webnovel

TUNDUKKAN PENGUASA GAIB PANTAI SALIK

CHAPTER 5. PENUNDUKAN GAIB PANTAI SALIK

Malam itu saya isi dengan diskusi mengenai amaliah mandi Tobat, karena ada beberapa yang salah dalam pengerjaan nya, sehingga mereka akhirnya sepakat untuk mengulang mandi tobat mereka sesuai yang saya beritahukan.

Walaupun seperti itu mereka sangat antusias, dan Kang Adim kembali mengingatkan kalau nanti siang abis dzuhur berangkat ke Kampung Laut untuk menundukkan Penguasa Gaib disana. Ku pakai untuk istirahat saja setelah menunaikan sholat Subuh berjamaah.

Siang jam 11 lewat, aku terbangun, Kang Gandi dan Asep sudah bangun dan sedang makan. Setelah mandi kukeluar ke ruangan tengah tempat berkumpul, sudah banyak jamaah yang datang, mereka ada yang bawa rokok, ada yang bawa makanan kecil dan kopi renceng buat persiapan di majelis.

"Kang, jadi ya abis dzuhur, sampeyan makan dulu, abis itu baru berangkat ya, soalnya disana mahal kalau jual makanan, jajan palingan kopi ajah, tapi udara agak mendung ini, Kang," kata Kang Adim.

"Jalan Kang Adim, ini halangan dari gaib, supaya kita gak bisa jalan, kayak nya Penguasa di sana yang buat ini semua, banyak sudah disusupi oleh Iblis sepertinya tempat itu, Kang Adim. Sampeyan bawa air zam-zam asma dan garam asma ya," kataku.

"Banyak Kang, kalau garam cuma air zam-zam lagi abis," katanya.

"Ya, nanti saya bawa deh semuanya," kataku.

"Kang Tarman, mau ikut tidak?” Tanyaku.

"Terserah ajah!" katanya.

"Kang lebih baik kayak nya Kang Tarman disini bersihkan rumah dari unsur gaib, semua disemprot pakai air zam zam asma Kang, biar tenang, password bersihkan gaib, energi buruk dan energi negatif, juga datangkan pasien dan jamaah yang sebanyak-banyak nya ke majelis ini," kataku ke Kang Tarman.

"Wah, iya ya, boleh Kang, aku sih punya alat semprot nya, yang buat hama ya Kang?” Tanyanya.

"Iya Kang bagus kalau itu, malahan bisa semuanya terjangkau," kataku.

"Ya, sudah kalau gitu saya tinggal saja di sini biar saya semprot saja rumah ini, kan mau dijadikan majelis sementara, jadi bisa semuanya di password, hehehehe," katanya.

"Ya, kalau gitu siapa ajah yang mau ikut?” Tanya Kang Adim.

"Ya, berenam saja Kang biar tidak terlalu banyak," kataku.

"Pakai mobil siapa?” Tanyaku.

"Ada mobil jamaah nanti abis dzuhur kemari Kang," katanya.

"Ya sudah, ini aku dapat chat dari Kang Roni dia mau ke sini nanti malam, katanya mau bawa kawannya atau staff nya di kantor yang kena perjanjian dengan pesugihan?" kataku.

"Itu siapa Kang Adim?” Tanyaku.

"Oh, itu si Hesti Kang, iya katanya ada perjanjian pesugihan, waktu itu udah pernah dicek sama kita, Paman nya Hesti yang melakukan, jadi sudah dua adek nya yang dikorbankan, tahun ini katanya jatah nya Hesti, jadi dia takut," kata Kang Adim.

"Oh yah? Wah, jahat banget paman nya, tapi kita gak boleh Su'udzon Kang mengenai hal ini, ini menyangkut keluarga orang lain, dan kalau bisa kalau hal begini jangan diceritakan ke yang lain, cukup kita saja yang tau, nanti malah menuduh. Yang jelas kita sudah membantu orang atau pasien supaya sembuh setelah diobati, menyangkut karena disantet siapa atau diguna-guna siapa? atau dipelet siapa?itu masalah berbeda. Jadi emang kita hanya membantu saja bukan membuka aib orang, biarlah orang itu sendiri yang berbuat menanggung dosa dan perbuatannya," kataku menjelaskan.

