webnovel

Ajakan Caitlyn

Seorang wanita cantik sudah menunggu kedatangan Max di kantor. Wanita itu adalah Caitlyn yang sudah menyukai Max sejak lama. Walau pria itu aneh, tapi dia tidak peduli. Mereka sudah berteman begitu lama, mereka bahkan sudah begitu dekat dan sudah beberapa kali menghabiskan malam berdua di beberapa restoran.

Walau begitu, Caitlyn sangat yakin jika Max tertarik dengannya. Tinggal satu langkah lagi dia pasti akan mendapatkan Maximus Smith. Menjadi Nyonya Smith adalah impian setiap wanita, tidak mudah mendapatkan posisi seperti itu karena sampai sekarang, wanita yang mendapatkan posisi itu tidak berasal dari satu pun wanita yang pernah mereka kencani. Mereka datang tiba-tiba dan tentunya, wanita yang bisa menarik perhatian para pria Smith 'lah yang akan mendapatkan gelar seperti itu.

Walau mereka terkenal playboy, tapi jika mereka sudah benar-benar menyukai seseorang maka mereka akan mengejar wanita yang mereka inginkan sampai dapat. Siapa yang bisa menolak cinta yang mereka berikan? Itulah mereka, walau banyak wanita yang berlomba tapi sayangnya tidak ada yang memenangkan posisi itu tapi tidak bagi Caitlyn. Dia yakin jika dia bisa mendapatkan posisi itu dengan caranya apalagi dia dan Max sangat dekat.

Caitlyn sangat senang ketika melihat mobil Max sudah tiba. Walau sikap Max selalu dingin tapi dia tidak takut karena dia sudah sangat mengenal pria itu. Caitlyn tersenyum manis, saat melihat Max turun dari mobil sambil merapikan jasnya.

"Max, akhirnya kau datang," ucap Caitlyn sambil tersenyum manis.

"Untuk apa kau datang?" tanya Max dengan sinis, dia terlihat tidak senang dengan kedatangan Caitlyn.

"Aku ingin mengajakmu pergi liburan. Kau mau, bukan?" tanya Cristin, senyum manisnya masih menghiasi wajah.

"Aku sibuk," tolak Max seraya melangkah melewatinya.

"Ayolah, teman ayahku memiliki kabin di tepi danau. Bagaimana jika kita menghabiskan waktu berdua di sana?" Caitlyn masih tidak menyerah.

"Ayahku punya kabin di puncak gunung Himalaya, kau bisa pergi ke sana jika kau mau!" sindir Max.

"Max, aku serius," ucap Caitlyn, "Kita habiskan beberapa malam di kabin itu, mau tidak?" tanyanya lagi.

"Tidak!" Max kembali menolak.

"Come on, hanya beberapa malam saja!" Caitlyn masih memaksa.

"Jared!" Max memanggil si asisten, dia paling tidak suka dengan orang yang sulit dia beri tahu.

Caitlyn mengumpat dalam hati, jika sudah seperti itu lebih baik dia pergi karena dia tahu tidak akan berakhir baik. Dia tidak mau Jared menariknya keluar sehingga dia harus menjadi pusat perhatian karena itu memalukan. Lagi pula dia masih punya banyak kesempatan, selama Max tidak dekat dengan wanita mana pun maka dia masih punya kesempatan untuk mendapatkannya dan posisi menjadi Nyonya Smith harus menjadi miliknya.

"Baiklah, aku pergi," ucap Caitlyn, "Tapi aku harap kau tidak menolak ajakan makan malamku nanti, kau mau bukan?" tanya Caitlyn.

"Kita lihat saja nanti!" Max masuk ke dalam lift pribadinya, sedangkan Caitlyn berdiri di luar. Matanya tidak lepas dari Max sampai pintu lift itu tertutup.

Wanita itu mengumpat, sial. Maximus memang sulit dia taklukkan, pria itu seperti memiliki dunianya sendiri dan dia sulit masuk ke dalam dunia Max untuk memahami pria itu lebih jauh.

Padahal dia sangat ingin menghabiskan waktu di kabin berdua dengan Max, dia bahkan sudah membayangkan apa saja yang akan mereka lakukan nanti di kabin itu tapi sayangnya, Max tidak tertarik. Caitlyn melangkah pergi sambil mengumpat, lain kali dia mau ajak Max makan malam di apartemennya saja. Dia yakin Max tidak akan menolak jika hanya makan malam saja.

Max memang tidak begitu mempedulikan Caitlyn, dia hanya menganggap wanita itu sebagai sahabatnya saja. Dia tidak mau pergi ke mana pun apalagi dia sudah memiliki mainan di rumah yang harus selalu dia awasi.

