webnovel

Chapter 2 - Pertemuan Dengan Cahaya

Saat Aryan melangkah lebih jauh ke arah cahaya, suasana di sekitarnya berubah drastis. Suara lembut dan melodi indah memenuhi telinganya, menciptakan rasa damai yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pohon-pohon tinggi menjulang, daunnya berkilau seolah-olah ditutupi embun.

Di depan, sekelompok malaikat tampak berlatih, gerakan mereka anggun dan penuh harmoni. Aryan terpesona oleh keindahan mereka. Salah satu malaikat, dengan sayap berkilau dan aura cerah, berputar dengan gerakan yang elegan. Tanpa sadar, Aryan merasa terinspirasi.

Ketika ia semakin mendekat, salah satu malaikat, seorang wanita dengan rambut panjang berwarna emas, menyadari kehadirannya. "Siapa kau, manusia?" tanyanya, suaranya lembut namun tegas.

"Aku… aku Aryan," jawabnya, sedikit tertegun. "Aku baru saja terlahir kembali di perbatasan ini."

Malaikat itu mengamati Aryan dengan tatapan tajam. "Perbatasan antara surga dan neraka adalah tempat yang berbahaya. Apa tujuanmu di sini?"

"Aku mencari kekuatan," Aryan mengakui, merasa jujur. "Tetapi aku ingin melindungi diriku dan orang-orang yang mungkin ku temui."

Malaikat itu mengangguk, seolah memahami niatnya. "Kekuatan bukanlah segalanya. Tanpa kebijaksanaan, kekuatan hanya akan membawamu ke jalan kehancuran. Apakah kau bersedia belajar?"

Aryan merasakan harapan baru. "Ya, aku bersedia," katanya dengan semangat.

"Maka datanglah, dan ikuti kami. Kami akan mengajarkanmu kekuatan sejati," kata malaikat itu, melambai untuk memanggil Aryan. Dengan hati yang penuh antusiasme, Aryan mengikuti mereka ke area latihan.

Selama beberapa hari ke depan, Aryan berlatih dengan para malaikat. Ia belajar tentang kekuatan cahaya, ketahanan, dan teknik bertarung yang elegan. Meskipun tubuhnya masih merasakan lapar yang mendalam, ia mulai menyadari bahwa kekuatan sejati tidak hanya berasal dari mengonsumsi, tetapi juga dari pengendalian diri dan pengetahuan.

Suatu hari, saat mereka berlatih, malaikat wanita itu menghampiri Aryan. "Kau sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Namun, aku merasakan ada sesuatu yang mengganggu dalam dirimu. Apa yang menghalangimu?"

Aryan menunduk, berat hati mengungkapkan isi pikirannya. "Aku memiliki kekuatan untuk menyerap apa pun yang aku makan. Namun, aku khawatir bahwa kekuatan itu bisa membuatku menjadi monster."

Malaikat itu tersenyum lembut. "Kekuatan yang kau miliki memang berbahaya, tetapi bukan kekuatan itu yang menentukan siapa kau. Melainkan pilihan yang kau buat. Kekuatan itu bisa menjadi berkat jika digunakan dengan bijaksana."

Pernyataan itu menggugah Aryan. Ia mulai memahami bahwa dengan kekuatan yang besar, datang pula tanggung jawab yang lebih besar. "Bagaimana aku bisa mengendalikan kekuatanku tanpa kehilangan jati diri?"

"Kendalikan hasratmu untuk menyerap," jawab malaikat itu. "Belajarlah untuk menerima kekuatan dari pengalaman, bukan hanya dari makhluk hidup. Hiduplah dengan penuh makna."

Aryan mengangguk, merasakan beban di hatinya mulai menghilang. Dengan bimbingan malaikat itu, ia mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Rasa lapar yang menggerogoti perlahan-lahan tergantikan oleh semangat untuk belajar dan berkembang.

Hari-hari berlalu, dan Aryan menemukan keseimbangan antara kelaparan dan pengendalian diri. Ia belajar untuk menyerap energi dari lingkungan, merasakan kekuatan cahaya yang mengalir ke dalam dirinya tanpa merusak keseimbangan.

Namun, saat ia mulai merasa nyaman, suara dalam kepalanya kembali terdengar. "Ingat, Pemilih. Kekuatan kegelapan masih menantimu. Keseimbangan antara cahaya dan kegelapan adalah kunci untuk menemukan jati dirimu."

Aryan menatap ke arah perbatasan yang membentang di depannya, merasakan panggilan untuk menjelajahi lebih jauh. Dia menyadari bahwa petualangan ini belum berakhir. Ia harus menghadapi tantangan dari kedua sisi, dan mencari cara untuk menyatukan kekuatan yang dia miliki.

Dengan tekad baru, Aryan bersiap untuk kembali ke sisi kegelapan. Dia ingin memahami semua aspek dari dirinya—cahaya dan kegelapan—dan menggunakan keduanya untuk mencapai potensi penuhnya. Petualangan menantinya, dan Aryan bertekad untuk menjadi tidak hanya kuat, tetapi juga bijaksana.

Siguiente capítulo