webnovel

Bab 20: Taman bermain

Bianca yang melihat wajah sahabat karibnya itu langsung menjentikkan jari di mukanya. Anastasia yang tersadar langsung mengatakan bahwa dia pernah bertemu dengan anak ini sebelumnya. Anastasia menjelaskan bahwa dia pernah bertemu Markus saat menjaga binatang peliharaan madam Theresa.

"Bi, tapi ada hal yang membuatku agak bingung dengannya," ucapnya dengan suara rendah.

"Ada apa, Anas?" Bianca mengerutkan alisnya. "Apa yang kamu ingin bicarakan?"

Anastasia sangat ingin membisikkan sesuatu, tetapi terlalu banyak mata yang melihatnya. Dia merasa ini bukan waktu yang tepat dan memutuskan untuk diam. Tidak lama kemudian, hidangan mulai disajikan.

"Bi, nanti saja kita ngomongannya."

"Iya, Anas. Aku sudah lapar." Bianca mengelus perutnya. "Kita kan belum makan dari tadi siang."

George dan Isabella mempersilahkan tamunya untuk bersantap malam. Hidangannya berupa nasi goreng dengan daging ayam yang kulitnya dipanggang merata. Aromanya yang begitu menggoda membuat semuanya dengan cepat melahap makanan itu.

"Astaga! Makanan ini sangat enak!" Theresa membelakkan bola matanya. "Aku tidak pernah mencoba makanan seenak ini."

"Aromanya begitu menggoda dan rasanya menarik." Nigera lalu memotong potongan daging ayam yang berada di piringnya. "Tekstur dagingnya juga empuk dan berair."

"Astaga! Akhirnya ada orang yang berpikiran sama denganku." Bola mata Isabella membesar sesaat mendengar ucapan Nigera. Bibirnya tidak berhenti tersenyum. "Kamu pasti sangat senang di dapur."

Nigera membalas perkataan itu dengan tersenyum. Setelah bersantap malam, Markus lalu mendorong kursinya dan melihat ke arah Ibunya.

"Ibu aku ingin mengajak anak-anak ini bermain di luar. Apakah boleh?" tanya Markus memasang ekspresi yang cukup menggemaskan.

"Oh, tentu saja sayang. Kamu bisa bisa bermain dengan mereka," ucap Isabella dengan mengelus rambut anaknya. "Tapi, aku akan menyuruh beberapa orang untuk menjaga kalian semua, ok?"

"Bu, tapi …."

"Markus di luar sudah cukup gelap. Kamu tidak ingin membahayakan anak-anak ini bukan?" Isabella menaikkan alisnya.

"Iya, Bu," ucap Markus menghela napas.

Markus lalu berdiri dari kursinya dan mengajak semua anak-anak bermain di luar. Dia juga menarik tangan Anastasia dan Bianca yang masih duduk di kursi. Mereka semua lalu beranjak dari kursi dan mulai meninggalkan ruangan itu.

"Markus, ingat kamu jangan terlalu lama. Besok kita akan mulai latihan."

"Iya, Yah. Aku mengerti." George menganggukkan kepala dan langsung berlari meninggalkan ayah, ibu bersama Nigera dan Theresa di ruangan itu.

Markus mengajak semua anak-anak untuk bermain di salah satu wahana yang dekat dengan penginapan, yaitu Carousel atau biasa disebut komidi putar. Semua anak-anak berlarian dengan kencang termasuk Markus, Anastasia dan Bianca. Mereka lalu memilih tunggangan untuk dinaiki.

Suara music komidi putar mulai terdengar. Mesinnya perlahan bergerak dan memutar. Suara tawa dan bahagia mereka terdengar jelas. Wajah mereka tidak berhenti untuk tersenyum dan bahagia.

"Aku sangat suka komidi putar!" teriak salah satu anak panti yang duduk berdekatan dengan Anastasia. "Aku sangat suka di sini."

Mereka semua lalu turun dari komidi putar setelah alat itu berputar sekitar lima belas menit. Markus berlari dan memimpin barisan anak-anak menuju ke wahana selanjutnya yaitu Ferris Wheel atau biasa yang disebut biang lala.

