webnovel

Proyek Besar

Cukup banyak uang yang mereka hasilkan malam ini, tak seperti malam biasanya. Lagipula tidak setiap malam Foxy dan Zack melakukan pencurian atau pencopetan seperti ini. Mereka hanya melakukannya dikala ingin bersenang-senang atau memang sudah sangat terpaksa. Sebenarnya, mereka pribadi tak senang dengan tindakan mereka sendiri. Namun, beginilah kenyataan hidup yang mereka jalani sebagai gelandangan yatim piatu. Pemuda tanpa identitas tidak akan pernah bisa diterima di pekerjaan mana pun. Bukan tanpa sebab mereka tak memiliki tanda pengenal apapun, bahkan mungkin catatan sipil tidak memasukkan mereka dalam daftar nama penduduk Distrik 8, semua itu karena sejarah masa kecil mereka yang cukup kelam jika dibandingkan dengan anak-anak lain pada umumnya.

Keduanya tak pernah mengenal apa itu orang tua atau keluarga. Mereka dibesarkan di panti asuhan. Persahabatan antara Foxy dan Zack bermula dari sana. Mereka tak memiliki nama, mereka memilih nama mereka sendiri. Foxy memilih nama ini karena dulu ia sering bermain-main dengan seekor rubah yang suka berkeliaran di sekitar lingkungan panti asuhan. Rubah itu adalah satu-satunya sahabat dekatnya sebelum mengenal Zack. Dewasa ini, ia baru menyadari jika konotasi rubah di pandangan banyak orang ternyata tidaklah baik. Tapi, ia sama sekali tak menyesal karena telah memilih nama itu. Rubah dikonotasikan sebagai hewan licik yang suka menipu, padahal tak semua rubah begitu.

Sedangkan Zack, ia memilih nama ini karena dulu saat di panti asuhan ia sangat mengidolakan DJ terkenal. Zack adalah nama seorang DJ yang kerap kali menggelar konser di Distrik 10. Ia pernah kabur dari panti asuhan hanya karena ingin menonton konser Zack. Tapi, sebelum ia berhasil menyelinap masuk ke area konser, ia sudah berhasil ditangkap oleh pengurus panti asuhan. Lalu, pengurus memberinya sebuah pemutar lagu berukuran 3 kali 2 inchi dan sebuah earphone. Pemutar itu diisi oleh lagu-lagu milik Zack. Karena banyak orang memanggilnya sebagai fans berat Zack, ia pun memilih nama itu sebagai namanya.

"Ayo kita kembali ke kota," ajak Zack setelah kedua pemuda itu menghitung semua uang yang mereka peroleh dari hasil mencopet.

"Ayo. Tapi kita tak bisa melewati pelabuhan, atau kita akan bertemu dengan para anak buah kapal yang sangat menyebalkan itu. Memangnya apa yang tengah mereka bongkar dari kapal besar itu?" tanya Foxy seraya bangkit berdiri dan mulai berjalan dengan langkah tertatih.

"Mungkin batu bara, Foxy. Kita semua tahu, pelabuhan ini adalah pelabuhan batu bara. Banyak kapal-kapal hilir mudik membawa batu bara dari Distrik 9." Zack pun mengikuti langkah Foxy.

"Tentu saja bukan. Kalau tidak salah, kukira mereka tengah membongkar muatan semen dan beberapa material bangunan lainnya."

Foxy mempercepat langkahnya, begitu pula dengan Zack. Kedua pemuda itu pun menyisir pinggiran pelabuhan. Lalu, mereka mulai menaiki sebuah mercusuar yang sudah tak berfungsi lagi. Bagian pelabuhan yang ini memang sudah lama tidak difungsikan lantaran sudah terlalu tua. Pemerintah malah membangun pelabuhan baru dengan dana hibah dari Distrik 10. Semua orang tau jika proyek pelabuhan ini banyak diakali oleh otoritas setempat. Pelabuhan lama bisa diperbarui lagi, lantas mengapa mereka membangun pelabuhan baru tepat di sisi pelabuhan lama? Itu akan membuat anggaran pembangunan menjadi jauh membengkak. Tapi, apakah pemerintah akan percaya? Tentu saja tidak.