"Iya, Kang itu kan kode etik juga dalam mediumisasi, kadang Jin juga gak mau ngomong!" katanya.

"Ya, kita gak boleh percaya kepada Jin, karena kadang Jin juga suka berbohong, melakukan tipu muslihat, mengadu domba dan sebagainya, agar kita saling membenci dan saling bermusuhan!" kataku lagi.

"Ya, Kang, akan kami ingat, semua itu hanya tipuan Jin saja ya, Kang," katanya.

"Maksudnya yang penting semua yang dia keluhkan kita obati, dan kita berusaha, untuk dia sembuh atau tidak itu bukan urusan kita, itu kita serahkan semua kepada Allah, kita tidak punya kekuatan apa-apa untuk menyembuhkan seseorang, kita hanya mengobati saja, bukan menyembuhkan!" kataku lagi.

"Semua itu kita jangan lupa sehingga kita akan selalu ingat Allah dan kita akan selalu bersender kepada Allah, bukan manusia atau makhluk apapun!" kataku lagi.

"Iya ya Kang, semuanya itu bisa membuat kita sombong, takabur dan sebagainya, yang penting kita jalani amaliah saja dengan benar, dan hanya minta Ridho kapada Allah saja, Kang!" katanya.

"Nah ini yang bener Kang, semoga semua juga paham ya!" kataku kepada semua jamaah.

"Ya, Kang," sahut mereka.

Setelah selesai sholat Dzuhur berjamaah dan makan siang, kami yang ingin ikut ke kampung laut yang ada di sepanjang pantai Salik bersiap-siap. Kami berenam, Aku, Kang Gandi, Kang Asep, Kang Adim, Pak Batik dan Kang Gino.

Kami naik mobil pak Batik dan sengaja memang akan mengarah ke pantai Salik dan sepanjang jalan saya hidupkan camera untuk mengabadikan perjalanan yang bisa dipakai untuk masukkan di video nanti.

Setelah hampir satu jam perjalanan kami akhirnya sampai di kampung Pantai dan turun. Kami masuk ke arah pantai sekitar 300 meteran dan jalan kaki. Tak lupa tetap kupantengin kamera untuk ku simpan di videoku nanti. Setelah sampai di pantai aku buat kan semacam kata-kata pembuka dan mengarakan ke arah seluruh pantai yang sekarang sudah mulai gelap dan turun hujan kecil atau gerimis.

Tak lama kemudian kami mencari tempat untuk mediumisasi dan kita pilih sebuah warung kecil untuk sekedar ngopi dan nongkrong saja. Sesampainya disana, kami langsung mediumisasai tetapi kami tidak terang-terangan supaya tidak mengundang banyak orang untuk melihat. Kamu duduk-duduk dulu agak lama dan kami siap setelah itu.

"Kang Asep, jadi mediator nya ya? Atau Kang Adim?” Tanyaku.

"Kayaknya, Kang Adim ajah deh," kata Kang Asep.

"Oh, oke siap Kang, kita mulai yah," kataku.

Kemudian saya mulai panggil Penguasa Gaib terkuat dari pantai Salik disana, dan kumasukkan ke dalam badan Kang Adim yang duduk disebelahku, kemudian dia menggerem dan duduknya mulai tidak tenang. Kupassword agar yang bisa bergerak hanya badan dan tangannya saja, dan kuminta dia tenang. Kang Adim meresponse seperti masuk gaib yang berbadan besar sehingga badannya seakan membesar.

Laut tampak tenang dan ada angin sedikit sepoi-sepoi kulihat keluar ke arah laut di hadapan kami dari arah warung.

"Hmm...Siapa kalian..., Berani nya datang ke mari tanpa permisi!"

"Assalamualaikum...Selamat siang..."

"Hmm yaaaa.....jawab pertanyaanku...!!"

