku lalu membayangkannya, kenangan demi kenangan masa-masa sekolahku dulu.

***

Diriku yang tersenyum di dalam toilet bersama dengan orang-orang yang sering membully-ku.

Suara toilet duduk yang sedang di flush.

Kepalaku lalu didorong dan dimasukkan ke dalam kloset toilet duduk yang baru saja di siram.

Aku bisa merasakan seluruh kepalaku masuk ke dalam kloset tersebut.

Rasa dingin dan bau dari kloset itu pun menyelimuti wajah dan hidungku.

Suaraku yang tidak bisa bernafas karena mereka menahanku agar tidak bisa keluar. Air-air toilet dari toilet tersebut lalu masuk ke dalam mulut dan tenggorokanku saat aku mencoba bernafas.

Saat aku ditarik, aku lalu menaikkan jempol tanganku ke atas dan tertawa dengan senyuman.

Mereka lalu pergi meninggalkanku setelah itu.

Saat aku berjalan di koridor orang-orang mencubit badanku tanpa diriku mengetahui alasannya.

Mereka tersenyum sesaat dan setelah melakukannya.

Namun, saat mengalaminya aku tetap mencoba untuk tersenyum dan mengabaikannya.

Tetapi tiba-tiba saja semakin banyak orang-orang yang mencubit badanku sehingga aku membuat gerakan-gerakan dan suara-suara yang aneh.

Aku pun berteriak.

Saat aku melihat ke arah belakang, aku melihat seorang wanita.

Wanita cantik, bukan maradona sekolah tetapi setidaknya cantik. Dia adalah teman masa kecilku, tetapi sejak kami remaja, kami jadi semakin jarang berinteraksi.

Aku yang sebelumnya mencoba tersenyum, lalu menghilangkan senyumanku saat melihat dirinya yang menahan tawanya, dan berbalik berjalan ke arah yang berlawanan sembari mengusap wajahku.

Bel lalu berbunyi, aku yang sedang berjalan lalu sedikit melirik ke arah belakang untuk melihatnya kembali.

Aku tidak menyadarinya saat itu, jika orang-orang mencubit tubuhku karena aku memiliki kertas yang bertuliskan "CUBIT AKU!" di bagian belakang bajuku.

Pada saat kelas olahraga.

Semuanya sedang bermain dodgeball, dan tentu saja aku ikut bermain.

Saat baru saja melempar bola, tiba-tiba saja banyak sekali bola terlempar ke arahku, dan aku pun berusaha untuk menutupi wajah karena takut akan bola yang akan datang sembari menghadap ke samping.

Bola-bola itu lalu datang dan aku bisa merasakan rasa sakit yang kuterima dari lemparan hujanan bola itu.

Saat aku membuka mata, aku melihat teman masa kecilku yang sedang duduk di lantai sendirian.

Saat aku menatapnya, tiba-tiba saja dia tersenyum dan menyapaku dengan tangannya.

Itu membuatku salting dan membuatku tersenyum dan membalas sapaannya.

Namun, tiba-tiba saja wajahku terkena lemparan bola sehingga membuatku hampir terjatuh.

Saat aku mencoba melihat ke arah tim lawan, tiba-tiba saja terdapat satu bola kembali menuju ke arahku.

Bola itu lalu mengenai wajahku dan membuatku terjatuh ke lantai.

***

Kesadaranku akhirnya kembali dan aku berhenti mengingat kenangan-kenangan masa-masa sekolahku.

Aku kemudian menuliskan "Luar biasa" pada kolom jawaban pertanyaan tersebut.

Setelah itu aku akhirnua membuka website internet lain dan menemukan suatu hal.

"Hmm..., jogging?"

Setelah membaca suatu halaman blog di layar monitorku mengenai pentingnya kesehatan, aku pun menutup semua aplikasi yang sedang berjalan dan mematikan komputer.

Aku lalu mengambil jaket olahraga yang ada pada gantungan bajuku dan memakainya. Setelah itu aku pun mematikan lampu kamarku dan pergi beranjak ke teras.

Aku kemudian mengambil sepasang sepatu yang ada di sana dan memakainya.

Mengetes sepatuku dengan menekannya ke lantai sebanyak 2 kali, aku pun membuka pintu rumahku dan menghirup udara segar di luar.

