webnovel

Chapter 05 : Gimana Caranya Mengurus Anak? Arghh!! Bodo Amat!

Di saat malam itu para Pemburu Iblis dan Petinggi Organisasi mereka jadi sangat pusing dan sibuk, sementara salah satu Pemburu mereka yang berperingkat Silver. Alias, Arthur, kini ia tampak sedang mengalami masalahnya sendiri.

Kenapa? Itu karena...

"Apa kamu yakin tidak ingin membeli apapun?" Arthur menanyakan hal itu dengan serius kepada Kafka, yang hanya menggelengkan kepalanya dengan ringan saja.

Jujur saja, sudah hampir setengah jam, atau malah sudah satu jam lebih? Entahlah. Tapi yang pasti, sudah cukup lama mereka berada di sana dan Kafka hanya diam saja berdiri tanpa terlihat ingin mengambil sesuatu.

Pada akhirnya, Arthur menyerah dan mengambil boneka acak saja dari toko tersebut. Sebelum kemudian dirinya segera pergi dari sana dan pulang kembali ke rumah.

Kembali?

Ya, setelah pulang tadi, Arthur yang selesai membersihkan kamar yang akan digunakan oleh Kafka merasa seperti ada sesuatu hal yang kurang di sana. Dan begitulah, semuanya berakhir seperti yang terjadi di atas.

Kamar yang digunakan oleh Kafka sekarang dulunya merupakan sebuah gudang, tapi hanya dalam waktu kurang dari dua jam, segalanya terlihat sudah berubah dengan sangat drastis. Meskipun, pada akhirnya tidak ada hal yang benar-benar menarik di sana.

Isi dari ruangan itu cukup simpel, ada kasur, meja, lemari, bangku. Anggap saja, sesuatu hal yang akan ada di kamar normal pada umumnya ada di sana. Dengan satu hal tambahan lain yang baru saja di tambahkan di sana...

"Lihat ini."

Kafka yang duduk di kasur segera melirik ke arah boneka beruang yang belum lama ini di beli oleh Arthur, di mana kebingungan bisa terlihat jelas di wajahnya. Lebih tepatnya lagi, Arthur berhasil membacanya dari gestur tubuhnya, di mana Kafka memiringkan kepalanya sedikit.

"Lucu, kan? Boneka beruang ini mulai sekarang akan menjadi temanmu. Dengan boneka imut ini di sisimu, kamu tidak akan takut lagi di malam hari, kan?" Arthur mengatakan hal tersebut sambil melambai-lambai tangan dari boneka beruangnya.

Hanya saja, hal yang di dapatnya terasa sangat menyakitkan. Apalagi, mata milik gadis itu yang meskipun kosong, tapi seolah berkata seperti ini; "Apa yang sedang dilakukan oleh orang ini?"

Jika saja bukan karena kepribadian narsis yang dimiliki oleh Tristan membuat resistensinya terhadap hal semacam ini jadi tinggi, mungkin saja Arthur bakal langsung mengalami serangan mental yang mengerikan darinya.

Jangan tanya alasannya, siapa pun akan mengalami hal yang sama jika ada di posisinya sekarang. Melambaikan boneka beruang sambil ditemani oleh tatapan dingin dari seorang anak kecil, siapa pun itu pasti tidak akan tahan dengan kecanggungan tersebut.

'Dia tampak jauh lebih dewasa dari usianya.' Dan, itu benar-benar sangat mengganggunya. Karena, bagi Arthur, anak-anak harus bertingkah seperti anak-anak dan tidak perlu bersikap dewasa seperti ini.

Meskipun, dirinya tau betul alasan di baliknya. Tapi tetap saja, dia tidak menyukainya.

Arthur kemudian menyerahkan boneka beruang itu kepada Kafka, "Ini, peganglah."

Kafka kecil tidak mengerti apa maksudnya, tapi mengikuti petunjuk darinya, dia mengambil boneka beruang itu dan mulai memeluknya.

Di balik rambut ungu pendeknya, wajah cantiknya tetap tanpa ekspresi. Hanya saja, dengan tambahan boneka beruang di pelukannya, ada kelucuan yang kontras pada sikapnya.

