webnovel

Berburu Monster

"Rasanya sejak tadi aku tidak pernah menantang siapapun, itu hanya keinginan kalian saja yang memang mau berbuat gaduh," ucap Satria dengan tetap tenang.

"Kau punya nyali juga untuk ukuras seorang priest!" bentak fighter yang langsung melesat menghantamkan pukulannya kepada Satria, tapi dengan tenang Satria menahan pukulan fighter tersebut.

'Beukh'

Terdengar suara benturan keras saat Satria menangkis pukulan fighter, semua petualang yang melihatnya tampak terkejut. Baru kali ini seorang priest peringkat 1 mampu menahan pukulan seorang fighter peringkat 3. Padahal menghalau pukulan petualang yang satu tingkat saja priest sudah bisa dipastikan kalah.

Fighter yang terlihat terkejut kembali menyerang, kali ini dia melayangkan kakinya mengincar perut Satria. Tapi lagi-lagi Satria dengan tenang menahan tendangan fighter. Melihat hal itu si fighter terlihat semakin kesal, dia langsung mundur sambil memasang kuda-kuda dengan kedua tangan rapat di pinggang.

"Kau berani macam-macam rupanya kepadaku, asal kau tahu aku adalah petualang peringkat ketiga! Petualang pemula sepertimu seharusnya menghormatiku!" bentak fighter sambil bersiap menggunakan tehniknya.

"Jadi dia baru level tiga puluhan ya," batin Satria.

"Fire punch!" teriak fighter sambil melayangkan pukulannya. Tangan kanannya tampak diselimuti oleh api yang membara, tapi Satria sedikitpun tidak gentar.

"Guardian," ucap Satria pelan.

"Maksimal defend!" ucap Satria pelan.

'Bbbhhhaaammrrr'

Terdengar ledakan hebat saat pukulan fighter menghantam dada Satria. Asap hitam mengepul bersama dengan debu-debu yang beterbangan. Semua petualang di tempat itu sudah yakin kalau Satria pasti tidak akan selamat menghadapi serangan seperti itu. namun saat debu-debu perlahan memudar mata semua petualang langsung terbelalak.

"Mustahil," ujar fighter yang memukul Satria saat melihat tubuh Satria baik-baik saja tanpa terluka sedikitpun.

"Keparat!" ucap wizard yang langsung mengarahkan tongkat sihirnya. Dia mulai bersiap menggunakan sihir untuk menyerang Satria.

"Apa kalian ingin menghancurkan bangunan asosiasi hah!" terdengar suara seorang pria menggema dari kejauhan. Wizard terlihat terkejut dan mengurungkan niatnya. Semua petualang langsung menoleh ke arah asal suara yang berteriak.

Terlihat ada 10 orang petualang dengan armor dan peralatan bagus datang mendekat. Di depannya tampak seorang pria berambut emas panjang memimpin barisan, di pinggangnya terikat sebilah pedang dengan sarung bercorak perak. Di armor yang ada di dada pria itu terdapat sebuah logo bergambar sayap emas. Begitu juga dengan Sembilan orang lainnya yang memiliki logo yang sama di pakaiannya.

"Hah.. Para pemula itu kelihatannya tidak bosan mereka berbuat keributan," kata seorang wanita yang membawa tongkat sihir.

"Mereka mungkin ingin menarik perhatian saja," kata pria bertubuh besar yang membawa tameng.

"Squad dengan peralatan yang bagus. Mereka juga kelihatannya merupakan anggota sebuah guild resmi," batin Satria sambil menatap sepuluh orang yang datang mendekat.

"Kalian bertiga lagi rupanya. Apa aku perlu memotong tangan kalian agar tidak berulah di sini hah!" bentak pria yang membawa tombak menatap tajam fighter yang menyerang Satria.

"Maafkan kami.." ucap tiga petualang yang mengganggu Satria sambil tertunduk.

"Kelihatannya mereka petualang yang cukup dihormati di kota ini," gumam Satria seraya menatap pria berambut emas.

Tapi tanpa mengatakan apa-apa lagi kesepuluh orang itu dengan angkuhnya langsung berlalu melewati Satria dan masuk ke dalam bangunan asosiasi. Satria hanya menghela nafas dalam, kelihatannya dimanapun sama saja. Mau NPC atau player kalau sudah memiliki jabatan dan peringkat yang tinggi pasti akan bersikap angkuh dan meremehkan orang-orang yang ada di bawahnya.

