Raka terbangun dengan semangat baru, tetapi pikiran tentang steroid masih mengganggu. Meskipun dia merasa lebih kuat dan percaya diri, kekhawatiran akan kesehatan terus mengintai. Namun, keinginan untuk mencapai impiannya jauh lebih kuat. Raka memutuskan untuk melanjutkan penggunaan steroid, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan tubuh ideal yang dia impikan.
Di gym, kemajuan Raka semakin mencolok. Otot-ototnya berkembang pesat, dan ia semakin menarik perhatian. Namun, rasa puas itu segera tergantikan oleh ambisi yang lebih besar. Raka mendengar tentang obat-obatan lain yang bisa meningkatkan hasil latihan dan mempercepat proses bulking—obat yang bisa membantu menambah massa otot dengan lebih cepat.
Suatu malam, setelah latihan yang melelahkan, Raka berkumpul dengan Andi. Mereka berbincang tentang latihan dan tujuan. "Ada satu produk yang banyak dibicarakan di kalangan atlet," kata Andi, matanya berbinar. "Obat ini bisa meningkatkan metabolisme dan membantu pemulihan lebih cepat. Kenapa tidak coba?"
Raka merasa terombang-ambing. Dia tahu ini bisa berisiko, tetapi keinginan untuk mendapatkan hasil cepat menguasai pikirannya. "Di mana aku bisa mendapatkannya?" tanyanya, mencoba menyembunyikan keraguannya. Andi memberikan kontak seseorang yang bisa membantunya.
Keesokan harinya, Raka memutuskan untuk bertemu dengan orang itu. Di sebuah tempat tersembunyi, ia bertemu dengan seorang pria yang tampak misterius. Pria itu menunjukkan berbagai jenis obat-obatan dan menjelaskan manfaatnya. Raka merasa terpesona. Setiap vial yang ditunjukkan seolah menjanjikan hasil instan.
Akhirnya, Raka memilih beberapa obat yang dijanjikan akan meningkatkan pertumbuhan otot dan mempercepat pemulihan. Ia membayar dengan uang yang telah ia tabung, merasa tidak sabar untuk memulai siklus baru ini.
Setelah membawa pulang obat-obatan itu, Raka merasa campur aduk. Dia tahu bahwa jalan yang dia pilih berbahaya, tetapi keinginan untuk mencapai tubuh impian membutakan akal sehatnya. Dalam beberapa minggu ke depan, Raka menjalani program bulking yang gila—menggabungkan latihan berat dengan asupan kalori yang sangat tinggi, ditambah dengan steroid dan obat-obatan baru.
Setiap hari, Raka menghabiskan waktu di gym, berlatih lebih keras dari sebelumnya. Dia menaikkan beban yang jauh melebihi batas kemampuannya sebelumnya. Makanan berprotein tinggi menjadi makanan utamanya—daging, telur, dan suplemen protein mengalir deras ke dalam tubuhnya. Ia merasa bertenaga dan terus berjuang, terobsesi untuk melihat perubahan.
Namun, seiring berjalannya waktu, dampak negatif mulai terasa. Raka merasakan perubahan pada tubuhnya—jantungnya berdebar lebih cepat, suasana hatinya tidak stabil, dan tidurnya terganggu. Meskipun demikian, ia terus mengabaikan sinyal-sinyal ini, terfokus pada pencapaian yang lebih besar.
Di tengah malam, Raka sering terbangun, memandang diri di cermin dengan rasa cemas. Dia melihat otot-otot yang semakin besar, tetapi juga ada bayangan gelap yang mengintip dari balik semua itu. Dia berusaha menenangkan pikirannya, meyakinkan diri bahwa semua ini demi impian.
"Ini hanya sementara," bisiknya. "Semua yang aku lakukan ini akan terbayar."
Namun, ada bagian dalam dirinya yang mulai meragukan keputusan ini. Meskipun hasilnya mengesankan, Raka tahu bahwa jalan yang dia pilih tidaklah sehat. Ketika ia menghadiri kompetisi bodybuilding lokal untuk pertama kalinya, rasa bangga dan cemas bercampur aduk.
Di atas panggung, saat lampu menyinari tubuhnya yang kekar, Raka merasakan momen itu—semua usaha dan pengorbanan yang telah dia lakukan. Namun, saat melihat pesaingnya, dia sadar bahwa persaingan jauh lebih ketat dari yang dia bayangkan. Setiap orang di sana tampak lebih sehat dan alami, dan itu mengingatkannya pada semua yang telah dia lakukan.
Setelah kompetisi, Raka merasa terjebak dalam dilema. Dia berhasil menarik perhatian, tetapi di balik pencapaian itu, ada risiko yang mengintai. Raka harus memilih—apakah ia akan terus berjuang dengan cara ini, atau mencari jalan yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk mencapai tujuannya?
Raka merasakan berat tanggung jawab atas pilihan hidupnya. Dalam kegelapan malam, saat dia kembali ke rumah, dia mulai berpikir tentang jalan yang harus diambil. Apakah impian ini sepadan dengan segala risiko yang harus ia hadapi?