Penjaga yang diutus Isabella untuk menjaga anak-anak itu mulai kewalahan mengejar setiap anak-anak yang berlari cukup kencang. Mereka terlihat beberapa kali berhenti dan menarik napas yang panjang.

Biang lala itu hanya bisa menampung dua sampai tiga orang. Anak-anak itu kemudian mencari temannya dan bersama-sama naik ke biang lala. Anastasia yang melihat Markus masih berdiri seorang diri.

"Bi, gimana kalau kita naiknya barengan Markus?"

"Iya Anas, aku setuju," ucap Bianca menangguk dengan cepat. "Semakin banyak orang semakin menarik bukan?"

Mereka berdua berjalan mendekati Markus yang hanya berdiri dan mematung. Anastasia lalu mengajak Markus untuk naik bersama. Senyuman Markus terukir jelas di bibirnya. Dia mengangguk dengan cepat ketika mendengar ajakan itu.

Mereka bertiga lalu menaiki biang lala tersebut dan duduk di dalamnya satu satu kabin. Beberapa menit kemudian mesin bianglala berputar. Posisi kabin mereka perlahan naik ke atas hingga mencapai posisi puncak. Wajah Bianca terlihat tegang sesaat begitu juga dengan Anastasia. Semuanya terlihat begitu kecil. Mereka terus memegang pegangan besi yang berada di kabin.

"Oh, jangan bilang kalian takut dengan ketinggian," ucap Markus dengan nada mengejek. "Tenanglah, ini tidak mengerikan sama sekali."

"Aku dan Bianca tidak terbiasa naik seperti ini, lagi pula ketinggian ini membuatku ketakutan." Anastasia terus menundukkan kepalanya.

"Iya, aku sangat takut jatuh dari tempat yang tinggi ini," ucap Bianca dengan tangan yang berair dan kepala yang tertunduk.

"Hei, tapi dari sini kalian bisa melihat keindahan tempat ini," ucap Markus sambil tersenyum. "Ayolah, semuanya baik-baik saja."

Anastasia perlahan membuka matanya dan mendongak ke depan. Matanya terperanjat melihat keindahan tempat ini dari atas. Lampu-lampu jalanan mulai terpasang dan menyala hingga membuat keindahannya bertambah. Rasa takutnya seketika menghilang dengan sendirinya. Semuanya dapat terlihat dengan jelas dari atas sini.

"Pemandangan yang sangat indah," Bola mata Anastasia tidak berhenti sedikit pun. "Bi, kamu harus melihat ini." Anastasia menarik tangan Bianca yang terus memegang erat besi di kabin.

"Anas, kamu yakin?" Bianca mengerutkan alisnya. "Aku merasa ini keputusan yang salah." Bibirnya terus bergetar tiada henti.

Anastasia tersenyum dengan ucapan Bianca. "Bi, percaya aku. Kamu cukup menengok saja."

Bianca perlahan memutar kepalanya. Rahang mulutnya terbuka lebar diikuti dengan mata melebar. Mulutnya melengkung membentuk senyuman. Dia perlahan melepas genggaman tangannya.

"Astaga! Tempat ini sangat indah." Bianca terus tertawa. "Aku tidak bisa berkata apa-apa."

"Betulkan, aku tidak bohong kepadamu." Markus tertawa melihat wajah mereka berdua.

Setelah beberapa menit berada di atas perlahan kabin milik mereka pelan-pelan turun. Anastasia, Bianca terus memperhatikan sekeliling. Mereka tidak sadar bahwa kabin mereka telah sampai di tempatnya semula.

"Ayo Kak, kita turun." Markus membuka pintu kabin dan melangkah lebih dulu. "Wahananya sudah selesai."

Mereka bertiga turun dari wahana itu. Rasa senang di dalam hati mereka masih terukir jelas dari wajahnya. Tetapi ada yang membuat Anastasia seketika tegang. Dia sekali tidak melihat rombongan anak-anak panti yang lainnya.

"Bi, kamu lihat anak-anak yang lain?" Anastasia menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan. "Aku sama sekali tidak melihat batang hidung mereka."

"Iya Anas, aku juga tidak melihatnya. Di mana mereka?" Bianca memanjangkan lehernya.