"Kelihatannya aku harus bergegas ke sebelah utara," ujar Satria sambil menatap langit.

"Anu.. apakah kamu mau bergabung dengan squad kami?" tiba-tiba seorang wanita bertanya kepadanya dengan malu-malu. Satria melirik mereka sejenak, dari penampilan dan armor yang mereka kenakan bisa dipastikan kalau mereka juga petualang pemula.

"Maaf.. aku tipe orang penyendiri, seperti yang kalian lihat tadi. Kebanyakan petualang kuat selalu mengganggu penyendiri sepertiku, jadi aku tidak mau merepotkan kalian," tolak Satria dengan halus.

"Eh.. baiklah, tapi kalau kamu berubah pikiran kamu bisa mencari kami. Squad Sherry," kata wanita itu sambil tersenyum manis.

"Tentu saja," jawab Satria sambil membalas senyuman wanita bernama Sherry tersebut.

Satria kembali berjalan menuju ke arah utara, beberapa petualang kembali mencoba membujuk agar dia mau bergabung dengan squadnya. Bahkan ada yang mengajak Satria bergabung dengan guildnya, tapi Satria menolak mereka semua dengan halus. Sejak awal dia adalah tipe orang yang sulit bergaul dengan orang lain, semua itu tentunya gara-gara bullyan yang sering diterimanya selama ini.

Hingga saat ini dia masih belum bisa percaya kepada orang lain dengan mudah, itulah mengapa dia juga tidak membeberkan identitas aslinya kepada Alexa. Perut Satria mulai terasa lapar setelah berjalan agak jauh dari tengah-tengah Kota Lunar. Kini perumahan penduduk sederhana mulai dia lewati, namun berkat pemandangan yang indah dan udara segar yang dia rasakan rasa laparnya bisa dia tekan sedikit.

Saat sampai di ujung pedesaan Satria menemukan sebuah sungai yang membentang panjang, kemungkinan sungai itu juga yang mengalir sampai ke Desa Taki. Airnya terlihat begitu jernih hingga bebatuan di dasar sungai bisa terlihat jelas. Menurut penuturan penduduk desa, lokasi goblin-goblin yang sering merusak pertanian itu ada di tengah hutan setelah melintasi sungai.

Satria sejenak melepas lelah di tepi sungai. Dia bahkan mulai menangkap ikan di sungai dan membakarnya untuk makan siang dan sebagian lagi untuk perbekalan di perjalanan nanti. Setelah melepas lelah Satria kembali melanjutkan perjalanan melintasi sungai dan memasuki hutan belantara.

"Ranger," ucap Satria setelah memasuki hutan.

Pendengaran Satria semakin luas saat ini, penciuman dan penglihatannya juga semakin tajam. Dari kejauhan saja sudah terdengar suara-suara berbagai hewan yang ada di hutan, samar-samar Satria juga mendengar segerombolan suara aneh. Satria kembali mengingat ingat kiranya suara seperti apa itu jika di dalam game.

"Orc atau Ogre ya?" gumam Satria sambil terus berjalan ke arah sumber suara. Ternyata suara itu memang ogre yang sedang memangsa babi hutan. Jika dilihat dari situasinya ogre itu kecil kemungkinan akan mengganggu desa sebab selagi makanan masih berlimpah di hutan mereka tidak akan melakukannya terlebih jika jumlah mereka sedikit.

Satria kembali berjalan hingga akhirnya dia mendengar suara goblin di kejauhan, buru-buru Satria melompat dari satu dahan pohon ke dahan lainnya. Di kejauhan terlihat puluhan goblin sedang hilir mudik di sekitar gua sambil membawa batang-batang kayu yang mungkin mereka gunakan sebagai senjatanya.

"Quest tingkat 1 ini memang kurang menarik," gumam Satria yang langsung turun ke tanah.

"Fighter," ucap Satria mengubah job classnya.

Melihat kedatangan Satria, goblin-goblin itu terlihat mulai berkumpul dan waspada. Tanpa menunggu lama mereka langsung berlarian menuju Satria, mereka pasti menganggap Satria musuh karena berani datang ke wilayah mereka. Tapi Satria dengan mudah menghajar goblin itu satu persatu sampai tubuhnya hancur.

"Kalau begini mana mungkin bisa aku bawa ke pengepul monster," batin Satria karena setiap pukulannya berhasil menghancurkan tubuh-tubuh mungil goblin yang menyerangnya.