"Oke."

Aku lalu keluar dan menutup pintu rumahku dan mulai berjalan keluar sembari mengucapkan salam.

"Aku berangkat!"

... Seperti yang kuduga bermain video games selama berjam-jam itu akan membuat pikiran menjadi stres. Tidak, mungkin maksudku adalah indra penglihatanku yang menjadi stres karena diberikan beban yang berlebih.

"Ini buruk."

Aku bisa merasakan mataku yang stres ini menjadi tegang dan lelah karena sebelumnya aku melihat layar monitor untuk waktu yang terlalu lama.

Aku lalu mengambil kacamata yang kupakai dengan tangan kiriku dan mengusap kedua mataku dengan tangan yang kanan.

"Mataku berkunang-kunang..., aku harus mengurangi waktu bermainku."

Meskipun aku bilang begitu bukan berarti aku akan langsung memperbaiki kebiasaanku ini. Itu hanyalah kata-kata yang kuucapkan untuk melarikan diri dari sebuah masalah yang sedang kuhadapi..., dari dulu selalu saja begitu. Tidak pernah berubah.

"Hmm....."

Aku biasanya tidak seperti ini, pergi keluar dari rumah untuk mencoba melakukan hal yang lain.

Tubuhku tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Bisa dibilang biasa-biasa saja. Tidak, mungkin di bawah biasa.

Sedari kecil, aku sudah mengenal apa itu video games, anime dan budaya otaku, mungkin karena itulah aku tidak terlalu suka untuk keluar rumah.

Pada umurku yang masih prima ini, entah kenapa baru sekarang aku memutuskan untuk melatih tubuh.

Mungkin karena aku merasa bersalah terhadap kakak laki-lakiku karena biasanya aku selalu bergantung padanya.

Kami hanya dua bersaudara dan selisih usia kami hanyalah 3 tahun, ibuku pernah bilang pada kakakku jikalau dia sudah lulus dari kuliahnya dan mendapatkan pekerjaan, dia harus membantu membayar biaya kuliahku. Dirinya mungkin merasa tertekan akan hal itu. Dikarenakan hal itu pula aku sedikit merasa bersalah padanya. Seorang pemalas yang bermain video games sampai pagi hari, entah perasaan macam apa yang akan dirasakannya saat mengetahui diriku yang seperti ini.

Meskipun begitu, aku masih dapat hidup dengan cara yang kuinginkan, maka dari itu aku tidak ingin merepotkannya lebih jauh lagi. Hanya dengan memiliki uang saku dan biaya makan yang terpenuhi, menurutku itu sudah lebih dari cukup. Kalau dipikir-pikir lagi, kurasa aku adalah orang yang cukup hemat.

Lihat, meskipun aku sering melarikan diri, bukan berarti aku adalah orang yang tidak bertanggung jawab pada hidup. Begini-begini aku masih memikirkan hal-hal yang bisa kulakukan diwaktu kosong daripada tidak melakukan apa-apa.

Mungkin aku bisa disebut sebagai "Pemalas yang suka bermain video game".

Yah, meskipun aku bilang 'waktu kosong', lebih tepatnya ini bisa dibilang sebagai waktu tidur. Seorang mahasiswa yang keluar pada malam hari untuk ber-olahraga, tidak, lebih tepatnya mungkin pagi hari, karena ini sudah jam 4 pagi. Mungkin aku berpikir ini adalah malam hari karena langit masih gelap dan jalanan kota terlihat sangat sepi tidak seperti biasanya yang terlihat sangat padat dan ramai.

Aku lalu menghentakkan kedua kakiku secara bergantian untuk kesehatan dan berada diposisi antara berjalan dan berlari. Aku sebelumnya pernah membaca jika berlari secara pelan itu akan baik untuk kesehatan, maka dari itu aku mempraktikkannya saat ini.

Hanya karena aku bilang berlari pelan baik untuk kesehatan bukan berarti berlari dengan cepat buruk untuk kesehatan, menurutku keduanya sama-sama sehat, hanya saja menurutku jogging itu lebih teratur dan beritme daripada berlari dengan cepat. Semua orang punya pilihan dan seleranya sendiri, jadi lebih baik untuk menyesuaikan diri dengan pilihan yang sesuai.