Gadis itu duduk di tempat tidur sambil memeluk erat boneka beruangnya.

Penampilannya yang sekarang terlihat seperti sebuah lukisan bernada dingin, indah dan menawan, tapi pada saat yang sama tenang dan terpisah.

Ngomong-ngomong, dari beberapa hal yang dibicarakannya dengan Karen sebelumnya, Arthur paham betul untuk memperhatikan masalah yang berkaitan dengan psikologisnya. Mengingat, aspek utama dalam menyembuhkan masalah semacam ini adalah dengan membangun jangkar emosional dalam dirinya sendiri.

Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Baik itu melalui ikatan keluarga, persahabatan, cinta romantis, atau pun aspirasi terhadap tujuan tertentu...

'Mari kita hilangkan yang terakhir.' Tidak ada alasan yang khusus dari hal tersebut, dia hanya tidak ingin gadis ini jatuh ke dalam api balas dendam dan berakhir dengan kehampaan. Meskipun... 'Aku tidak akan menghentikannya kalau ada kesempatan.'

Hanya saja, yang penting Arthur tidak ingin terlalu menanamkan pemikiran balas dendam di kepala gadis kecil ini. Karena, dia sadar kalau setiap orang yang punya pemikiran semacam itu di dalam kepalanya, biasanya akan memiliki akhir yang kurang menyenangkan.

Mungkin, itulah alasan kenapa Arthur memutuskan untuk memberinya sebuah boneka, karena boneka tersebut bisa jadi dasar untuk membangun jangkar emosionalnya tanpa perlu mengungkit balas dendam. Hanya saja...

... Apa memang seperti itu?

...

Arthur kemudian terlihat pergi keluar dari ruangan itu. Tidak lupa juga mematikan lampu yang ada di sana, menyebabkan ruangan itu menjadi sunyi.

Kafka bisa terlihat sedang berbaring di tempat tidurnya, menatap ke atas.

Langit-langitnya tampak memiliki pola yang samar-samar; jika di pandang cukup lama, pola-pola itu tampak berubah menjadi bentuk yang mengerikan.

Pada malam-malam semacam ini, kenangan yang tidak menyenangkan sering kali bermunculan. Sesuatu hal yang sering di alami semua orang, yang juga sekarang sedang di alami oleh Kafka.

Api, balok-balok yang berjatuhan, dan Demon yang mengancam...

Saat Kafka kecil terus menatap langit-langit, pupil matanya yang ungu terlihat mulai sedikit berkaca-kaca.

Dari ruang tamu di luar kamar tidurnya, samar-samar terdengar suara langkah kaki. Dia menolah, memperhatikan secercah cahaya di bawah pintu - Arthur pasti belum tidur.

Pada saat dirinya berbalik, Kafka kecil melihat boneka beruang yang tertata rapih di meja samping tempat tidurnya.

Awalnya Kafka kecil hanya memperhatikannya saja, sebelum dia akhirnya sedikit keluar dari selimutnya dan meraih boneka beruang tersebut, merasakan tekstur lembutnya yang entah kenapa membawa ketenangan baginya.

Pada saat itulah, Kafka kecil mulai teringat kembali dengan kata-kata dari Arthur belum lama ini, membuat dirinya mengambil boneka beruang tersebut dan memeluknya dengan erat.

Di balik selimut, tubuh mungilnya tampak sedikit meringkuk, memeluk erat boneka beruang itu dengan kedua tangannya.

Tidak peduli apa yang hilang darinya, setidaknya pada saat ini, dia memegang sesuatu hal miliknya yang bisa memberinya rasa nyaman.

Perlahan tapi pasti, Kafka kecil mulai tertidur.

...

Apa yang terjadi dengan kerabat dari Kafka setelah insiden tersebut?

Sulit untuk menjelaskannya. Tapi, simpelnya sih begini;

Entah mengapa satu per satu dari mereka mati secara misterius. Beberapa ada yang mati akibat kecelakan, beberapanya lagi mati karena sakit, sisanya jadi korban dari para Demon.

Semua hal itu berlangsung dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, sesuatu hal yang membuat Arthur mengerutkan keningnya dengan aneh.