"Hmmm, ya kami orang biasa saja bukan siapa-siapa, kamu makhluk apa? dan wujudmu apa kalau saya boleh tau?!!"

"Saya Datuk Kudus, saya penguasa pantai ini, apa yang kalian inginkan datang kemari?!"

"Hm, begini Datuk, kami tidak bermaksud apa-apa datang kemari hanya ingin bersilaturahmi saja Datuk!"

"Hmm kalau ingin bersilaturahmi sebelumnya pamit dulu!"

"Ya, kami minta maaf tidak pamit dulu dan mengucap salam kepada Datuk, apakah datuk marah kepada kami?!"

"Ya, saya marah sekali, tapi kalian sudah minta maaf, saya maafkan..!"

"Datuk, pengen sekali saya mengobrol, apakah Datuk sudah lama menguasai daerah ini?!"

"Ya, saya sudah lebih dari seribu tahun disini!"

"Oh, sudah lebih dari seribu tahun, lama sekali datuk!"

"Ya, sudah lama sekali"

"Terus saya mau nanya katanya beberapa kali banyak ada kecelakaan datau kapal tenggela di daerah pantai ini apakah datuk mengetahuinya?"

"Ya, saya tau itu, memang kenapa?!! Biar saja mereka tenggelam hahahahaha"

"Loh katanya datuk sudah menjadi penguasa disini, bukankah harusnya melindungi daerah ini?"

"Apa pedulimu! Saya menguasai Gaib nya saja, kalau penguasa alam manusia bukan saya dong!"

"Ya memang, tapi kan bisa selaras dan sinkron dengan alam manusia, kalau gitu datuk tahu sama kejadian-kejadian itu??"

"Ya jelas tau!itu juga ulah pasukan-pasukanku dipantai ini!!"

"Lah, kenapa datuk?Apakah datuk disuruh sama seseorang atau gaib lainnya??"

"Apa perdulimu!!apa urusanmu!!" terlihat marah.

"Memang bukan urusan saya tapi mau nanya saja kenapa bisa seperti itu? Apakah manusia disini juga yang salah atau bagaimana?"

"Ya, banyak mereka salah tak tau aturan? dan ada juga yang karena suruhan!!"

"Hm, kalau boleh tau apakah suruhan dari bangsa Gaib atau suruhan dari bangsa manusia?"

"Bangsa gaib dan manusia!!"

"Sebentar, apakah kamu kenal kami,(lalu kutunjukan wajah beliau dtanganku), Apa kamu kenal beliau?"

"Waduh!! kalian siapa nya beliau?!!"

"Kenapa pakai waduh? Kok ada waduh nya segala?? Hahahaha"

"Iya, kenapa kalian datang?! Apakah kalian utusan beliau?!!"

"Ya, kami utusan beliau untuk menanyakan kepada kalian, kenapa Datuk tak menjadi pengikut beliau saja, dan menjadi Muslim??"

"Ya sebelum ini sebenarnya saya sudah muslim dan merupakan pasukan dari Dewi Lanjar, kemudian kami semua dapat hasutan dan kami sekarang menjadi pegikut dari Nyi Blo*ron*" sambil menundukkan kepala.

"Oh begitu jadinya, kamu sekarang menjadi pengikut Blo*ron*??"

"Ya sudah, kamu saya muslim kan lagi ya dan menjadi pengikut beliau, mau??"

"Ya saya mau!"

"Baik kalau begitu ikutin kata-kata saya bersyahadat kembali ya,"

Kemudian dia kubimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan kuberikan ilmu baru ke badan nya, kucabut semua ilmu nya dan kustempel agar tidak murtad.

"Kamu sekarang sudah menjadi Muslim ya, Datuk, dan sekarang kamu sudah menjadi pengikut Beliau karena dan kuputus perjanjian kamu dengan Nyi Blo*ron* dan pengikutnya!!"

"Ya, terima kasih saya sangat berterima kasih....huhuhuhu," katanya sambil menangis dan dia terharu dengan masuknya lagi menjadi Muslim.

