webnovel

Sebuah Kejanggalan

" Selagi aku belum bertemu banyak bukti, selama itu aku akan terus diam sampai saatnya tiba kaulah yang diam seribu kata." - Anonim-

" hy sayang...!! maaf ya kemarin enggak ada kabar." sapa Ikram sambil merangkul pundak Rere.

" Apaan sih loe... ini dikampus jangan main rangkul kayak gini, paham?" risih Rere lalu melepas rangkulan Ikram.

Rere dengan ekspresi yang sulit ditebak, ia berjalan menuju kelasnya yang kebetulan hari ini jadwal dan kelas yang sama dengan Ikram. Rere berjalan mendahului pujaan hatinya dengan perkataan dongkol didalam hati. Ikram hanya geleng-geleng kepala seolah ia memiliki banyak kesalahan pada kekasihnya itu.

" re, loe kenapa? lagi halangan ya?" tanya Ikram yang terus menguntit kemana kekasihnya itu pergi.

" gue enggak kenapa-napa." balasnya dengan ketus.

" iya kalau enggak ada apa-apa, tapi sama gue kok judes begini sih? gue ada salah apa sama loe?" tanya Ikram yang masih enggan berpikir tentang kesalahannya.

" sudahlah uda, gue lagi capek ini. mending loe duduk dibelakang sana daripada harus intropeksi gue kayak gini." ujarnya dengan kesal pada Ikram.

Semua orang yang didalam kelas menatapnya, Rere tidak akan berpikir persepsi orang padanya seperti apa nanti, yang jelas hatinya sedang kecewa. Ia perlu waktu untuk menyendiri dan menjauh dari Ikram. Lelaki itu sadar diri Rere butuh ruang untuk sendiri, ia membiarkan Rere sibuk dengan aktivitasnya dan berharap Rere akan menjelaskan apa yang ia pikirkan saat itu.

Siang itu, Rere pulang dengan motor kesayangannya. Ikram menatap Rere dari kejauhan saja sambil berkumpul bersama rekan-rekannya yang lain. Tetap saja sampai pulang kuliah Rere masih enggan untuk menatapnya dan berbicara empat mata dengan Ikram.

" Loe ngapain menatap kebawah segitu amat." ucap Adi selaku sahabat karib Ikram, yang senantiasa mengantar dan menjemputnya saat kuliah.

" gue ngeliatin rere aman apa enggak pulangnya." balas Ikram dengan datar.

" bukan diliatin aja disamperin bodoh!" sindir Adi sambil memukul kecil kening Ikram.

" ya gimana gue mau nyamperin lah orangnya enggak mau disamperin. nanti bisa-bisa gue yang kena tonjok." jawab Ikram ada benarnya.

" terus loe mau ngapain diatas sini lama-lama? loe ingatkan kita mau keperusahaan dekat kampus untuk tugas mewawancarai bagian SDMnya?" sahut Adi sambil mengingatkan Ikram.

" ya gue tahuu.. jomlah kita pergi!" ajaknya kembali semaangat sambil matanya sedikit demi sedikit terus melirik ke arah Rere yang sedang berbincang serius dengan bu Mega.

Dalam kesibukannya mencari data-data untuk tugas semesternya ia mencoba untuk mengirim pesan singkat kepada Rere.

Ikram : Re, sudah dirumahkah?

Ya, hanya pesan itu yang Ikram kirimkan untuk pujaan ahtinya. Ia sangat was-was kalau rere kenapa-napa dijalan akibat ulahnya sendiri. 15 menit berlalu, pesan itu masih utuh tanpa ada informasi dibaca apalagi dibalas oleh sipenerima. Ikram menjadi bingung letak kesalahannya dimana. Ia bahkan sering mendengus kesal dan menggarukkan bibir bawahnya meski tak gatal.

**

Rere melihat isi pesan dari Ikram, ia berniat untuk membalasnya namun Egonya berkata jangan. Ia harus mencari tahu siapa yang mengirim pesan teks semalam dan membuatnya kecewa seperti ini. Jika bukan Ikram pasti ada seseorang yang memegang handpone milik kekasihnya itu. Ia berusaha berpikir jernih dan tidak mau mengambil keputusan dengan cepat sebelum ada bukti yang nyata didepannya.

" wihh berat banget masalah kakak sekarang ya, sampai berkerut gitu keningnya." sindir mama Rita yang mencoba ingin tahu apa yang dipikirkan Rere saat ini.

" Eh mama, enggak ada ma.. rere cuma bingung ngerjain tugas kuliah ini yang semakin hari semakin banyak.huftt" kesalnya sambil berkacak pinggang.

" yaa namanya kuliah kak, jalani saja oke.. jalani dengan baik selesaikan dengan baik pula. Oh ya gimana babang arabnya sudah bertemu?" ucap Mama Rita sambil mencolek hidung Rere yang mancung.

" enggak tahulah ma, lagi malas ngomongi tuh orang!" ketusnya lalu menyandarkan kepalanya diatas meja belajarnya.

" ingat ya kak, pacaran boleh tapi jangan sampai mengganggu kuliahmu ya kak, ingat papa dan mama banting tulang mencari nafkah buatmu dan Amel juga." jelas mama Rita lalu mengusap rambut Rere.

" ma, rere ngantuk bisa tinggalin rere sendirian dikamar bentar saja." pintanya.