'Apa yang terjadi? Ini pasti bukan sebuah kebetulan.'

Satu atau dua kali masih bisa di toleransi olehnya, bahkan yang ketiga pun sama. Tapi, kalau sudah sampai seperti ini, hal itu membuatnya tidak bisa tenang.

"Kenapa?" Arthur sedikit melirik ke arah gadis mungil yang sudah beberapa hari ini tinggal bersama dengannya, seseorang yang membuatnya harus menghentikan perburuan Demon secara gila-gilaannya selama beberapa hari tersebut.

Kafka kecil tampak ingin mengatakan sesuatu, di mana setelah beberapa saat keheningan, akhirnya dia mulai berbicara.

"Kamu tidak akan mati seperti mereka, kan?" Meski emosi di baliknya tidak begitu terdengar, tapi suaranya yang agak bergetar masih dapat di dengar oleh Arthur, membuat senyum kecut tumbuh di wajahnya.

'Beberapa hari belakangan ini dia tampak mulai berbicara denganku, meskipun masih belum terlihat punya minat terhadap sesuatu selain hal-hal yang aku katakan, tapi setidaknya ini sudah cukup bagus.'

Mengabaikan insiden aneh yang terjadi pada keluarga Kafka, gadis itu sendiri mulai memperlihatkan perubahan kecil dari segi perilaku darinya. Meskipun tidak banyak, tapi bagi Arthur, hal ini sudah lebih dari cukup.

Memang sih, ada beberapa masalah di beberapa hari belakangan ini, seperti; Kafka yang selalu hanya menuruti perintah darinya. Tapi, setidaknya dia mulai ingin berbicara dengannya. Meski, biasanya hal tersebut selalu berakhir dengan canggung.

"Kenapa kamu tidak menjawabku?" Matanya sekarang tampak agak berkaca-kaca.

Arthur yang melihatnya hanya menepuk-nepuk kepalanya saja dengan ringan dan berkata; "Tenang saja, aku tidak akan mati seperti mereka. Lagi pula, aku masih memiliki kamu yang harus aku urus."

Setelah melihat Kafka kecil tenang, kalian berdua mulai kembali menikmati ketenangan hidup kalian di sana. Hingga matahari tampak mulai terbenam, akhirnya Arthur memutuskan untuk menanyakan sesuatu hal yang sudah mengganggunya sampai saat ini.

✽✽✽✽✽✽✽✽✽✽

Promosi Tak Tahu Malu:

Jika Anda menyukai cerita nya hingga sejauh ini, pertimbangkan untuk mendukung saya!! Bantu saya di https://trakteer.id/aster_souji_pendragon!! Hanya dengan 5k saja, Anda sudah sangat membantu saya!!

Anda juga bisa memfollow akun Instagram saya di @panagakos_void!! Untuk mengetahui novel-novel baru yang mungkin akan saya buat!!

Catatan Penulis:

Yeyy!! Update kembali!!

Aneh seperti biasanya:V

Tapi setidaknya, di beberapa bagian sudah ada yang bagus. Dan, tidak seburuk dua bab yang sebelumnya.

Oh ya, nanti mungkin ada beberapa insiden yang akan Author tulis dalam sudut pandang seperti teks yang biasanya ada di story game, seperti; menjelaskan sesuatu hal secara singkat, dan terkadang perbincangan mereka dijelaskan, tidak di tulis seperti perbincangan.

Untuk yang terakhir sih, ke depannya Author bakal coba kurangi, tapi mungkin bakal masih dipakai, hanya untuk beberapa percakapan yang tidak penting, supaya tidak buang-buang waktu.

Ahem! Bagi kalian yang suka, bisa tinggalkan Stone kalian di sini, komen hal-hal yang perlu di tambahkan dan di perbaiki (Ini sangat diperlukan Author, jadi kalo bisa, tolong lakukanlah), dan share hal ini ke teman-teman kalian, supaya kalian ada obrolan dengan mereka dan tidak lost connetion seperti author kalo lagi ngobrol sama temen" author wkwkwkwk

Itu saja sih yang ingin author sampaikan, kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti!

Adios!

Siguiente capítulo