Sampailah Foxy dan Zack di bagian paling atas mercusuar, lebih tepatnya di ruangan pengawas. Ada sebuah lampu raksasa yang masih terpasang di sana. Lampu ini sebenarnya masih berfungsi, hanya saja aliran listriknya saja yang diputus oleh pihak berwajib untuk dialihkan ke pelabuhan baru. Mereka memang biasa nongkrong di sana kalau ada waktu luang. Foxy mulai memperhatikan seluruh aktivitas bongkar muat yang ada di pelabuhan. Hampir semuanya adalah batu bara, kecuali satu kapal yang tengah membongkar muatan material bangunan dalam jumlah besar. Para anak buah kapal yang tadi sempat meneriaki mereka kini tengah memindahkan ribuan batu bata menuruni kapal. Sebelumnya, mereka baru saja selesai membongkar muatan semen.

"Apakah di sekitar sini akan ada proyek pembangunan besar?" tanya Foxy tiba-tiba.

"Entahlah, mana kutahu," jawab Zack ketus.

"Pasti ada, Zack. Kalau tidak, mereka tidak akan menurunkan muatan material bangunan sebanyak itu." Masih dari atas mercusuar, pandangan Foxy kini beralih ke arah lain. Terlihat sebuah lahan kosong yang baru saja diratakan dengan beberapa eskavator. "Aku rasa, sebuah bangunan besar akan didirikan di lahan itu."

"Mungkin iya, mungkin juga tidak. Kenapa kau kembali ke dirimu yang seperti ini? Kau selalu mengamati segalanya, Foxy, bahkan yang tidak penting sekali pun." Zack mulai malas membalas obrolan Foxy.

Foxy mengambil sebuah teropong yang tergantung di salah satu sudut ruangan pengawas. Lantas ia pun menggunakannya untuk mengamati aktivitas bongkar muatan material bangunan. Ia memperhatikan langkah setiap anak buah kapal. Tak lama berselang, ia jadi tahu kalau para kuli panggul itu tengah membawa material bangunan ke beberapa truk yang sudah menunggu mereka di sisi lain pelabuhan. Satu per satu truk akan meninggalkan pelabuhan jika muatannya telah penuh. Arah teropong Foxy mengikuti jalannya truk itu. Rupanya, mereka semua menuju lahan kosong yang baru saja diratakan. Foxy pun menyudahi pengamatannya. Setelah ia mengembalikan teropongnya ke tempat semula, ia pun langsung keluar dari ruangan pengawas.

"Foxy, kau mau ke mana?" tanya Zack yang mulai mengejar langkah Foxy.

"Kembali ke kota. Kau juga yang mengajakku tadi, bukan?" Mereka pun mulai menuruni tangga mercusuar.

"Baiklah. Kita jauh-jauh ke atas sini hanya untuk memuaskan rasa ingin tahumu. Hah, kau mulai lagi," gerutu Zack.

"Haha, jangan kau merajuk seperti itu, Zack. Setelah ini, kita akan membeli makanan yang enak. Aku yang bayar."

Dalam sekejap, senyum sumringah mulai merekah di bibir Zack. "Nah, gitu dong. Sekali-kali akhir pekan, apakah kita tidak akan bersenang-senang sedikit?"

Setelah sampai ke bawah, mereka pun keluar dari area mercusuar dan meninggalkan area pelabuhan lama. Mereka sengaja berjalan memutar untuk menghindari orang-orang.

"Tapi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Foxy."

"Apa itu?"

"Dari pengamatanmu barusan, apakah ini adalah proyek baru milik pemerintah?"

Foxy terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sepertinya bukan. Proyek pemerintah akan mendapat pengawalan dari polisi atau pihak keamanan resmi yang lain. Aku mengetahuinya ketika mereka membangun pelabuhan baru."

"Jadi, ini proyek milik seseorang. Tapi, siapa yang mau membangun proyek besar di Distrik 8? Aku kira tempat tinggal kita ini tidak akan pernah cocok untuk lahan bisnis apapun."

"Aku pikir juga begitu. Tapi, nyatanya suatu perusahaan swasta ingin membangun sesuatu di sini, di Distrik 8. Perusahaan itu sedang memasang taruhan yang cukup beresiko."

***

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Eirene_Aether_5671creators' thoughts
Siguiente capítulo