"Sekarang kamu tarik itu semua pasukanmu dan semua gaib yang ada di pantai ini, karena biar bisa membantu manusia disini agar bisa lebih tenang dan damai"

Kemudian dia tarik dan dia muslim kan seluruh pasukan dan gaib dibawah perintahnya untuk kemudian dia masukkan menjadi Muslim.

"Ya sudah kami muslim kan semua!"

"Kamu bisa sholat lima waktu dan berdzikir, dan kamu sudah saya password beserta semua pasukanmu yang tadi kamu muslim kan supaya tidak murtad, kalau kalian murtad dari islam, otomatis akan meledak dan masuk ke neraka jahanam sampai akhir kiamat loh," kataku menjelaskan nya.

"Baik, akan kami jalankan perintah kalian dan terima kasih atas semuanya,"

"Ya, sama-sama, kamu coba menjadi pemimpin yang baik bagi semua pasukanmu, dan kalau ada jin-jin fasik kamu bisa bantu mereka menjadi Muslim, ini saya kasih senjata buat memerangi kebatilan disini ya," kataku sambil memberikan senjata Trisula gaib kepada nya.

"Ini, ada Trisula biar kamu bisa memerangi semua kebatilan disini ya," kataku.

"Baik, terima kasih atas semuanya, saya akan pamit, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam"

Kemudian gaib itu keluar dan Kang Adim kembali sadar.

"Kang waduh gede banget makhluknya dan power nya itu besar banget Kang, emang dia itu kuat Kang,"

"Iya makanya tadi dengan kekuatannya bisa menjadi teman bisa menjadi lawan, kalau dia bisa menjadi kawan kan lebih baik daripada menjadi lawan setidaknya warga disini sudah tidak ada lagi kekhawatiran akan ada musibah yang diperbuat oleh pasukan nya,"

"Iya sih Kang, makanya kalau dia sudah menjadi muslim dan menjadi pengikut beliau kan enak"

"Dan dia sudah saya putus perjanjian dengan Nyi Blo*ron*, jadi nanti siap-siap si Nyi itu akan sering datang menggangu kita loh, Kang Adim, kayak nya pengaruh dia di Jambi sini kuat Kang,"

"Kok tau Kang?"

"Ya dia yang bilang tadi, hehehe,"

"Ya sudah kita lanjutkan ngopi Kang, eh mana rokok kesayanganku...hahahaha,"

"Ini Kang.."

Tiba-tiba angin besar dan yang mengarah keluar laut dan banyak nelayan tidak bisa menepi karena angin itu terus mendorong mereka ke tengah kembali, keras sekali dorongan angin nya.

"Wah, Fenomena apa lagi ini Kang?"

"Ya, kita lihat saja nanti Kang Adim, ini ada hubungannya dengan yang tadi kita medium kan,"

"Ya, Kang kita santai dulu, Kang Narendra mau makan?"

"Ah, boleh Kang, nanti saya pesan mie saja sama bapaknya,"

"Pak ini pesan Mie 6 porsi ya dan teh manisnya juga"

Kemudian kami makan dulu dan bercanda dulu, angin masih tambah kencang saja dan belum berhentti...

****

"Kang, kok ini kenapa angin tambah keras ajah, hujan nya malahan gak deras tapi angin kencang sekali," Tanya kang Gino.

"Wah, gak tau ini, kang Adim ayok kita medium, saya pengen tau juga sih kenapa bisa gini," kataku.

"Iya kang, serem bener angin nya, kayak mengarah ke satu titik, kang Narendra," kata kang Adim heran.

"Yu siap," katanya.

"Masuk video gak?” Tanya kang Adim.

"Hehehehe memori HP saya habis, baterai nya juga tinggal dikit lagi, masih penuh video yang belum diupload," kataku menjelaskan.

"Oh, ya kalau begitu gak usah divideokan ya," kata kang Adim.

"Ya bagaimana lagi? Terpaksa, ya udah itu barang-barang disingkirkan dulu nanti kena amukan kang Adim, hehehe," kataku kepada kang Gino dan kang Asep yang dekat dengan kang Adim.

