Natasha diam-diam melirik ke arah Jimmy dan merasa kebingungan. Setahu dirinya saat itu Kathy melakukan perselingkuhan dengan laki-laki itu di belakang Diego.
"Mungkinkah Tuan Diego tidak tahu istrinya main belakang dengan Tuan Jimmy?" gumam Natasha dalam batin.
"Bagaimana, kalau aku memasukkan nama Jordan di kartu keluarga sini, tetapi dia kamu rawat, Natasha? Bagaimana?" putus Diego sesaat kemudian.
"Sayang!" pekik Kathy kemudian, sepertinya ia ingin protes sebelum Natasha memberikan jawaban.
"Apa jawabanmu atas keputusan Diego, Sha?" sela Merry yang tak menggubris ucapan Kathy.
"Baiklah, Nyonya, tak mengapa. Yang penting anak saya telah mendapat pengakuan, kalau anak ini benar darah daging Tuan Diego," jawab Natasha, kemudian menghela napas lega.
"Baiklah, Ma, karena Natasha sudah memberikan jawaban, aku akan keluar dulu," pamit Diego sambil menatap Merry yang duduk bersebelahan dengan Natasha.
"Iya, keluarlah! Kasihan para tamu sedang menunggumu." Merry memberikan kesempatan pada Diego untuk keluar rumah, menemani tamu-tamu yang hadir dalam acara pesta tersebut. Maklum, hari di mana Natasha datang ke kediaman Diego adalah hari spesial ulang tahun lelaki tersebut berbarengan dengan ulang tahun perusahaan yang Diego pimpin. Sesaat kemudian Diego berlalu dari ruangan, seolah-olah tidak peduli dengan sikap protes istrinya.
Diego tampak bergegas keluar rumah diikuti Jimmy. Hal ini lagi-lagi memicu perhatian Natasha. Namun, hal itu tak berlangsung lama, karena perhatian Natasha beralih pada Kathy yang meninggalkan ruangan dengan langkah berang.
"Sha,ikutlah ke kamarku sebentar! Dan bawa anakmu juga!" perintah Merry sambil tersenyum dan menatap bergantian ke arah Natasha dan anaknya.
Tak berapa lama, wanita lanjut usia itu tampak bangkit dari duduk dan berjalan menuju kamarnya. Natasha lantas mengikuti langkah Nyonya Besar tersebut.
Natasha yang melihat Nyonya Besar berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya, bergegas menggandeng lengan wanita lanjut usia itu dengan sebelah tangannya. Sebelah tangan yang lain milik Natasha menggenggam erat tubuh si kecil dalam gendongan. Natasha tampak begitu sabar menggandeng Merry hingga ke kamar.
"Duduklah!" Dengan lirih wanita lanjut usia itu meminta Natasha segera duduk.
Natasha kemudian duduk di bawah beralaskan permadani. Sesekali dia menatap sekeliling kamar milik Merry yang tampak tidak banyak berubah. Tak berapa lama, wanita lanjut usia tersebut duduk di bawah berhadapan dengan Natasha.
"Maafkan saya, Nyonya! Saya datang begitu tiba-tiba, dengan tidak malunya meminta Nyonya dan juga Tuan Diego untuk merawat Jordan," ujar Natasha sembari tertunduk dan meraih tangan Merry. Manik hitamnya menebal oleh buliran bening.
"Tidak apa-apa kamu membawanya ke sini. Aku justru bahagia bisa melihat cucuku," balas Merry sambil tersenyum.
"Sejujurnya ... saya sudah tidak mampu lagi merawat Jordan, Nyonya. Saya terpaksa membawanya ke sini karena kehidupan saya sangat sulit. Tapi, karena keputusan Tuan Diego tadi, mau tak mau saya harus berjuang lagi," terang Natasha dengan air mata yang lolos begitu saja.
"Jangan bersedih! Tindakanmu sudah benar." Merry memberikan dukungan atas tindakan Natasha yang datang dengan membawa anaknya.
"Saya merasa tidak mampu merawatnya lagi, Nyonya." Natasha tanpa sungkan mengungkapkan perasaannya dengan buliran bening yang terus meleleh, membasahi pipinya.
"Aku tau tanpa kamu harus mengatakan semuanya. Dari melahirkan seorang diri, merawat dan membesarkannya hingga usia hampir dua tahun, cukup membuat dirimu dalam kesulitan. Tenanglah! Apa yang kamu lakukan saat ini sudah benar. Semua ini demi masa depan anakmu." Merry terus menguatkan batin Natasha agar tidak merasa bersalah akan tindakannya kali ini.