"Aku merasa mereka telah kembali ke penginapan." Markus menyela ucapan mereka. "Kita sebaiknya ke penginapan, mungkin saja mereka ada di sana," ucapnya memberi masukan.

Anastasia dan Bianca mengangguk dan berjalan mengikuti Markus yang memimpin jalan. Suasana di jalan juga semakin sepi. Lampu-lampu jalanan perlahan dimatikan satu per satu begitu juga wahan permainan.

Langkah kaki mereka terdengar begitu jelas. Embusan angin yang dingin mulai terasa. Mereka mempercepat langkah hingga sampai di depan pintu penginapan.

"Akhirnya kita sampai." Anastasia menyeka keringatnya. "Perjalanan yang cukup memakan energi rupanya," ucapnya diselingi tawa.

"Iya Anas, aku juga bisa merasakan otot-otot kakiku yang menegang." Bianca duduk di salah satu kursi depan yang berada di pintu masuk penginapan dan memajangkan kakinya." Ah, setidaknya sekarang aku bisa beristirahat sejenak."

Markus menengok melalui kaca yang menghubungkan ke dalam ruangan. Rombongan anak-anak itu ternyata telah kembali ke penginapan. melihat beberapa rombongan anak-anak panti yang diarahkan oleh anggota Ibunya.

"Kak, anak-anak yang lain tampaknya sudah lebih dahulu tiba," kata Markus sambil terus menengok ke dalam ruangan. "Aku juga akan ke kamarku sekarang." Markus langsung membuka pintu. "Sampai jumpa besok." Dia langsung melesat dengan cepat masuk ke dalam.

"Anas, Markus anak yang lucu yah." Bianca tersenyum melihat tingkah Markus. "Aku heran, dia anak yang begitu baik tetapi kenapa tidak ada yang berteman dengannya," sambungnya sambil meregangkan otot tangannya.

"Iya Bi, aku juga sebenarnya bingung." Anastasia menggelengkan kepalanya. "Tapi …."

Bianca yang mengetahui sahabat baiknya tampaknya mengetahui sesuatu. "Tapi apa, Anas?" Kerutan di wajah Bianca langsung terlihat ketika Anastasia berkata demikian.

Anastasia menengok ke kiri dan kanan. Dia ingin memastikan situasinya aman sekarang untuk berbicara mengenai hal ini. Setelah memastikan semuanya aman terkendali, Anastasia lalu membisikkan sesuatu di telinga Bianca

"Aku merasa dia memang agak aneh, Bi," ucapnya dengan suara kecil.

"Hah? Apa maksud dari ucapanmu?" Bianca menaikkan alisnya.

Anastasia menceritakan mengenai kejadian yang dialaminya di taman. Dia mengatakan bahwa Markus sempat mengatakan bahwa binatang peliharaan Madam Theresa merasa sangat senang diajak bermain.

"Ah Anas, itu kan karena memang dia menyukai binatang." Bianca tertawa mendengar ucapan Anastasia. "Apanya yang aneh?"

"Bi, bukan hanya itu. Ada hal lain lagi." Anastasia menggelengkan kepalanya. "Aku sempat melihat warna bola matanya berubah ketika dia mengelus kepala Wolfy."

"Hah? Kamu tidak salah lihat Anas?" Bianca kaget mendengarnya. "Kamu mungkin salah lihat."

"Astaga Bi, aku serius." Anastasia menarik lengan baju Bianca. "Aku sendiri melihatnya berubah dari cokelat menjadi kuning tua."

"Anas, kamu kebanyakan mengkhayal." Bianca merasa Anastasia kebanyakan berbicara aneh belakangan ini. "Anas, mungkin saja itu akibat cahaya matahari atau semacamnya kan."

Ucapan Bianca terdengar cukup masuk akal di dalam benak Anastasia. Dia juga hanya melihat perubahan warna bola mata Markus hanya sesaat. Setelah selesai bercerita, mereka melangkah masuk ke dalam dan berjalan kembali menuju kamar. Akan tetapi di dalam benak Anastasia, dia merasa Markus memiliki kemampuan khusus dan berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

"Apakah mungkin dia juga seorang Watcher?"

Siguiente capítulo