"Yuk, mulai, saya protek dulu ya badanmu kang Adim, dari Jin, siluman, Iblis yang mau menyusup, kalau mereka berusaha menyusup akan meledak dan masuk neraka jahanam. Saya protek juga ruangan ini dari serangan bangsa gaib" kataku lagi sesudah mengucapkan password.

Kemudian saya fokus menarik gaib terkuat disitu yaitu Datuk Kudus untuk hadir dan masuk ke dalam tubuh kang Adim, Hu'.

Maka tubuh kang Adim meresponse dan saya password lagi untuk menguasai seluruh tubuh mediator dan mengisi ruang yang kosong.

"Asssalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

"Maaf dengan siapa saya bicara ini?"

"Saya kang, Datuk Kudus, mohon petunjuk nya dan ijin hadir"

"Iya alhamdulillah, mau nanya ini kok angin nya keras banget dan sepertinya ada kekacauan ya?"

"Iya, maaf beribu-ribu maaf, semua pasukan ku ini bingung mau kemana tinggalnya?"

"Oh iya, maaf datuk saya akan buatkan mesjid Gaib dulu disana yah! itu diantara daratan pulau disana itu," kataku sambil menunjuk kepada tempatnya.

"Baik, terima kasih banyak" sambil menyembah.

Kemudian kubuatkan mesjid gaib yang lokasinya saya tempatkan sesuai yang saya kasih tau ke datuk Kudus.

"Ya disana itu tolong atur kepada semua pasukanmu, masuknya jangan berbarengan, tapi bergiliran supaya tak ada hal-hal yang membuat kerugian di daerah ini," kataku memberi perintah kepada Datuk Kudus.

"Ya, terima kasih atas semuanya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kang Narendra"

"Ya, silakan kembali bertugas Datuk"

"Terima kasi saya mohon pamit kang," katanya sambil menunduk dan menyembah.

"Assalamu'alaikum," katanya lagi.

"Wa'alaikumsalam," kata kami disana.

Kemudian kang Adim sadar kembali, setelah Datuk Kudus pergi dari badan nya.

Setelah 2 menit dari kang Adim sadar, berangsur-angsur angin nya pelan dan sampai tidak ada angin sama sekali yang keras. Angin bertiuo sepoi-sepoi dan hujan pun berhenti. Maka kami pun setelah membayar semuanya maka kami pun pulang dari pantai itu untuk kembali ke majelis.

Sepanjang Perjalanan kami semua membicarakan kejadian aneh itu,

"Wah, kalau ada video nya nyambung tuh kang, dan seru banget ceritanya," kata kang Adim.

"ya kang seru banget. Eh iya besok kita jadi ke candi kang?” Tanyaku.

"Oh jadi dong kang, kita coba tarik gaib sana untuk menjelaskan misteri tanah ini," katanya.

"Siapa yang mau ikut lagi? Gak usah banyak-banyak kang, dan kita semua kesana pakai sarung yah," kata kang Adim.

"Iya kan, kalau saya pake sarung terus kang, heheehe," kataku menjelaskan.

"Memang enaknya pake sarung kang, adem..hahahaaha," kata kang Prman bercanda.

Kemudian setelah berjalan agak jauh kami ke mesjid dulu untuk melakukan sholat Ashar dan kemudian kembali ke majelis, naik mobil. Di dalam perjalanan kami semua karena capek semua istirahat, cuma saya dan pak Batik yang masih melek, karena pak Batik yang menyetir mobilnya.

"Pak, disini banyak yang pelihara burung Walet ya pak?” Tanyaku ke pak Batik.

"Iya kang, disini banyak yang tanam kepala sawit, pohon pinang dan usaha kandang burung Walet pak," katanya.

"Apa mereka banyak itu di gedung kayak gitu pak, gak panas apa pakai seng begitu?” Tanyaku.

"Wah, kalau itu saya kurang tau kang, saya usahanya cuma sawit saja," katanya.