"Terima kasih, Nyonya," ucap Natasha sambil mengusap dengan tangan, pipinya yang basah karena air mata.
Merry mengangguk dan tersenyum. Tak berapa lama, wanita lanjut usia itu bangkit dari duduknya dan melangkah menuju lemari kayu yang berada di sudut kamar. Nyonya Besar itu membuka lemari dan menggeser sebuah laci di dalamnya. Kemudian diraihnya sebuah kotak perhiasan dan menghampiri Natasha lagi.
"Bawalah ini! Jika suatu saat kamu butuh, kamu boleh menjualnya. Setidaknya, selama ini kamu telah bersusah payah membesarkan anak sendirian tanpa bantuan siapapun." Merry berujar kepada Natasha sembari menyodorkan perhiasan lengkap dari cincin, anting, gelang hingga kalung.
"Tapi, Nyonya!" Natasha berusaha menolak pemberian Nyonya Besar. Namun, wanita lanjut usia itu tetap memaksa dengan mengangguk dan mengedipkan mata.
Natasha lantas terdiam dan tidak berani mengelak lagi akan pemberian Nyonya Besar tersebut. Keduanya lantas berbincang intens panjang lebar untuk beberapa lamanya dengan membaringkan Jordan yang tertidur.
"Nyonya, boleh saya bertanya lagi? Siapa anak laki-laki yang usianya sepertinya sebaya dengan Jordan?" tanya Natasha yang sejak datang merasa penasaran.
"Anak Diego dengan Kathy. Kamu harus tahu, Sha, kalau Diego telah mati-matian mencarimu."
Seketika batin Natasha begitu perih saat Merry memberitahunya tentang itu. Natasha berpikir, jika selang sebentar dirinya hamil dengan Diego, Kathy demikian juga. Beringsut, Natasha jadi sedikit tidak percaya terhadap Diego.
Tak berapa lama, Natasha dan Nyonya Besar keluar dari kamar. Ia menuntun wanita lanjut usia itu menuju ruang keluarga lagi. Namun, saat hendak tiba di ruangan keluarga, langkahnya terpaksa berhenti, karena Kathy tampak keluar kamar kemudian berjalan mendekat dan menatap dengan sinis.
"Nyonya Kathy! Mohon, maafkan saya, Nyonya! Saya akan berpamitan dan membawa anak saya lagi. Saya terpaksa melakukan ini, meskipun sebenarnya saya malu. Tapi, mendapat pengakuan adalah hak anak saya." Natasha berpamitan sembari berujar kalimat menohok kepada Kathy.
"Syukurlah! Aku juga gak mau merawat anakmu di sini. Tapi ingat, meskipun nama anakmu akan masuk di daftar keluarga, dia gak akan mendapat hak istimewa. Camkan itu!" ancam Kathy terdengar serius.
"Iya, Nyonya. Terima kasih." Natasha hanya membalas singkat ujaran syarat kebencian dari Kathy.
Tak ingin berdebat panjang dengan Kathy, Natasha segera melangkah keluar dari rumah mewah tersebut tanpa berpamitan dengan Diego. Batinnya telah terlanjur semakin perih karena sikap Diego telah berubah pasca kepergiannya dari rumah mewah tersebut.
Merry berusaha mengantar Natasha hingga ke teras bagian samping, karena wanita itu memilih jalan lain. Halaman depan rumah Diego sedang digunakan untuk acara pesta.
"Saya pulang sekarang, Nyonya. Semoga Nyonya selalu sehat dan panjang umur." Natasha berpamitan lagi pada Merry, kemudian melangkah meninggalkan rumah mewah tersebut.
Batin Natasha sebenarnya begitu sedih karena Merry begitu perhatian pada dirinya. Bahkan, saat berada di kamar, wanita lanjut usia itu menginginkan Natasha agar tinggal di rumah mewah itu lagi. Namun, Natasha terpaksa menolak keras permintaan ibu Diego tersebut.
"Berhenti!" seru seorang lelaki saat Natasha setengah berlari sambil menggendong Jordan, menuju pintu gerbang. Ia lantas menghentikan laju langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara. Natasha menatap tajam lelaki itu yang berusaha menghampirinya.