... Jalanan sangat basah, sepertinya kemarin baru saja turun hujan. Untung saja hujannya turun kemarin, jika tidak mungkin aku sudah akan basah kuyup sekarang.

Aku melihat kearah jalanan kota, jalanan yang terlihat sangat sepi dan basah karena hujan.

"Sepi sekali..., kelihatannya tidak akan ada yang bisa kulihat sampai matahari terbit nanti."

Setelah melihat jalanan kota yang sepi dan basah itu, aku pun kembali melanjutkan jogging pagiku.

... Setelah melakukan jogging untuk waktu yang cukup lama, aku pun memutuskan untuk mengakhirinya sampai di sini.

Bernafas ngos-ngosan setelah jogging, karena kelelahan aku lalu mengarahkan kepalaku kebawah sembari memegang pinggulku dengan kedua tanganku.

Aku lalu berjalan menyebrangi jalan dan sampai kepinggir jalan. Namun...

Tiba-tiba saja mataku berkunang kunang kembali, indra penglihatanku tiba-tiba saja terasa tegang dan lelah seperti sebelumnya, tidak, mungkin ini lebih parah dari sebelumnya.

"Lagi?"

Mengusap kedua mataku dengan lengan kananku, aku lalu mencoba untuk kembali melihat. Rasanya sangat pusing, tetapi aku tetap memaksakannya.

Dan yang membuatku sangat terkejut adalah...

Aku melihat sebuah lingkaran sihir di bawahku, lingkaran sihir tersebut memutar-memutariku seperti sedang melakukan sesuatu atau sedang memberi tanda terhadap sesuatu.

Benar, lingkaran sihir. Sesuatu yang biasanya ada di dalam video games, anime, manga dan novel. Sesuatu yang memiliki berbagai macam simbol-simbol geometris yang kadang asing dan tidak, biasanya mereka hanyalah terlihat sebagai simbol-simbol dan karakter-karakter yang tidak jelas artinya. Walaupun berbentuk tidak jelas seperti ini, pasti akan ada artinya.

Saat melihat lingkaran sihir itu, aku menjadi takut, tubuhku gemetaran dan mulutku mengeluarkan suara-suara yang aneh.

Tiba-tiba saja terlintas dipikiranku mengenai lingkaran sihir ini, 'lingkaran sihir?' 'penyihir?' 'panggilan dunia lain?!' aku memikirkan semua apa yang akan dipikirkan oleh seorang otaku jika berada dalam peristiwa ini, rasa bingung dan takut pun bercampur dalam diriku.

Aku yang merupakan seorang otaku pun dengan cepat bisa langsung menyadarinya, jika ini adalah sebuah ritual pemanggilan ke dunia lain.

Berbagai perasaan seperti senang, bingung dan takut pun bercampur aduk dalam pikiranku saat menyadarinya.

Lingkaran sihir itu lalu berputar dengan sangat cepat secara tiba-tiba dan mengeluarkan cahaya yang sangat terang yang membuatku mundur ketakutan, aku yang terkejut itu pun berjalan mundur dan terjatuh ketengah jalan.

Aku pun menyadari jika ada sebuah truk melaju menuju kearahku dengan kecepatan tinggi.

Sang sopir truk itu sepertinya tampak tidak fokus, dia sepertinya mengemudi dalam keadaan ngantuk dan sepertinya tidak menyadari jika aku sedang berada di tengah-tengah jalan ini.

Dengan sangat cepat keringat keluar dari seluruh kulitku. Sangat panas, keringat-keringat itu menyelimuti seluruh kulit yang ada pada tubuhku dengan sangat cepat.

Tanpa kusadari truk itu sudah berada sangat dekat denganku, bahkan lampu dari truk yang sangat terang itu sampai membutakan mataku. Aku yang baru saja berencana untuk berdiri dan berlari dari jalanan tersebut ke pinggir jalan yang aman pun kehabisan waktu karena lambat bereaksi.

Truk itu dengan cepat langsung menusuk dan membuatku terhempas ke depan karena saking kuatnya daya hempasnya.

"AAaaGGGHHHAAAaaaaaAA ....!"

Aku yang terhempas lalu mengenai dinding salah satu bangunan yang ada di sana, terbaring lemas karena rasa sakit yang menimpaku.