"Oh, cuma sawit saja?” Tanyaku.

"Tanam Pohon Pinang sedikit kang, cuma iseng saja," katanya lagi,

"Punya berapa hektar, pak?” Tanyaku.

"Ada 8 hektar kang, warisan orangtua saya," katanya.

"Tapi sekarang kelapa sawit harganya lagi turun kang!" katanya lagi.

"Ah, tapi lumayan ya pak hasilnya kalau segitu mah berasa panen nya," kataku.

"Ya, lumayan kang disyukuri sajalah!" katanya lagi sambil tersenyum sumringah.

"Anak bapak berapa pak? Ibu kemana kok masih belum datang lagi, besok suruh datang pak, latihan medium dan kan besok mau ke candi ajak ya, pak," kataku.

"Iya kang, kata dia juga besok mau ikut kalau ke candi, dia juga belum pernah ke sana katanya!" kata pak Batik.

"Ah moso pak, jangan-jangan bapak belum pernah kesana juga ya??” Tanyaku lagi sambil tertawa.

"Iya kang, saya belum pernah masuk, lah ngapain juga masuk, wong saya juga gak pernah jalan-jalan, hahahaha!" katanya lagi sambil tertawa.

"Ya, setidaknya tau mengenai semua yang ada disini pak, sejarah tanah jambi ini, setidaknya kita harus tau juga," kataku.

"Iya sih pak, wong anak-anak saya juga dah besar-besar dan mereka asik malahan main t*kt*k hehehe," katanya.

"Memang, anak bapak berapa?” Tanyaku.

"Anak saya dua kang. yang nomer satu sudah tugas sebagai polisi, dan nomer dua sedang kuliah, heehehe, jadi ya begitulah kang," katanya.

"Iya juga sih pak, kalau dah gede-gede gitu sudah punya kerjaan nya masing-masing, mereka pada gak mau kunjungi candi-candi kayak gitu mending ke tempat lain ya pak?" kataku mengiyakan jawabannya.

"Iya kang, saya sama istri saya saja di rumah berdua kadang di kebon sawit saya sendirian kalau paen, kalau ibunya dirumah kan ada warung juga, jadi jaga warung saja," katanya lagi.

"Oh gitu, jadi ngewarung saja disana?” Tanyaku.

"Iya kadang istri saya bantuin anak saya jualan baju di pasar kang, tapi sekarang masa pandemi covid 19 ini sepi kang pasar. Penghasilan bukan hanya berkurang malahan gak ada hasilnya pak, sepi banget pasar. Mereka cuma ke pasar itu buat belanja harian untuk makan mereka, kalau buat beli baju, mana ada kang!" katanya menjelaskan.

Tak berapa lama kemudian kita semua sampailah di majelis dan kami semua turun. Kita mandi bergantian dan setelah itu sholat Magrib berjamaah dan mempersiapkan dzikir waqiah selepas sholat Isya nanti.

"Assalamu'alaikum kang"

"Wa'alaikumsalam, eh kang Roni, mari masuk kang Roni," kataku pada dia.

"Alhamdulillah kang, ini saya bersama kawan yang pernah saya ceritakan itu. Yang paman nya menumbalkan keluarga mereka karena pesugihan kang," katanya menjelaskan.

"Oh iya, yang namanya Hesti itu yah? Eh kok masih pakai seragam dan barengan sama Yuni? Memang kalian bertiga sekantor?” Tanyaku.

"Iya kang kami sekantor kang, Hesti ini staffku di kantor, tapi kalau Yuni ini bagian marketing jadinya ya kami satu kantor," katanya. Yuni adalah jamaah di majelis ini dan sering ikutan Waqiahan, dan katanya dia sudah bisa medium dengan mata terbuka.

"Ya sudah kang nanti saja kita tangani abis Waqiahan yah, abis ini kita sholat Isya jamaah dulu abis itu langsung Waqiahan," kataku.

"Siap, kang" kata kang Roni.

******

SANG PENAKLUK PULAU SUMATERA

By. SKI

Siguiente capítulo