" ya udah sejam lagi asyar, jangan sampai ketinggalan shalatnya." ingat mama Rita pada anak pertamanya itu.

" iya maa iyaa hoamm.." balas Rere sambil menguap.

drrtt...drrtt ( telepon berdering) Rere terbangun dari mimpi tidak jelasnya itu. Ia mengecek waktu yang masih pukul setengah empat sore, masih ada setengah jam lagi waktunya untuj bersantai tapi terganggu dengan suara panggilan pada telpon genggamnya.

Ia mengecek pada layar dengan tatapannya yang masih samar-samar. " Uda Ikram?" Rere dengan wajah yang tak bersahabat menjawab panggilan itu.

Ikram : assalamu'alaikum sayang..

Rere : wa'alaikumussalam, hmm ada apa?

Ikram : Ih kok masih ngambek sih yang..

Rere : suka-suka gue lah.. ada apa sih ganggu gue istirahat aja!

Ikram : ya Allah maafkan aku sayangkuhh,, kukira kamu lagi nonton drama korea.

Rere : gue enggak suka drama-dramaan.

Ikram : terus loe sukanya apa sayang?

Rere : nendang bokong loe sampai ke mars!!

Ikram : wiss sadis cewek gue. berani pula kenapa gue makin sayang ya?

Rere : basi! sudah gue mau siap-siap shalat dulu

Ikram : eh kan belum waktunya bentar lagi ya 15 menit lagi.

Rere : iya ada apa sih? bikin gue kesal aja

Ikram : gue ada salah ya re sama loe?"

Rere : mikir sendiri...

Rere dengan sengaja mematikan panggilan itu sepihak. Ia begitu kesal dan geram lihat Ikram yang tidak menyadari kesalahannya dimana. Ia menganggap semuanya baik-baik saja tanpa ada orang yang kecewa dan marah dengannya. Rere mencubit bantal itu dengan kasar dan meninju bonek pemberian Ikram, seolah-olah ikramlah yang berada dihadapannya saat ini.

" gue benci loe!!!" teriaknya sambil memukul kedua pipi boneka itu.

Sehabis shalat asyar, Rere bermain dengan adiknya Amel. Rere memilih untuk tidak memikirkan perasaan dan hubungannya saat ini. Ia juga tidak ingin mamanya tahu bagaimana kecewanya ia dengan Ikram.

" kak ada tamu diluar." ucap mama Rita.

" siapa ma?" tanya Rere penasaran.

" enggak tahu lihat aja keluar, tapi pakai baju yang sopan! karena tamunya cowok." bisik mama Rita. Rere hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mamanya bak anak ABG.

" uda ikram? ngapain loe kesini?" tanya Rere bingung.

" gue enggak mau bertengkar lama-lama sama loe. gue mau nyelesaikan semuanya dengan baik." jawab Ikram mencoba meyakinkan Rere.

" untuk apa?" tanya Rere

" mohon gue re, beri gue penjelasan apa yang menyebabkan loe kayak gini ke gue." ujar Ikram memohon.

" oke, kalau gitu kita bahas diluar saja jangan disini.. gue enggak mau mama menjadi benci sama loe." balas Rere kemudian pamit kepada mamanya dan menaiki kendaraan Ikram yang saat itu ia menggunakan mogenya.

Mereka menyantap gorengan didaerah dekat rumah Rere. Kebetulan Rere sangat ingin makan gorengan. Sambil menikmati orang-orang berlalu lalang dijalan Rere masih memikirkan apakah baik jika ia mengatakannya sekarang.

" uda... kemarin kemana saja?" tanya Rere mencoba membuka topik pembicaraan.

" kemarin uda dirumah sayang enggak kemana-mana." balasnya dengan santai.

" terus kenapa enggak sempat ngabari rere?" tanya Rere semakin penasaran.

" Tidur seharian." singkatnya dan membuat Rere geram. Jelas hari itu dia sedang ada acara keluarga lalu bagaimana mungkin ia bisa tidur disaat keluarganya atau orang-orang pada ramai dirumahnya.

" ohhh.." rere hanya ber-oh ria saja. Ia harus mencari tahu apakah Ikram beneran jujur atau sekarang ia berdusta padanya.

" loe tahu enggak uda, gue benci sama orang yang berbohong." ujarnya tiba-tiba

" uda juga benci sama orang yang berbohong apalagi mengkhianati pasangan." balas Ikram masih dengan santai dan menyantap tahu goreng bercampur kuah sausnya.

Rere menahan emosinya dan mengeram tangannya. Ia berpura-pura tersenyum dihadapan Ikram saat ini, meski hatinya sudah terlanjur terkoyak. Kemudian, Rere tak banyak bertanya.

" maafkan rere ya uda, sudah banyak tingkah jujur rere capek aja sama tugas kuliah bejibunn." ucapnya sambil mencontohkan tugasnya yang banyak itu dengan gerakan tangannya.

" iya maafkan uda yang terlalu rewel sama kamu." balas Ikram.

Rere tersenyum paksa, dibalik tulusnya Ikram terdapat kecurangan yang ia sembunyikan. Rere berusaha untuk memanipulatif perasaannnya saat ini sampai ia bertemu dengan jawaban sebenarnya.

***

Siguiente capítulo