Kacamata yang kupakai pun ikut terhempas bersama dengan diriku yang jatuh ke lantai beton jalanan kota.

"ggGhHAAaaa ..."

Kesadaranku pun perlahan menghilang bersama dengan tubuhku yang semakin lemas dan mengeluarkan darah yang berceceran.

Meskipun aku yakin tidak bisa bertahan lagi, aku mencoba untuk berdiri dengan kedua tanganku.

Saat melakukannya, seluruh tubuhku bergetar, menandakan jika aku sedang tidak baik-baik saja.

Aku pun terjatuh saat mencoba melakukannya dan memuntahkan darah yang sangat banyak dari mulutku.

Dalam keadaan itu, aku melihat jika lingkaran sihir

itu perlahan menghilang. Sopir truk yang menabrakku pun berlari menuju kearahku dengan wajah cemas.

Udara di kedua paru-paruku terasa terkuras. Nafasku pun menjadi sangat tidak teratur karena tubuhku sepertinya sedang tergesa-gesa, tidak, mungkin karena aku baru saja hampir mati yang membuat adrenalin ditubuhku bergejolak.

Hampir mati....

Tapi setelah aku memikirkan itu, tiba-tiba saja ada banyak sekali bayang-bayang yang muncul di kepalaku. Itu terlihat seperti sebuah ingatan, bukan ingatanku, melainkan ingatan orang lain.

(Kenapa bukan kilas balik kehidupanku, tapi malah kilas balik kehidupan orang lain?!)

(Tapi, kehidupan orang ini sangat aneh. Bagaimana bisa ----- XX ----- XXXX?!)

Aku tidak bisa mengucapkannya dalam pikiranku, itu terasa sangat aneh sampai-sampai mulutku kembali mengeluarkan darah karena berpikir keras.

... Setelah itu kesadaranku pun hilang sepenuhnya ...

... Saat aku sadar, aku melihat jikalau sekarang ini aku sedang dibawa menuju kerumah sakit, tidak ...

"Kamu sudah sadar?"

"Bertahanlah sebentar lagi!"

"Dokter, cepat!"

(Siapa mereka?)

Saat kesadaranku mulai kembali sedikit demi sedikit aku pun melihat kearah depan.

(Agh..., pandanganku terasa kabur... Yah, itu wajar saja menurutku, soalnya mataku ini sudah minus 7.)

Panas, seluruh badanku terasa sangat panas, bahkan sampai membuatku tidak bisa berkata apa-apa selain melihat dengan kedua mataku yang rabun ini. Tapi yang sangat parah, perutku terasa sangat panas, bahkan melebihi suhu panas pada seluruh bagian tubuhku kecualinya.

Perlahan-lahan darah keluar dari tubuhku, tidak, mungkin yang kumaksud adalah perutku. Perut yang bolong karena tusukan dari truk itu. Aku tidak bisa melihatnya karena ada potongan kain atau benda semacamnya yang menutupi perutku, tapi, aku bisa merasakannya dengan sangat jelas.

Bagaimana bisa perutku bolong kareba ditabrak oleh truk itu?

Apa..., organ tubuhku masih baik-baik saja?

Yah, aku harap tidak akan ada yang rusak.

Celana dan bagian bawah tubuhku terasa hangat dan basah. Apa karena saking takutnya, aku sampai buang air kencing di celana?

(Apa ini? Dingin? Kenapa aku merasa dingin? Apa jangan-jangan?!)

Aku bisa langsung tahu situasi macam apa yang sedang menimpaku.

Tidak, aku masih belum ingin mati.

Tidak. Tidak. Tidak. Tidak. Tidak. Tidak mungkin, ini pasti bohong.

Jangan bercanda. Aku masih baik-baik saja kan?!

Apa aku benar-benar akan mati?!

Mati?

Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati.

Perlahan-lahan tubuhku menjadi dingin, suhu panas yang kurasakan diseluruh tubuhku pun perlahan menghilang tergantikan dengan suhu dingin.

Penglihatanku yang sudah kabur pun menjadi semakin tidak jelas bersama dengan kesadaranku yang perlahan kembali hilang.

(Aku..., tidak ingin mati!)

Siguiente capítulo