Sebuah laptop diambil, benda itu diletakkan di samping komputer yang menyala. Max mulai meretas cctv yang ada di rumahnya, dia ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh Aleandra.

Saat itu Aleandra sedang membersihkan rumah, gadis itu bahkan terlihat sedang melihat sana sini seperti memantau situasi. Entah apa yang hendak Aleandra lakukan tapi sebuah pajangan yang terbuat dari kristal mahal sudah berada di tangan. Aleandra melihat benda itu dengan teliti dan mengumpat dalam hati. Itu barang mahal yang tidak mungkin mampu dibeli oleh sembarangan orang, matanya melihat semua pajangan yang ada di dalam lemari sambil menelan ludah.

Sial, sebaiknya dia tidak memecahkan apa pun karena dia tidak mampu menggantinya. Jangan sampai dia harus bekerja di sana sampai menjadi seorang nenek-nenek. Walau dia senang karena dia tidak perlu melarikan diri dan tidak perlu takut tertangkap tapi dia tidak mau terjebak di rumah itu bersama dengan bos aneh sampai dia menjadi seorang nenek-nenek akibat memecahkan sebuah pajangan.

Aleandra meletakkan pajangan itu dengan hati-hati, dia benar-benar takut menjatuhkan benda itu karena berbahaya. Max masih memperhatikannya sampai akhirnya dia memiliki sebuah ide .

Max mengambil gagang telepon, beberapa nomor ditekan dan setelah itu dia melihat Aleandra yang terlihat ragu untuk mengangkat telepon karena saat itu dia memang sedang menghubungi telepon rumahnya sendiri.

Aleandra melihat sana sini, tapi kemudian dia memberanikan diri untuk mengangkat telepon dan menjawabnya. Bisa saja itu bosnya atau telepon penting untuk bosnya.

"Hallo," Aleandra kembali melihat sana sini.

"Buatkan makanan dan bawa ke kantor nanti siang!" perintah Max.

"Bawa ke kantor?" tanya Aleandra.

"Ya, akan ada yang menjemputmu nanti!" ucap Max.

"Ba-Baik," ucap Aleandra.

Max menutup gagang telepon dan setelah itu dia melihat Aleandra yang terlihat diam saja tidak beranjak ke mana pun. Gelagatnya terlihat aneh dan memang saat itu Aleandra sedang berpikir karena jika dia keluar, itu berarti dia harus bertemu dengan banyak orang dan jangan sampai dia bertemu dengan orang-orang yang mengejarnya selama ini.

Semoga saja hal itu tidak terjadi karena dia sedang bekerja. Aleandra melangkah menuju dapur, dia mulai mengeluarkan isi kulkas. Max masih memperhatikannya karena Aleandra terlihat tidak melakukan apa pun.

Aleandra terlihat bingung, dia sungguh tidak tahu makanan apa yang disukai oleh bosnya apalagi ini pertama kali. Sebaiknya dia mencari tahu makanan apa saja yang disukai oleh orang Amerika karena yang dia tahu orang Amerika suka makan burger dan ayam goreng.

Sebaiknya dia mencari tahu untuk hal ini apalagi dia harus masak setiap hari. Tidak mungkin bukan dia membawa burger dan ayam goreng? Jika sampai dia melakukan hal itu, dia yakin pasti sebuah makian yang dia dapatkan.

Aleandra berlalu pergi untuk mengambil ponsel, dia duduk diam begitu lama di kamar karena dia mencari menu makanan yang harus dia oleh. Setelah memutuskan dia keluar dari kamar dan mulai sibuk di dapur. Max sudah tidak mengawasinya lagi karena dia pergi rapat tapi dia sudah memerintahkan seseorang untuk menjemput Aleandra.

Makanan sudah jadi, Aleandra terlihat puas. Semoga bosnya menyukai makanan yang dia buat. Dia tidak boleh mengecawakan bosnya karena dia tidak mau dipecat. Walau dia terikat kontrak tapi Max bisa memecatnya kapan saja jika dia tidak puas dan dia tidak mau hal itu terjadi.

Semua makanan yang dia buat sudah jadi, Aleandra juga sudah bersiap-siap. Seorang supir sudah menunggu, Aleandra membawa makanan yang dia buat menuju kantor Max. Semoga saja dia tidak bertemu dengan orang-orang yang ingin menangkapnya sehingga mengganggu pekerjaannya karena memang saat itu tanpa sepengetahuannya, orang-orang yang diutus dari Rusia untuk menangkapnya sudah berada di sana untuk mencari keberadaannya.

Siguiente capítulo