'Ddsshh'

'Bbrrrssstt'

'Bbeuukkhh'

Suara benturan pukulan Satria terdengar jelas, setelah melihat banyak kawannya tumbang goblin yang tersisa mulai bergerak mundur ketakutan lalu masuk ke dalam gua. Tapi Satria tidak berniat berhenti sebab jika masih ada goblin yang tersisa dan menyerang desa maka bisa-bisa dia tidak bisa menjadi petualang lagi.

"Fire punch!" ucap Satria sambil menghancurkan gerombolan goblin yang ada di dalam gua. Sekali pukul saja puluhan goblin langsung terbakar hangus dan melebur menjadi debu.

Satria memeriksa semua lorong yang ada di gua karena khawatir ada goblin yang masih sembunyi. Namun setelah tidak ada tanda-tanda keberadaan goblin lagi dia langsung keluar sambil membawa satu tangan goblin yang akan menjadi bukti penyelesaian quest yang diambilnya.

"Wizard," ucap Satria setelah berada di luar gua.

"Burning flame!" kata Satria sambil mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah gua. Saat itu juga ombak api langsung tercipta dan masuk ke dalam gua hingga di beberapa titik muncul asap dari sela-sela tanah.

"Earthquake!" sambung Satria seraya menghantamkan telapak tangannya ke tanah. Saat itu juga tanah berguncang hebat seakan ada gempa bumi. Gua yang telah dia bakar langsung runtuh dan hancur.

"Dengan begini gua ini tidak akan dijadikan sarang monster lagi," kata Satria sambil berjalan ke arah barat. Sesuai laporan penduduk desa, mereka mengatakan bahwa di sebelah barat tempat goblin berkeliaran mereka sering melihat ular-ular raksasa yang mengerikan. Satria berniat menghancurkan sarangnya dan menjual ular-ular itu ke pengepul monster jika memang tidak ada petualang yang mau membelinya.

"Ranger," kata Satria kembali mengubah job classnya ke ranger yang memang paling berguna untuk pelacakan di dalam hutan.

Satria beristirahat sebentar di perjalanan. Dia kembali memakan ikan bakar yang dia simpan tadi di bungkusan daun. Tampak matahari mulai bergerak ke ufuk barat menandakan sudah sore hari. Satria kembali berangkat menuju sarang ular, dari kejauhan saat satria menempelkan telinganya ke tanah dia bisa mendengar suara hewan-hewan melata dalam jumlah yang cukup banyak.

Satria langsung mempercepat langkahnya hingga sampai di sebuah tebing yang penuh dengan lumut, udara di sekitar tebing itu juga terasa cukup lembab. Di bawah tebing terlihat ada sebuah rawa yang dangkal dan di tepinya ada sebuah gua yang sangat besar, lingkungan seperti itu tampaknya memang sangat cocok untun ular bersarang.

"Memang tempat yang bagus untuk sekawanan ular bersarang," gumam Satria. Namun pendengaran tajamnya tiba-tiba mendengar pergerakan cepat dari belakangnya.

"Fighter," ucap Satria sesaat sebelum ekor ular besar menghantam tubuhnya.

'Brrraakkhh'

Tubuh Satria terpental dan tercebur ke rawa-rawa setelah dihantam ekor ular yang datang dari belakangnya. Satria sedikit meringis kesakitan, jika dirasakan dari damagenya kemungkinan ular itu monster berlevel 50. Satria langsung bangkit dan melompat kembali ke atas pohon, namun dari belakangnya lagi-lagi datang ular raksasa yang mengibaskan ekornya.

'Bbrrraakkhh'

Suara benturan terdengar saat pohon tempat Satria berdiri hancur dihantam ekor ular, tapi kali ini Satria berhasil melompat ke tebing yang sedikit licin karena berlumut. Kini di hadapannya sudah ada empat ekor ular raksasa dengan lidah menjulur keluar seakan ingin memangsanya. Tapi tiba-tiba saja dari atasnya juga sekelebat ekor ular melesat.

'Tap'

Kali ini Satria memilih menangkapnya, tampak jelas di atas tebing juga ada tiga ekor ular besar yang mulai mendekatinya. Satria langsung mengangkat ular yang dipegangnya, sekuat tenaga dia langsung membanting ular itu sampai merobohkan beberapa pohon di dekatnya. Satria juga langsung melompat lagi ke bawah.

"Mereka cukup kuat juga," ujar Satria saat melihat ular yang dibantingnya sudah bisa bangkit kembali.

Bersambung…

Siguiente capítulo